The second for today. Have a nice weekend....
Siang ini bang Agam akan kembali ke Bandung. Aku sudah deg-degan dari pagi, tapi abangku ini sama sekali tidak bicara apapun. Saat akan berangkat dan pamit, dia hanya tersenyum dan bilang," Salam buat Indrek ya."
Dan aku terpana menelan ludah. Malu.
*****
Senin pagi, Indraka sudah menungguku di depan pintu kelas. Dia tersenyum dan membuat aku salah tingkah. Aku melewatinya dan berpura-pura tidak tahu bahwa dia menungguku. Dia mencegatku bahkan nyaris memegang tanganku.
"Na..."
Aku terpaksa berhenti. Itupun aku ga berani menatapku. Aku benar-benar malu padanya sejak chat kami malam itu.
"Bang Agam ga ngapa-ngapain kamu?"
Wajahnya tersirat kekhawatiran. Aku menggeleng.
"Dia titip salam buat kamu,"jawabku kemudian.
"Oh ya? Beneran? Dia ga marah?"
Sekali lagi aku menggeleng.
"Itu yang dia bilang sebelum balik ke Bandung kemarin."
"Yeeessss!!!" teriaknya sambil meloncat. Tangannya mengepal.
Aku tertegun. Ini anak kenapa?
"Alhamdulillah...,"serunya setelah itu.
Aku semakin terpengarah.
"Kalo kamu gimana?"tanyanya tiba-tiba.
"Aku? Maksudnya?"tanyaku.
"Mau nerima hatiku ga?"
Jelas wajahku pias.
"Na..."
"Aku takut, Dra. Apalagi orang tuaku kamu tahu sendiri seperti apa..."
"Kan aku sudah bilang ga usah takut. Ada aku. Kamu ga bakal menghadapinya sendirian."
Aku diam, tertunduk.
"Na?"
Aku menengadah.
"Mau?"
Dan aku mengangguk. Pelan. Malu.
Sekali lagi tangan Indraka mengepal, meski pelan. Matanya memejam, kembali dia mengucap hamdalah dan 'yes!'
"Na, aku boleh meluk kamu?"
Aku melotot tajam. Dia nyengir, mundur dan memberiku jalan masuk ke kelas.
YOU ARE READING
Indraka dan Farhana
Teen FictionBuat Indraka, Kamu kapan tobat? Farhana Buat Farhana, Kamu kapan ngeliat aku? Indraka