"Tumben ngajak keluar? Ada apa nih, bang?" tanyaku pada bang Agam. Kemarin dia baru pulang dari Bandung, mudik sebentar. Pulang dari jamaah maghrib dia mengajakku makan diluar.
"Tadi ketemu Sandy di musholla. Katanya dia pentas di kafe waffle. Kafe baru kan itu? Siapa tahu Santi ikut nonton,"jawabnya senyam-senyum.
Adduh...ke kafe waffle? Kenapa abangku ini? Apa di Bandung ga ada yang bisa mencuri hatinya, sampai-sampai harus ke kafe itu untuk diam-diam melihat mbak Santi, kembarannya mas Sandy? Abangku ini memang sejak SMA suka pada kembaran teman Indraka itu. Ini baru masalah 1. Masalah 2 adalah, di kafe itu aku bakal ketemu sama vokalisnya. Aku kan lagi marahan sama dia. Aku juga malu ketemu dia. Ga, ga boleh ketemu dia. Apalagi aku juga sudah bilang ga bakalan ke kafe waffle waktu dia memintaku nonton acara manggungnya.
"Berangkat sendirilah bang," ujarku.
"Hey, abang ngajak kamu biar malam Minggu kamu ga manyun di rumah. Disayang abang sendiri kok ga mau."
"Sama Hasby ajalah."
"Heh?! Hasby itu masih SD. Tuh lihat, masih gelayutan sama mamak. Apa kamu mau dia gelayutan ke aku di kafe?"
Aku ingin ketawa, tapi aku tahan. Bukan apa-apa, kalau aku ketawa artinya aku setuju dengan tawaran bang Agam. Padahal aku kan lagi menghindar dari adegan horor yang sudah bisa aku bayangkan.
"Ayo cepat ganti baju!"
"Aduh bang, berangkat sendiri kenapa?"
"Ga. Abang ga mau jalan sendiri kayak orang jomblo."
Aku melebarkan pupil mataku. Ternyata abangku sudah darurat kepedean.
"Ayolah, Na. Bantulah abang kali ini. Lagian kamu juga jomblo kan?"
Heh?!
"Ayolah. Teman-teman panggungnya Sandy juga teman-temanmu kok. Kamu bakal seneng disana. Aku traktir lagi," katanya menghiba.
Senang? Itu karena bang Agam ga tahu kejadian memalukan itu. Iya, temanku. Teman yang bikin malu. Teman yang bikin sebal. Teman yang membuat aku tidak ingin menyapanya!
YOU ARE READING
Indraka dan Farhana
Teen FictionBuat Indraka, Kamu kapan tobat? Farhana Buat Farhana, Kamu kapan ngeliat aku? Indraka