Indraka

183 29 0
                                    

Sorry ya Guys, telat upload nih...tapi yang jelas, thanks udah baca karya ini. Makasih juga buat yang nge-vote


Entah ini peristiwa ke berapa dari aku dan Farhana yang membuatnya menangis. Aku juga tidak ingin kejadiannya seperti ini. Meski Nana belum membalas rasaku, melihatnya memperlakukan aku dnegan normal, itu sudah cukup bagiku. Dia mau menemaniku makan di hari ulang tahunku, itu juga sebuah anugrah. Bahkan hari ini dia memberiku kado ultah, tidak terkira rasaku. Tapi mana aku tahu bahwa kejadiannya akan berujung kesalahpahaman begini.

Duh...kenapa rejeki dari bang Aswin harus berbuntut konflik antara Adis dan Farhana? Adis suka aku itu aku tahu. Ya, tahunya dari Farhana pas dia ke rumah pake maksa-maksa itu. Dia maksa aku juga ikutan maksa. Kan aku sukanya sama Farhana bukan sama Adis. Eh, dia ga terima. Biarin. Orang suka kan ga bisa dipaksa.

Adis suka aku, aku suka Farhana, Farhana suka siapa ya? Jangan bilang dia suka Gilang. Bisa darah tinggi aku. Ini namanya cinta segitiga ga jadi. Lah, salah satu sisinya ga tahu mengarah kemana.

Sejak labrakan pelan Adis ke kelas tadi yang membuat Farhana merasa nista itu, aku tarik dia ke halaman belakang sekolah. Aku suruh dia duduk di bangku taman itu dan aku duduk di depannya.

"Na, sudah. Ga usah nangis begitu. Malu diliat orang," kataku bingung.

"Kamu pikir aku ga malu kamu ngarang cerita sampai semua anak mikir hal yang sama?! aku maunya kamu bantu aku, Ndra. Bantu jelasin ke teman-teman gimana kejadiannya. Bukan malah mempertegas yang ga jelas."

Panjang juga protesnya. Mungkin kalau lagi terisak begini, emosi dan gerak motoriknya selaras, jadi dia bisa ngomong dengan lancar.

"Kepalang tanggung, Na."

"Maksud kamu?"

"Aku kan ga mungkin bilang sama Adis, ga Dis aku sama Nana ga ada apa-apa. Memang ga ada apa-apa, tapi si Adis malah mengira aku lagi merajuk ke dia buat ga cemburu sama kamu karena hatiku buat dia. Padahal kan enggak."

"Terus? Dengan ngorbanin perasaanku?"

"Tapi aku kan jujur dengan perasaanku, Na. Aku kan memang suka kamu."

Meski lirih, aku mencoba menegaskan rasa ini.

"Ndra, kamu kok gitu sih. Aku itu ga mau pacaran."

"Iya, aku tahu, ga pa-pa. Tapi boleh kan hatiku bertengger di hatimu?"

Gadis di depanku ini tidak menjawab. Tapi bola matanya membulat dan alisnya bertaut. Seakan memikirkan sesuatu.

"Kamu masih benci aku kayak dulu?" tanyaku

Dia menggeleng kemudian menunduk.

"Masih takut?"

Dia menggeleng lagi.

"Senang ga deket aku."

Dia diam.

Entah kenapa aku senang. Diamnya, sudah cukup bagiku. Dan aku tersenyum.

Indraka dan FarhanaWhere stories live. Discover now