Happy reading ...
Dulu, niatnya abi memasukkan aku ke MTs agar aku terhindar dari anak-anak nakal. Aku juga setuju agar aku tidak bertemu dengan teman ternakal seperti Indraka. Ternyata, yang punya niat seperti itu bukan cuma abi. Orang tua yang lain sama juga. Mereka berharap anaknya menjadi lebih baik karena tidak bertemu anak nakal lainnya. Apalagi ini sekolah agama. Akhirnya, banyak juga anak nakal di sekolahku ini.
Nakal menurut versiku itu, anak yang tidak punya disiplin. Waktunya ngaji malah main bola. Waktunya belajar malah berkelahi. Waktunya di sekolah malah bolos, nongkrong di warung kopi. Dan sampai sekarang, aku masih sering melihat Indraka nongkrong bareng teman-temannya. Bahkan aku pernah melihatnya merokok. Anak SMP kok berani merokok. Kurang nakal apa?
Setiap pulang sekolah dan melewati pojok lapangan, aku selalu memacu sepeda agar tidak lama-lama di situ. Aku takut. Ada warung kopi disana. Banyak anak laki-laki nongkrong. Belum lagi bau rokoknya.
Pernah Khadijah, teman sekolah yang selalu bersepeda denganku, mengajakku mampir membeli es teh plastik pulang sekolah. Saat itu matahari memang terik. Aku menolak. Tapi dia memaksa. Akhirnya aku tunggui dia di luar warung. Ada Indraka disana. Dia melihatku. Tapi aku tidak mau menyapa. Aku takut. Sepertinya dia semakin nakal.
YOU ARE READING
Indraka dan Farhana
Teen FictionBuat Indraka, Kamu kapan tobat? Farhana Buat Farhana, Kamu kapan ngeliat aku? Indraka