Aku ga ngerti maunya Indraka. Itu anak katanya mau maafin, tapi kok pake syarat? Maafin ya maafin aja. Yang ikhlas. Itu kata abi. Orang yang maafin tapi pake syarat itu pada dasarnya tidak memaafkan. Duh Ndra...kamu berapa tahun ga pernah ikut pengajian? Makanya, ngaji dong!
Ini si Wicak juga ngasi info ga jelas. Ditunggu dari seminggu yang lalu ga ada lanjutannya. Pagi ini dia masuk kelas sambil sanyam-senyum. Aku memandang sekeliling. Aman...
"Cak, sini!" panggilku pelan.
Dia mendekat. Senyumnya tambah lebar.
"Mau nanya grup band kami kan?" katanya santai sambil duduk di bangku depanku.
"Ga. Eh, iya juga sih."
"Sudah kuduga," jawabnya yakin.
"Jadi gimana?" tanyaku.
"Vokalis baru itu namanya Adis. Cantik ya?"
"Vokalis baru? Vokalis apaan?" tanyaku heran.
"Kamu nanya vokalis yang nemenin Indrek kan? Iya, Adis namanya."
Aku terdiam. Memegang kening sebentar. Menatap Wicak lagi.
"Aku nanya harga gitar sekolah yang aku rusak, Cak," jawabku kesal.
"Hah? Jadi kamu yang ngerusak? Bukan Indrek?"
Adduh...aku salah jawab. Tadi aku sempat terbawa emosi gara-gara Wicak menjawab sekenanya.
"Maksudku, si Adis itu pegang gitar juga?"
Aku mencoba mengalihkan perhatian.
"Bukan, dia vokal penuh. Anaknya ga bisa pegang alat. Tapi suaranya mantap! Indrek aja sampai ga berkedip kalau liat Adis nyanyi. Adem dan empuk seperti karpet masjid."
Oh...jadi namanya Adis? Anak cantik itukah? Yang aku lihat 2 hari lalu di depan toko musik terkenal itu bersama Indra? Apa saat itu mereka sedang mencari gitar yang mau diganti? Belinya disitu ya? Pasti mahal!
Ok, fixed. Aku kalah banyak. Uang ganti belum kumpul, dicuekin Indraka, belum dimaafkan juga, dia dapat vokalis baru, dan cantik sekali. Kalau sudah begini, apa dayaku...
YOU ARE READING
Indraka dan Farhana
Teen FictionBuat Indraka, Kamu kapan tobat? Farhana Buat Farhana, Kamu kapan ngeliat aku? Indraka