Bab 2

4.6K 275 6
                                    


"Permisi?"

Suara lembut itu langsung disambut dengan berdirinya Ayumi-setelah balas melempar guling ke Shilla. Ayumi menghampiri adik perempuannya itu lalu mendorong kursi roda itu agar lebih masuk kedalam kamar.

"Kenapa? Butuh sesuatu?"tanya Ayumi sambil berjongkok, menjajarkan kepalanya dengan gadis berusia 15 tahun itu.

Ayumi punya adik perempuan. Mereka hanya dua bersaudara. Dan seperti yang dilihat, Arima, adiknya itu tengah duduk dikursi roda, kata dokter lumpuh total. Karena itulah, Arima jadi makhluk ansos-katanya malu sebab gak bisa jalan. Hanya Ayumi, kedua orang tuanya dan Shilla yang mau diajaknya bicara. Dan guru home schooling-tentunya.

"Gak. Cuma mau ikut main aja."ucap Arima dengan senyum yang tidak lepas dari wajahnya.

Arima tak kalah cantik dari Ayumi. Shilla yang dikamar itu jadi iri, kenapa hanya dirinya yang punya wajah pas-pasan seperti dompetnya saat ini.

"Mau main apa, adik cantik?"tanya Shilla tiba-tiba berjongkok disebelah Ayumi. Membuat Ayumi otomatis mengeser tubuhnya, memberi ruang kepada Shilla yang terlihat bersemangat. Childish sekali-menurut Ayumi.

"Terserah kakak aja."jawab Arima yang langsung dibalas cubitan kecil dipipi oleh Shilla.

"Kok gemes sih? Lucu pipinya."ucap Shilla sambil menepuk bahu Ayumi yang berjongkok disebelahnya, membuat Ayumi mendelik tajam pada Shilla yang sama sekali tidak terintimidasi.

Arima tertawa. "Kakak juga lucu kok."ucapnya sambil melirik kakaknya yang masih memasang mode kesalnya.

"Masa sih?"

"Iya, kak. Suer!"

Melihat Arima yang memujinya, Shilla segera berdiri dan mengambil alih mendorong kursi roda Arima.

"Let's go! Saatnya main sama adik cantik."seru Shilla sambil mengangkat tangannya layaknya orang mengajak perang.

"Shilla!! Jangan lari-lari dorongnya!!"teriak Ayumi saat melihat Shilla mendorong kursi roda Arima dengan ugal-ugalan namun dibalik rasa khawatirnya akan jatuhnya Arima karena kelakuan Shilla, Ayumi menarik wajahnya. Menampilkan senyum tipisnya.

"Kampret lo, Shill."

-Idola-

Ayumi adalah definisi dari gadis kasar. Sedikit saja gadis itu kesal, semua yang ada didekatnya bisa hancur seketika. Apalagi dengan marah, Shilla pun tak berani melawannya.

Kali ini anak kelas 11 yang mencari gara-gara. Cewek, mungil namun suaranya yang melengking persis bebek kejepit itu berbuat ulah. Cewek itu dengan-atau tidak sengaja, menumpahkan jus melon pada seragam Ayumi.

Dan yang jadi masalahnya adalah, cewek itu enggan meminta maaf. Oke, Ayumi memang bukan tipe orang yang akan memaafkan seseorang dengan mudah malah Ayumi masuk dalam daftar manusia pendendam. Namun, jika cewek itu meminta maaf, bukankah ada peluang dimana Ayumi hanya diam lalu pergi keluar dari kantin tanpa menoleh lagi kebelakang. Itu lebih baik bukan?

Namun yang terjadi malah sebaliknya, cewek bertubuh mungil itu berteriak marah pada Ayumi dengan mengatakan bahwa Ayumi membuat jusnya tumpah, tanpa melihat seragam Ayumi yang terkena noda jus itu.

Tolong katakan siapa yang gak kesel denger omongan cabe dihadapan Ayumi itu? Mungkin ada, satu atau dua orang yang Ayumi yakini adalah malaikat! Dan sudah pasti bukan Ayumi orangnya.

"Shilla." hanya itu yang keluar dari bibir Ayumi. Sedari tadi gadis itu hanya diam, mendengarkan omelan tak bermutu dari cewek dihadapannya.

Shilla yang merasa terpanggil mendekat pada Ayumi. "Apa?"tanyanya pelan— sangat pelan malah, hingga Shilla sendiri tidak tahu apakah Ayumi mendengar atau tidak. Yang pasti Shilla ingin sekali menyeret Ayumi keluar kantin, tapi kembali lagi-Shilla masih sayang nyawa. Dan membuatnya urung melakukan niatnya itu.

Suara pekikan terdengar dipenjuru kantin saat tiba-tiba Ayumi merebut gelas jus yang ada digenggaman Shilla lalu menyiramnya ke wajah serta seragam cewek bertubuh mungil itu.

"Setimpal, bukan?!"

Ayumi tersenyum sinis melihat wajah cewek dihadapannya yang menatapnya kesal setengah mati, Ayumi juga tidak perduli. Gadis itu malah memajukan tubuhnya, membisikan sesuatu yang langsung membuat cewek itu merinding seketika.

"Gitania Laureen, lo target gue selanjutnya!"

Warning! Bendera perang sudah dikibarkan Ayumi. Terakhir Ayumi mengeluarkan warning seperti ini dua bulan yang lalu. Siska, ketua genk cabe kelas 11 Ips 5 dan berujung cewek itu pindah.

Sadis. Mungkin kata yang paling tepat untuk menggambarkan sosok Ayumi. Wajahnya yang cantik adalah topeng dari kelakuannya yang kelewatan batas, tidak ada yang berani melawan gadis itu, Shilla sekalipun.

-Idola-

Usai memberikan warning kepada cewek bernama Gitania tadi, Ayumi langsung meninggalkan kantin dengan wajah angkuh. Meninggalkan semua orang yang memandang kepergiannya dengan berbagai pendapat. Ada yang berdecak kagum dan ada yang menatapnya benci.

Saat ini Ayumi dan Shilla berada di wc. Ayumi mendengus sebal melihat seragam putihnya yang kini berubah warna, hijau. Masih dengan hatinya yang panas, gadis itu membersihkan seragamnya dibantu dengan Shilla yang berdiri disampingnya.

"Harus ngasih warning kayak gitu?"

Ayumi mendongak, menghentikan aktivitas membersihkan seragamnya dengan tisu dan menatap cermin dihadapannya-lebih tepatnya, Shilla yang ada disampingnya- dengan tajam.

"Kita udah bicarain ini Shill, gue gak mau bahas ini lagi."ucap Ayumi kemudian. Tangannya kembali menarik tisu, membasahi lalu menempelkan di seragamnya, berharap noda jus itu memudar, meski sedikit.

Shilla menghela napas. "Tapikan-

Ucapan Shilla terpotong saat Ayumi melempar tisu bekas digenggamannya ke kotak sampah dengan kuat. Membuat isi kotak sampah itu terjatuh berhamburan. Shilla menoleh, menatap wajah Ayumi kaget.

"Yum."ucap Shilla sedikit kesal.

Ayumi menoleh menatap Shilla, sebentar lalu berjalan melewati temannya itu dan beranjak keluar dari wc namun sebuah kalimat lolos dari bibirnya sebelum benar-benar menghilang dibalik pintu yang terbuka lebar.

"Gue gak akan berhenti Shill."

Meninggalkan Shilla yang hanya bisa menghela napas. "Sadis banget dah, punya temen."

Sadiss😅

Pendek ya?

Tenang, hari ini aku bakal abdet dua part sebagai gantinya. 😄😄

Vote dan komen jangan lupa

Oke, byebye

Idola [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang