Bab 6

3.4K 186 0
                                    

"Arima sudah baikan."

Suara lembut itu masuk kedalam pendengaran Ayumi. Gadis itu menoleh, menatap wajah mamanya yang ikut berdiri disampingnya.

Setelah diberitahu Shilla, Ayumi segera pulang kerumah, bahkan gadis itu belum sempat mengambil tasnya. Yang ayumi ingat, ia hanya meminta izin kepada guru piket yang kebetulan ada didepan gerbang.

Ayumi mengangguk pelan. Matanya kembali menatap seorang gadis yang berbaring diranjang. Arima.

"Arima kenapa bisa begini lagi ma?"tanya Ayumi tanpa melepaskan pandangannya dari Arima.

"Bibi bilang, adik kamu itu seharian ini didalam kamar. Enggak tau kenapa, tiba-tiba adik kamu teriak histeris. Pas bibi liat ternyata Rima udah pingsan."

Ayumi menoleh. "Histeris?"tanyanya lagi yang dibalas dengan anggukan oleh mamanya.

Apa yang membuat adiknya seperti itu adalah hal yang memenuhi pikiran Ayumi saat ini. Arima sudah lama tidak bertingkah seperti ini. Jadi, jika hal ini terulang lagi, pasti ada alasannya.

Kenapa?

Ayumi benci saat melihat Arima lemah seperti ini. Namun Ayumi juga tidak bisa menjamin jika dia berada diposisi adiknya itu, ia akan sekuat Arima.

Lo gak usah khawatir dek, gue ada disamping lo

📷📷📷


"Anjirrr, gue gak nyangka bisa ngobrol sama bebeb Ayumi tadi!"

Suara Imam membuka pembicaraan saat empat anak laki-laki masih berseragam masuk ke dalam markas mereka, kamar Jevan. Kamar yang lumayan luas itu selalu saja menjadi tempat keempat sejoli itu berkumpul dan membuat rumah Jevan selalu ramai jika ada —ketiga sahabatnya— itu.

"Ngobrol dari mana, tai. Gak liat wajah Ayumi pas liat lo tadi!"sahut Ferdi setelah mendaratkan bokongnya di ranjang empuk milik Jevan.

"Tapi gue gak nyangka, Ayumi seberani itu."

Imam menoleh, menatap Gilang yang baru saja berbicara. "Berani apaan?"

"Kalian gak liat, tuh cewek mau gampar si Jevan? Cantik sih iya, tapi..."ucap Gilang.

"Tapi apaan?"

"Cewek berkelakuan buruk!"

Imam melotot, tak terima. "Cewek berkelakuan buruk gimana? Wong jelas-jelas yang mulai duluan, emang tuh kambing."seru Imam sambil menunjuk Jevan yang tengah berbaring di sebelah Ferdi sambil memejamkan matanya. "Kalo gue jadi Ayumi, gue juga bakal ngelakuin hal yang sama!"

"Semangat bener lu, tai."kekeh Ferdi melihat reaksi Imam barusan.

"Iyalah, demi ayang bebeb Ayumi, apapun akan gue lakuin."ucap Imam.

Jevan yang memang mendengar pembicaraan ketiga temannya itu, terdiam. Ingatan tentang Ayumi kembali memenuhi otaknya. Reaksi gadis itu sama sekali bukan hal yang dipikirnya sebelumnya.

Kenapa Ayumi semarah itu?

Menurut rumor yang beredar, Ayumi adalah cewek gak pedulian. Tapi kenapa yang dilihat Jevan malah sebaliknya. Cewek itu mendatanginya, dan oh jangan lupakan Ayumi nyaris menamparnya tadi.

"Gue penasaran."ucap Ferdi.

"Penasaran apaan?"tanya Imam.

"Adeknya si Ayumi kenapa? Kalian gak liat reaksi tuh cewek pas denger nama adeknya."

Jevan terdiam. Matanya perlahan terbuka. Jadi, Ferdi juga melihat kejanggalan dari cewek bernama Ayumi itu.

"Iya juga sih."sahut Gilang.

"Gue bakal cari infonya."

Imam, Ferdi dan Gilang menatap Jevan bingung. Jevan bahkan sudah berdiri dan membuka lemari lalu berjalan masuk kamar mandi,  mengganti pakaian secepat kilat.

"Yakin, lo?"

Jevan mengangguk saat mendengar pertanyaan bernada tak percaya dari Ferdi. "Yakin, seratus persen."ujarnya.

Jevan berjalan menuju pintu, namun saat tangannya baru memegang knop pintu cowok itu menoleh. Menatap teman-temannya yang masih memandangnya tidak percaya.

"Lo pada, kalo mau makan minta di bi Tiem."ucap Jevan sebelum tubuhnya menghilang dibalik pintu.

"Yeay.. Makan!"sorak Imam kesenangan memecah keheningan.

"Makan mulu otak lo, kaki ayam!"hardik Gilang.

"Lo juga bego!"timpal Ferdi sambil melempar guling kewajah Gilang.

"Lah, elu?"

"Bik Tiem.. I'm coming!!"teriak Imam sebelum Gilang balas melempar Ferdi.

Gilang dan Ferdi saling bertatapan namun sedetik kemudian berhamburan keluar, mengejar Imam yang sudah keluar menghampiri Tiem, pembantu di rumah Jevan. Tidak mau ketinggalan dari Imam.

Tbc

Idola [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang