Bab 43

1.9K 102 0
                                    


Kurang ajar!

Siapa yang membuat adiknya menangis semalam. Sejak siang tadi, Ayumi dibuat keheranan oleh sikap adiknya yang diam dan mengunci pintu sehabis pulang dari taman. kini, Ayumi sudah dibatas kesabarannya sekarang.

Gadis itu menatap kesal Arima yang menyembunyikan wajahnya dibalik bantal. Setelah berhasil membujuk adiknya itu membukakan pintu, yang hanya bisa dilakukan Ayumi cuma diam. Arima terus-terusan menyembunyikan wajahnya. Dan sedari tadi juga Ayumi menunggu, hingga adiknya itu mau bercerita kepadanya, tentang siapa "cewek" yang ditemuinya di taman tadi.

Bi Tuni sudah bercerita, padanya dan mama yang terlihat marah mengetahui kondisi Arima yang pulang dengan mata sembab. Pembantunya itu berkata bahwa ada cewek yang membuat Arima jatuh dari kursi rodanya. Entah siapa orangnya.

Dan disini, Ayumi ingin bertanya. Tentang semuanya. Agar gadis itu bisa memberi pelajaran pada "cewek" itu.

"Arima." panggil Ayumi.

Tidak ada sahutan. Pundak Arima sedikit bergetar, menandakan bahwa adiknya masih menangis dibalik bantal itu.

"Sampai kapan kamu mau nangis gini?!"

Ayumi mendengkus kasar.

"Siapa orangnya? Apa yang dia omongin sampe kamu nangis selama ini?!"

Tidak ada kelembutan dari nada bicara Ayumi. Gadis itu sudah jengah melihat keterdiaman adiknya. Dengan kesal, Ayumi menarik bantal yang ada dipelukan adiknya. Meski dibuat terkejut karena mata adiknya yang semakin sembab karena terlalu lama menangis, Ayumi segera menepis keterkejutannya.

 Meski dibuat terkejut karena mata adiknya yang semakin sembab karena terlalu lama menangis, Ayumi segera menepis keterkejutannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang cewek itu omongin ke kamu?!!" bentak Ayumi, kesal. Sejak dulu, memang hanya air mata Arima yang melemahkannya. Gadis itu menghempaskan bantal yang dipegangnya ke lantai.

"Siapa Arima? Jawab, kakak?!" tanya Ayumi sambil mengoyangkan bahu Arima, tak sabar.

Arima kembali menutup wajahnya dengan tangannya, menangis. Ayumi menghembuskan napas, jengah.

Siapapun lo, liat balasan gue buat lo!

"Oke! Kamu masih mau nangis kan? Silahkan." Ayumi berdiri, menatap Arima yang masih menunduk menyembunyikan tangisnya.

"Kakak gak tau lagi mau ngomong apa sama kamu. Dengan diamnya kamu, kakak tau kalo kamu tetap jadi orang yang dipandang lemah. Terserah kamu mau cerita atau enggak, kakak nggak perduli lagi."

Ayumi berkacak pinggang sambil mengusap wajahnya kasar. Gadis itu membuang muka, lalu beranjak meninggalkan kamar adiknya.

"Kak Yumi." lirih Arima disela tangisnya.

Ayumi menoleh. "Kenapa?"

"Sakit." ucap Arima. "Dada aku sesak sekarang."

Ayumi terdiam.

"Dia bilang aku bikin orang itu meninggal. Aku jahat kak! Kenapa aku gak inget hal itu. Siapa orang yang aku bunuh? Aku gak tau. Aku gak inget!!"

Dan saat itu yang ada dipikiran Ayumi hanya berlari memeluk adiknya yang mulai memukuli kepala dan dadanya dengan raungan yang menyayat hati.

💠💠💠

"

Kok berangkat sendirian?"

Ayumi menoleh, menatap Shilla yang berdiri disampingnya.

"Jevan nggak masuk." ucap Ayumi.

Memang, pagi tadi saat Ayumi tengah sarapan, Jevan menelponnya. Memberi tahu bahwa cowok itu tidak masuk sekolah dan tidak bisa menjemputnya, ada urusan— katanya. Dan Ayumi juga tidak ambil pusing, karena otaknya sudah dipenuhi oleh ucapan adiknya itu.

"Dia bilang aku bikin orang itu meninggal. Aku jahat kak! Kenapa aku gak inget hal itu. Siapa orang yang aku bunuh? Aku gak tau. Aku gak inget!!"

Ayumi mengeram marah jika teringat ucapan adiknya malam tadi. Siapa yang tega bicara seperti itu pada adiknya? Dan bunuh? Ayumi jadi ingin menonjok wajah orang itu.

Sialan!

"Yum, kok melamun?"

Ayumi tersentak kaget. "Hah."

"Lo ada masalah, ya?"

"Nggak ada."

Shilla tersenyum masam. "Gak usah bohong. Percuma, wajah lo gak bisa bohongin gue. Ada apa? Cerita ke gue."

Ayumi bungkam. Gadis itu terus melangkahkan kakinya menuju kelas yang hanya berberapa senti lagi jaraknya.

"Lo masih ngeraguin gue, Yum?"

Ayumi menoleh.

"Gue kira, gue udah cukup lama jadi sahabat lo. Sampe lo bisa curhat apapun masalah lo. Tapi kayaknya gak cukup ya?"

Langkah Ayumi terhenti, diikuti oleh Shilla yang dibelakangnya.

"Ikut gue."

Ayumi hanya bisa berharap, dengan bercerita dengan Shilla. Temannya itu bisa membantunya menemukan orang itu.

Lagipula semua orang selalu bilang, kalau bercerita pada sahabat. Kita akan lebih tenang bukan?

Semoga.




TBC

Yang kuat Arima😢😢💪



Idola [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang