Bab 5

3.5K 202 0
                                    

Setelah mendapat informasi dari Gitania—targetnya. Ayumi harus menahan diri untuk tidak segera ke gedung IPS, pasalnya bel masuk sudah terdengar. Membuat Ayumi harus segera kembali kekelas.

Dan disinilah sekarang, disaat lima belas menit sebelum pulang sekolah Ayumi izin keluar—ketoilet alasannya. Ayumi bersandar pada dinding pembatas sambil tangan bersidekap didada. Iris matanya menatap pintu kelas diujung koridor yang masih tertutup, tanda bahwa kelas itu masih berlangsung.

Tak lama dari itu, bel pulang sekolah berbunyi. semua siswa berhamburan keluar kelas tak terkecuali kelas yang tengah Ayumi pantau. Jujur saja, Ayumi tidak pernah melangkahkan kakinya ke gedung IPS. jadi, bisa dibayangkan bagaimana reaksi murid IPS melihat seorang Idola nyasar ke sana. Boom!

Ayumi jadi pusat perhatian seketika. cowok-cowok mulai mengeluarkan handphone mereka, memotret Ayumi dari segala sisi hingga membuat Ayumi risi sendiri. Gadis itu sekejap kebingungan, yang mana namanya Jevan?

Dan kebetulan sekali, Ayumi mendengar seseorang menyebut nama orang yang sudah ditunggunya sedari tadi. Matanya menangkap sosok cowok yang juga menatapnya, bersalah atau entahlah, Ayumi bukan pembaca raut wajah.

"Lo yang namanya Jevan?"

Idola

"Habis ini kita kumpul ya diruang mading. Ada yang mau gue omongin."ucap Jevan pada salah satu anggota eskul-nya yang juga merupakan teman satu kelasnya saat mereka baru saja keluar dari kelas. Dinar, namanya. Gadis berhijab itu mengangguk mengiyakan.

"Jangan lupa lo kabarin yang lain."ucap Jevan, lagi.

"Please deh van. Gue masih muda dan gak pikun. Gue udah denger berkali-kali lo ngomong gitu. Sekali lagi lo ngomong gue tampol mau?"ketus cewek itu sembari menatap kesal Jevan.

"Ya kan manusia. Udah diingetin masih aja lupa. Siapa tau beberapa menit kedepan lo lupa terus pulang. Manusia kan gitu."

"Dih. Udah ah, gue mau barengan icha aja. Ngomong sama lo kayak ngomong sama bajaj. Ngeles mulu!"

Jevan menyerngit. "Lah elu? Pelupa akut! Awas ya, kalo gue ke ruang mading gak ada satupun orang. Gue upload foto-foto aib lo di grup kelas!"ancamnya.

Dinar membelalakan matanya, terkejut. "Foto aib apaan woy? Hapus nggak!

Jevan itu punya kebiasaan ngeselin. Cowok itu suka sekali memotret semua teman sekelasnya. Enak kalo pose cakep, ini mah, foto lagi  mangap, tidur atau foto yang intinya jelek banget. Dan lebih ngeselin lagi fotonya dikirim ke grup kelas via line. Membuat orang yang difoto jadi bulan-bulan. Diketawain. Ngeselin kan?

"Ogah! Lumayanlah foto lo buat ngusir kecoa dirumah gue."

"Hapus gak!"

"Ga—

"Jevaaann!"

Teriakan itu membuat Jevan dan Dinar menghentikan perdebatan yang baru saja hendak dimulai itu. Mereka melihat Imam tengah melambaikan tangan kearah mereka. Dan yang membuat mereka bingung, ada kerumunan disana.

"Ada apaan tuh?"seru Dinar sambil sedikit berjinjit. Maklum tubuh cewek itu lumayan pendek yang membuatnya sedikit kesulitan melihat mengingat yang berkumpul disana lumayan banyak dengan cowok yang mendominasi.

"Kepo lu!"cibir Jevan.

"Ngaca woy! Udah ah, lama-lama alergi gue deketan sama lo."ketus cewek itu lalu berlalu meninggalkan Jevan.

Jevan mengangkat bahu, tak perduli. Cowok itu melangkahkan kakinya mendekati Imam. Diam-diam cowok itu penasaran. Ada apa, kenapa tiba-tiba ada kerumuman di jam seperti ini? Apa ada yang berkelahi? Atau ada yang lagi ngelive katakan putus? Jevan tidak tahu. Yang terpenting cowok itu penasaran sekarang.

Jevan terdiam sejenak. Matanya menangkap sosok yang menjadi pusat perhatian itu. Apalagi saat matanya menangkap iris mata itu juga balik menatapnya. Tajam.

Jevan dibuat tidak bisa berkata-kata saat melihat gadis yang Jevan akui berparas cantik itu tengah berjalan, kearahnya. Jevan mendadak aura disekitarnya menjadi horor. Serius.

"Lo yang namanya Jevan?"tanya Ayumi dengan nada tak ramah.

"Iya, namanya Jevan. Wiih.. Kagak nyangka gue lu disamperin Ayumi, van. Sakit gue ketikung gini."sahut Imam tiba-tiba berdiri disamping Jevan dengan wajah memelas, tersakiti. Tanpa memperdulikan wajah Ayumi yang terlihat tidak suka dengan ucapan yang baru saja dilontarkannya.

"Maksud lo apa bikin berita itu?"tanya Ayumi to the point.

"Oh, jadi lo kesini cuma nanyain masalah ini."

Ayumi melotot, kesal. "Masalah ini? Ini masalah gue. Dan lo udah bikin gosip gak bermutu tentang gue!"

"Kalo cuma gosip kenapa harus marah-marah dan nyamperin gue segala. Gue sebagai pencari berita cuma nyampein apa yang gue liat."ucap Jevan santai membuat Ayumi berdecih melihatnya.

"Oh. Jadi lo yang motret gue diem-diem kemaren? Well, gue tebak lo belum liat kelanjutannya kan?"tanya Ayumi sambil tersenyum, sinis.

Belum sempat Jevan berpikir maksud pembicaraan Ayumi barusan. Sebuah tangan terangkat hendak melayangkan tamparan kearahnya namun sebuah tangan lain menghentikan, membuat Ayumi menyentakkan tangannya lalu berseru marah kepada orang yang baru saja mencegahnya.

"Apaan sih lo!"

Shilla menarik napas dengan tangan bertumpu pada bahu Ayumi. "Adik lo—"

"Adik gue kenapa?!"potong Ayumi cepat. Gadis itu bahkan mencengkram bahu Shilla, membuat Shilla sedikit meringis.

"Bik Tuni barusan nelpon—"

Ucapan Shilla kembali terpotong. Tapi kali ini bukan karena disergah oleh Ayumi namun karena yang diajak ngomong kini sudah berlari, membelah kerumunan yang sedari tadi asik menonton.

Shilla menatap Jevan sebentar lalu melengos, mengikuti Ayumi yang sudah menghilang dari gedung Ips. Membuat Shilla mendengus sebal.

Lagi lagi gue ditinggal!

Aduh, sorry part ini jadi gaje gini😅

Aku pengennya besok apdet tapi ternyata besok banyak tugas menumpuk yang jerit-jerit minta dikerjain😂

Oh ya, aku mau terima kasih buat kalian yang mau baca ceritaku ini😘😘

Aku tanpa kalian kayak pohon tanpa daun tau gak😂😂

Oke, see you😘

Idola [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang