Bab 13

3K 170 3
                                    

Semua kebetulan itu bohong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semua kebetulan itu bohong.
Yang ada hanya kesengajaan
yang dibuat-buat.

-Idola-


Ayumi menatap tangannya yang terbalut perban kosong. Cewek itu sendirian di UKS sekarang, tadinya Shilla bersamanya tapi bel masuk sudah keburu berbunyi hingga membuat Ayumi mengusir Shilla yang terlihat enggan meninggalkannya. Ayumi memegang pergelangan tangannya lalu meringis pelan saat merasakan ngilu pada tangannya membuat cewek itu mengumpat Gala dalam hati.

"Auh."

Ayumi menoleh kearah samping, tepatnya pada tirai tertutup disebelah ranjang tempat duduknya sekarang. Cewek itu menyerngitkan keningnya heran. Perasaannya tadi tidak ada orang selain dirinya dan Shilla di Uks. Shilla sudah kembali kekelas, jadi siapa orang disebelahnya?

"Tangan lo udah mendingan?"

Alis Ayumi perlahan terangkat, itu orang ngomong sama gue?

Tiba-tiba tirai terbuka, Ayumi membelalakan mata saat wajah seseorang yang tidak ingin Ayumi temui dan lihat sekarang terpampang nyata diseberang sana.

"Bisu lo? Ditanya orang malah diem!"
Cibir Jevan.

"Ngapain lo disini? Ngikutin gue lo?!"tanya cewek itu.

"Ge-er banget lo. Nih liat muka gue!"ketus Jevan sambil menunjuk sisi wajahnya yang terdapat lebam berwarna biru.

Ayumi menatap wajah Jevan yang menatapnya sebal. Tiba-tiba saja cewek itu dihantui rasa bersalah tapi tetap saja gengsi lebih mendominasi perasaannya.

"Oh."cicit cewek itu pelan.

Jevan membelalakan matanya. "Oh doang?"

Alis Ayumi sdikit terangkat."Ya terus?"

"Gak ada terima kasih gitu?"

Ayumi tertawa, hambar. "Ngapain gue makasih sama lo!"ucapnya sarkas.

"Tau gitu, ogah gue nolongin orang kayak lo!"

"Gue juga gak minta tolong sama lo, ya."sinis Ayumi.

Jevan mendecakkan lidahnya. "Dasar orang gak tau terima kasih!"

Ayumi menatap sebal cowok yang duduk ranjang sebelahnya. Dengan kesal, cewek itu menutup kembali tirai putih itu hingga menutupi pandangannya dari Jevan.

"Bomat!"dengus Ayumi kasar lalu berbaring diranjang. Cewek itu memilih memejamkan mata, istirahat hingga jam pulang berbunyi nanti. Ayumi sudah mengatakan pada Shilla agar membawa tasnya sepulang sekolah nanti. Kepalang jam sudah menunjukkan waktu bel sekolah pulang bebunyi, cewek itu lebih memilih diUks ketimbang mengikuti pelajaran. Ia malas dan moodnya juga buruk karena cowok sialan bernama Gala itu. Ditambah dengan adanya cowok yang juga di Uks sekarang membuat mood-nya bertambah buruk.

📷📷📷


"Tangan kakak kenapa?"tanya Arima saat kakak perempuannya itu baru saja mendaratkan bokongnya ke sofa.

Ayumi menggeleng pelan. "Tangan kakak gak papa kok."

Arima memicingkan mata, mencari kebohongan dari mata kakaknya itu dan ternyata ia temukan. Ayumi memalingkan wajahnya menghindari tatapannya. Arima menghela napas menyadari kakaknya itu masih enggan menceritakan segala hal padanya.

"Jatuh?"

"Enggak."

Ayumi menarik tangannya yang digenggam oleh Arima yang hendak mengecek perbannya. Namun karena kekencangan menarik tangannya. Pergelangan tangan yang terdapat perban itu sukses menghantam sisi sofa hingga membuat Ayumi meringis kesakitan.

"Kak. Tangan kakak kenapa?"tanya Arima khawatir.

Tidak mendengar jawaban dari sang kakak, gadis itu segera memutar kursi rodanya dan bergerak mencari kotak P3K yang entah dimana letaknya. Matanya segera mengitari setiap sudut ruangan dan menemukan kotak itu terletak didalam lemari yang lumayan tinggi.

Tanpa membuang banyak waktu, Arima segera mendorong kursi rodanya menuju lemari. Dengan susah payah gadis itu akhirnya berada didepan lemari. Gadis itu segera berjinjit dengan tangan yang bertumpu pada sisi kursi rodanya. Namun keseimbangan yang Arima miliki hanya sebentar, karena setelahnya tangan gadis itu terlepas dari sisi kursi roda dan membuatnya jatuh terjungkal kedepan.

"Astaga, Arima!"teriak Ayumi yang Arima yakini tengah berlari kearahnya. Selalu. Berlebihan.

"Kamu tau kan ini BAHAYA."tekan Ayumi saat cewek itu sudah berjongkok didepan Arima.

Ayumi meraih bahu adiknya itu, hendak membantu berdiri. Namun, tangannya segera ditepis pelan oleh Arima.

"Aku bisa sendiri kak."lirihnya pelan.

Ayumi yang tidak paham dengan sikap Arima hanya menghembuskan napas. "Udah, biar kakak bantu."

"Gak usah, Aku bisa sendiri!"ucap Arima sedikit tinggi.

"Kamu gak akan bisa sendiri, kamu gak bisa apa-apa sekarang!!!"bentak Ayumi.

"Aku bisa!!!"jerit Arima histeris. Wajahnya memerah menahan tangis namun gadis itu menggigit bibir bawahnya.

Ayumi terdiam saat melihat adiknya itu berusaha berdiri. Tangan Arima menarik kursi roda miliknya mendekat lalu dengan sedikit gemetar gadis itu bertumpu pada sisi kursi dan berusaha berdiri. Napas gadis manis itu bahkan sudah tidak beraturan, rambut hitam panjangnya sudah acakan sedari tadi. Ayumi hendak membantu namun hanya mengantung diudara saat suara lirih milik Arima kembali mengisi keheningan diantara mereka.

"Aku bisa... Aku bisa... Aku bisa."

Ayumi yang tadinya hendak marah karena kelakuan adiknya itu mendadak bungkam. Tangannya segera menarik Arima mendekat padanya dan memeluk adiknya itu erat.

"Maafin kakak."cicit Ayumi pelan sambil mempererat pelukannya.

"Aku bisa kak, aku bisa sendiri."

"Kakak tau kamu bisa."ucap Ayumi yakin.

Ayumi merutuki ucapannya tadi. Sebagai seorang kakak, Ayumi malah meremehkan Arima ketimbang mensupport adiknya yang kuat itu. Ayumi tahu, adiknya lemah namun berada disisi adiknya saja tidak cukup membuat Arima semangat. Seharusnya ia mendukung adiknya, membantunya agar mampu berdiri sendiri bukan malah memperlakukan Arima seperti orang yang tidak bisa melakukan apa-apa.

Ayumi bisa belajar dari adiknya itu. Bahwa seseorang tidak bisa cukup dengan ada namun juga sesuatu yang mendorong hingga mereka mampu menikmati dunia. Seperti adiknya, Arima.

Tbc

Sedih sendiri nulisnya😢😢

Vomentnya ditunggu ya

Oke, see you😘😘

Idola [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang