Bab 3

4.4K 249 7
                                    

"Tolong kalian cari berita terupdate minggu ini, usahakan secepatnya!"

Semua murid di meja berukuran persegi panjang, dengan setiap sisi diisi oleh empat orang murid dan diujung meja diisi satu orang murid menggangguk saat mendengar sang ketua menyelesaikan narasinya.

"Ada pertanyaan?"tanya Jevan, sang ketua eskul jurnalistik kepada teman-teman eskulnya.

Kiko, gadis berkuncir kuda yang juga atlit taekwondo di sekolah menunjuk tangan, membuat perhatian semua orang diruangan itu tertuju pada gadis tersebut.

"Apa ada kriteria khusus berita yang harus kami cari? Atau malah bebas dan bersifat umum?"

Jevan manggut-manggut. Cowok itu meletakkan tangannya dimeja dan memandang kedepan, berpikir.

"Gimana kalo kita bikin tema bebas. Seperti keseharian anak-anak di sekolah." Cowok itu mengangguk, menyetujui ucapannya sendiri. "Masing-masing dari kita, harus nyari berita atau sesuatu yang beda dari agenda kita biasanya. Entah itu tentang anak basket, anak taekwondo, intinya yang bisa bikin kepsek mikir kalo klub jurnalistik ini, bisa jadi sarana ajang pendekatan antar murid lewat bacaan."

"Berarti anak Cheers boleh dong?" kali ini Zian yang bertanya. Cowok yang terkenal karena cinta bertepuk sebelah tangannya dengan Vivi, ketua cheerleaders yang punya bodi aduhai.

"Yap."

Semua orang didalam ruangan itu mengangguk, tanda bahwa semua sependapat dengan ide dari sang ketua. Jevan Mahendra.

Bel istirahat selesai sudah berbunyi, membuat Jevan segera membubarkan tim sukses-nya setelah memberitahu bahwa pagi besok akan ada rapat lagi untuk mengumpulkan berita yang sudah didapat.

Jevan melenggangkan kakinya menuju kelas, namun sebuah suara bentakan membuat langkah lakinya terhenti ditempat. Suara itu berasal dari lorong sempit menuju belakang kelas dan taman—atau lebih enak disebut kebun.

Penasaran, Jevan mengendap-gendap mendekati sumber suara dengan bersembunyi dibalik dinding. Kakinya pun dibuat berjinjit, agar tidak membuat suara yang bisa merusak moment kepo-nya. Dan ternyata—

Itu Gala dan Ayumi!

Cowok itu menutup mulut, terkejut apalagi saat melihat Ayumi hendak melayangkan tamparan pada Gala. Seperti komputer yang langsung terproses saat data-nya dihidupkan, Jevan segera mengeluarkan handphone disaku kanannya lalu tanpa pikir panjang langsung memotret dua sejoli itu namun cowok itu langsung mengutuk dirinya sendiri, saat handphone-nya mengeluarkan bunyi.

Cekrek!

Idola

Dan saat ini, Ayumi dalam tahap marah luar biasa terhadap cowok didepannya ini. Gala Andromeda, cowok playboy cap kalajengking tiba-tiba menyeretnya yang tengah makan dikantin bersama Shilla ke lorong sempit menuju taman kecil berisikan tumbuhan obat. Menembaknya dan yang bikin Ayumi marah luar biasa adalah kata-kata yang terlontar dari cowok playboy itu adalah—

"Lo terima gue, atau gue cium disini?!"

Ayumi panas dingin mendengarnya. Tangannya refleks terangkat hendak melayangkan tamparan berkekuatan tsunami—bila perlu. Namun  keinginannya itu gagal saat telinganya mendengar suara yang familiar didekatnya.

Cekrek!

Tanpa memperdulikan Gala yang sedikit terkejut melihat reaksinya tadi. Ayumi berlari, mendekati sumber suara yang gadis itu yakini dibalik dinding ini, tapi yang didapatnya malah angin yang berhembus. Tak ada seseorang pun disana.

Eh, masih ada. Gala si kalajengking itu kini sudah berada dibelakangnya. Suaranya yang dibuat lembut, membuat Ayumi menyerngit geli, jijik.

"Jadi?"tanya cowok itu dengan wajah pede-nya.

"Jadi?" Ayumi mengulangi ucapan cowok itu dengan nada sedikit meninggi.

Ayumi menarik kerah baju Gala, lalu dengan lututnya, gadis itu menendang—atau apapun itu. Membuat Gala berteriak frustasi sambil memegangi selangkang-nya.

"Gue bukan cewek murahan yang lo pikirin! Ngerti?!"

Ayumi melengos, tidak memperdulikan Gala yang memakinya dengan sebutan yang tidak bagus didengar—Ayumi juga gak peduli. Namun, suara kamera tadi memenuhi otak Ayumi. Kira-kira siapa yang memotret tadi?

Shilla kah?

Idola

Jevan masuk kekelas dengan napas tersengal-sengal, membuat Imam, teman sebangkunya menatapnya heran dan bertanya-tanya. Ada apa dengan Jevan?

"Nape lu, tong?"

Jevan menoleh, hendak menceritakan insiden dirinya melihat Gala dan Ayumi berduaan lalu adegan Ayumi hendak menampar Gala tadi. Baru juga mangap, Jevan menggelengkan kepala, tidak jadi memberitahu.

"Gak ada apa-apa."ucapnya kemudian yang langsung dibalas dengan wajah tak percaya Imam, Imam dikibulin. Gak mempan!

"Lo cewek apa cowok sih?"

"Ha?"

"Kelamin lo, bego!"ucap Imam gemas sendiri. Gemas pengen nampol Jevan maksudnya.

"Lo mempertanyakan kelamin gue? Kurang jelas muka gue seganteng ini? Apa perlu gue tunjukin kelamin gue?"

Jitakan kuat mendarat dikepala Jevan, membuat cowok itu mendelik kesal kepada Imam yang hobi menjitaknya itu.

"Kalo ini gue yakin lo laki."cibir Imam.

"Maksud lo apaan sih?"

Imam mendengus. "Makanya, punya dvd itu buat nonton film bukan buat main games!"

Jevan seketika terbahak-bahak mendengar ucapan Imam barusan. Apa sangkut pautnya, dvd sama games? Dasar edan.

"Ngapain lo ketawa? Dengerin gue ya. Gue pernah nonton drama taiwan. Tokoh ceweknya bilang kayak lo tadi. Gini..." Imam berdeham, sebelum melanjutkan ucapannya. "Kalo cewek bilang gak ada apa-apa pasti ada apa-apa. Nah, makanya gue nanya sama lo kelamin lo apa."

Jevan masih tertawa. "Drama amat lu."ucapnya sambil menoyor kepala Imam yang langsung ditepis oleh cowok itu.

"Terserah!"

Jevan kembali tertawa, tangannya merogoh handphone-nya di saku celananya. Tawa tadi kini berganti dengan smirk smile-nya.

"Kenapa sih lo? Heran gue,  Senyum-senyum kek nenek-nenek lagi jatuh cinta. Geli gue liatnya."

Masih dengan tersenyum, Jevan membalas pertanyaan Imam. "Lusa, gue rekomendasiin lo harus beli majalah sekolah. Wajib!!"

Nah lo, wajib beli majalahnya😂

Satu kata buat Jevan?

VOTE DAN KOMEN
SPAM juga boleh😂

Oke, see you again😘😘

Idola [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang