Bab 44

1.6K 89 0
                                    


Jujur memang bukan suatu hal yang mudah dikatakan. Namun, berbohong untuk menutupi kebenaran terpahit sama saja membunuh. Membunuh karakter seseorang. Dari yang baik menjadi pembenci, pemaaf menjadi pendendam. Sesimple itu.

💠💠💠

Shilla mengetahui semuanya. Awal hingga akhir cerita. Bila disuruh menuliskannya dalam sebuah buku, mungkin buku itu akan terkenal dengan kisahnya yang dramatis.

Tanpa perlu berpikir panjang, Shilla mampu menunjuk siapa orang yang tega melakukan hal "menjijikan" seperti yang diceritakan Ayumi barusan.

Namun, lagi-lagi Shilla harus kembali bungkam. Bungkam tentang Brita, yang tidak akan berhenti mengusik Arima. Nyali Shilla tidak sebesar itu sekarang, bayangan kesalahannya dulu berakibat fatal bila Shilla buka suara tentang kelicikan Brita.

Tapi Shilla tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya mendengar tuduhan yang diberikan Brita pada Arima.

"Shill.. Shilla!"

Shilla menoleh, kaget. "Hah?"

"Kenapa lo?"

"Gu.. Gue gak papa kok."

Sebelum Ayumi bertanya yang tidak-tidak, Shilla segera mengalihkan pembicaraan.

"Jadi lo pengen nyari tahu siapa cewek itu?"

"Menurut lo?" Ayumi mengepalkan tangan, emosi. "Gue harus diem, liat adek gue digituin."

Shilla terdiam, bingung bereaksi apa. Shilla hanya menepuk bahu Ayumi, berharap sahabatnya itu bersabar. Satu sisi dia mendukung Ayumi, disisi lain Shilla takut. Takut jika Ayumi tahu kebenarannya.

Suara dering ponsel membuyarkan lamunan Shilla. Shilla mengerutkan dahi saat melihat nomor yang tidak dikenal. Ayumi yang berada disamping menoleh, penasaran.

"G..gue angkat dulu." ucap Shilla sambil beranjak dari kursinya, menjauh dari Ayumi.

"Halo, ini siapa?"

"Temuin gue di lorong perpus sekarang!"

Brita!!

Bulu kuduk Shilla merinding. Suara itu terlalu memberinya kesan hingga membuat Shilla ketakutan. Seakan orang yang menelponnya sekarang  lebih seram dari hantu. Shilla mengigit bibir bawahnya, menelan ketakutannya sesekali mencuri pandang ke arah Ayumi yang menatapnya penasaran.

"Tapi—

Ucapan Shilla segera dipotong oleh Brita. "Atau lo mau gue kasih tau ke semua orang termasuk temen lo itu kalo—

"Oke, gue kesana!" sergah Shilla cepat lalu mematikan telepon itu sepihak. Dan pergi meninggalkan kelas tanpa tau jika Ayumi menatapnya heran.

💠💠💠

"Gue udah duga, lo pasti dateng."

Shilla memutar matanya, jengah. Gadis itu menoleh kanan-kiri, memastikan bahwa tidak ada seseorang disana kecuali dirinya dan Brita.

"Kenapa lo manggil gue kesini?" tanya Shilla tak sabaran.

"Santai dong. Baru juga lo dateng, kenapa gak kita omongin dulu tentang lo—

"Gue gak ada waktu buat itu!" Shilla memotong, membuat Brita mendengkus sebal.

"Lo, udah mulai berani yah sama gue?!"

Shilla terdiam.

"Kayaknya lo udah gak mempan lagi gue ancam." Brita melipat tangannya didada dengan raut wajah kesal.

Pagi ini, Brita dalam mode kesal akut. Jevan sama sekali tidak mau mengantarnya kesekolah dan pergi begitu saja dari rumah tanpa sepengetahuannya. Jadi, Brita pikir dengan bermain dengan boneka penurut-nya bisa memperbaiki moodnya yang rusak namun ternyata sama sekali tak sesuai ekspetasinya. Bonekanya sudah mulai menentangnya sekarang.

"Kira-kira apa yang akan temen lo lakuin saat tau kebenarannya?" tanya Brita.

Shilla bungkam. Pertanyaan ini, selalu melemahkannya dari dulu. Bagaimana jika Ayumi tau yang sebenarnya? Shilla tidak berani membayangkannya. Ayumi adalah hal kesekian yang tidak ingin dia hilangkan dari hidupnya. Dulu hingga masa depan nanti.

"Dia bakal ngapain, ya? Gue penasaran. Seharusnya bocah itu mati kan, kenapa cuma cacat kayak gitu."

"Apa mau lo?!" tanya Shilla kesal.

"Hah?" Brita pura-pura tidak mendengar.

"Apa mau lo? Kenapa lo masih gangguin Arima? Gue tau, lo kan yang ketemu sama Arima di taman kemarin?!"

"Kalo iya, kenapa? Lo mau apa?!" tantang Brita, dengan wajah angkuhnya.

"Jadi lo, pelakunya?!"

Suara itu sontak membuat kedua orang yang tengah bersitegang, menoleh kaget. Shilla mundur satu langkah, terlalu terkejut. Sedangkan Brita, malah tersenyum sinis melihat sosok yang tenaah dibicarakan muncul, apalagi saat ekor matanya mendapati raut wajah Shilla yang ketakutan.

Ayo Bri, ini waktu yang tepat buat ngancurin mereka!

"Oh. Iya gue pelakunya, kenapa?!" ucap Brita dengan wajah tak bersalah.

Seharusnya Shilla tidak perlu terkejut saat suara tamparan terdengar nyaring ditelinganya namun tetap saja, Shilla terkejut— dan takjub, pada Ayumi yang kini memandang Brita murka.

"Kenapa?!" tanya Ayumi dengan nada meninggi. "Enteng banget lo ngomong gitu, setelah mulut sampah dan tangan kotor lo itu nyakitin adek gue!!"

Brita mengelus pipinya yang memerah. Brita sama sekali tak percaya, gadis dihadapannya berani mengangkat tangan dan menamparnya.

"LO!!" teriak Brita sambil melayangkan tangannya, hendak menampar balik Ayumi.

Namun, semuanya hanya angan Brita karena kini pergelangan tangannya dicengkram erat Ayumi.

"Lo pikir, tangan lo ini bisa nyentuh gue, hah?!" geram Ayumi.

Dengan marah, gadis itu mendorong tubuh Brita kebelakang hingga membentur dinding.

"Lo, mau mati hah?!" bentak Brita sambil meringis saat menyentuh  punggungnya. Sakit.

Ayumi mendengkus. Ternyata gadis dihadapannya tidak gentar seperti gadis lainnya. Membuat Ayumi melengkungkan senyum yang diyakini Shilla— bahaya.





TBC

Greget sendiri gue astaga😂😂

Kira-kira udah bisa nebak belum masalahnya si Shilla?

happy reading😘😘

Idola [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang