Bab 25

2.3K 150 0
                                    

Dejavu adalah perasaan dimana lo ngerasa pernah mengalami, melakukan, mendengar, menyentuh atau merindukan orang yang sama persis. Atau orang yang benar-benar sama.

📷📷📷

Kaget, satu kata yang menggambarkan ekspresi Shilla saat baru saja membukakan pintu rumah Ayumi. Cewek itu memang sengaja ikut bersama Ayumi pulang kerumah agar bisa bertemu Arima. Adik manis.

Shilla mengerjapkan matanya sebelum akhirnya, cewek berambut pendek itu maju, dan mendorong tubuh orang itu kebelakang.

"Ngapain lo kesini!!"teriak Shilla marah.

Jevan yang tidak menjaga keseimbangnya, termundur ke belakang dengan sempurna. "Lo, kenapa sih?"ketus Jevan.

"Lo yang kenapa? Belum puas bikin berita murahan itu? Belum puas bikin anak orang trauma?!"cecar Shilla.

"Shill, ada apa-." Ayumi membelalakan mata, terkejut melihat Jevan yang kini tengah berdiri menatapnya.

"Ngapain lo disini!"

Jevan menghela napas, berusaha sabar menghadapi dua orang yang tengah emosi dihadapannya itu. "Gue mau buktiin satu hal."

"Bukti?" Shilla menoleh, menatap Ayumi. "Lo masih butuh bukti, Yum?" tanya Shilla tak percaya.

"Apa buktinya?" ucap Ayumi.

"Panggil adik lo."

"Gak." tolak Ayumi, keras.

"Kenapa? Lo takut nyatanya, pacar lo ini sama sekali bukan pelakunya."sindir Jevan.

"Gue gak takut sama sekali." ucap Ayumi, marah.

"Ya udah. Buktinya ada sama gue, tapi sebelumnya, panggilin dulu adek lo. Buktinya gak akan berguna tanpa adek lo disini."

Ayumi memicingkan mata, mencari tahu rencana apa yang akan dilakukan Jevan. Namun gadis itu akhirnya mengangguk setuju, lagi pula dia akan ada disamping Arima. Jadi, mustahil jika Arima akan kembali terluka dihadapannya.

"Oke, kalo bukti lo gak ngaruh sama sekali dan tetap buat lo jadi pelakunya." Ayumi menatap dalam Jevan. "Menjauh dari adek gue, dan kehidupan gue. Berhenti jadi parasit dihidup gue!"

Jevan terdiam sejenak, kemudian mengangguk. "Deal."

"Gak!" Shilla menggeleng. "Bahaya, Yum."

"Gue gak akan nyakitin dia."ucap Jevan, kesal melihat reaksi Shilla.

"Tetep aja gue gak percaya." tukas Shilla.

"Shill, kita butuh bukti sekarang. Ayo." Ayumi menarik tangan Shilla masuk kedalam rumah.

***

"Kamu mau kan ketemu sama Jevan?"

Arima menggeleng untuk sekian kalinya. Membuat Ayumi dan Shilla sedikit kesusahan membujuk gadis berwajah manis itu.

"Dia cuma mau ketemu kamu sebentar. Gak usah takut, kakak ada disamping kamu." ucap Ayumi.

Arima menatap kakaknya itu dalam. Lidahnya kelu untuk mengiyakan. Rasa takut mendengar nama itu menguasainya.

"Hey." Shilla berjongkok, menggenggam tangan Arima. "Kalo kamu takut, tinggal panggil kakak aja. Tinju kakak udah siap untuk siapapun yang nyakitin kamu." ucap Shilla lembut.

Arima mengigit bibirnya gemetar, ragu.

"5 menit, kakak janji." Ayumi mengacungkan jari kelingkingnya, diikuti oleh Shilla yang juga melakukan hal sama.

Arima menarik napas pelan, mengaitkan jarinya dengan kedua perempuan dihadapannya lalu tersenyum tipis. "Arima mau."

📷📷📷

"Lima menit."

Jevan mengangguk mendengar ucapan Ayumi yang baru saja keluar rumah.

Arima yang baru saja keluar rumah, mendadak mematung melihat cowok itu. Ayumi yang melihat perubahan raut wajah Arima menghampirinya.

"Kakak bener kan, dia orangnya?" tanya Ayumi.

Arima diam. Jantungnya berdebar kencang saat ini, entah kenapa. Gadis itu memejamkan matanya, saat tiba-tiba gambar layaknya film terbesit diotaknya.

"Arima, kenapa?" Ayumi berjongkok, mengubah posisi kursi roda itu menghadapnya.

"Biar gue nanganinnya." tawar Jevan tiba-tiba.

Antara percaya tidak percaya, Ayumi berdiri kembali, membiarkan Jevan membuktikan selama lima menit waktunya.

"Hei." Jevan berjongkok, memegang bagian samping kursi roda itu tanpa melepaskan pandangannya pada Ayumi yang menatapnya tajam. Seperti mengatakan waktu-lo-cuma-lima-menit.

Jevan mengalihkan pandangannya, menatap gadis yang tengah duduk dikursi roda dihadapannya, yang masih saja memejamkan matanya.

"Kamu jangan takut, selagi aku disini. Gak akan ada yang nyakitin kamu." ucap Jevan.

"Kamu jangan takut, selagi aku disini. Gak akan ada yang nyakitin kamu. Aku janji"

Arima sontak membuka matanya. Cewek itu menahan napas saat melihat wajah Jevan tengah tersenyum dihadapannya.

"Dahinya jangan dikerutin, Jelek." tangan Jevan terulur, menekan dahi Arima dan mengusapnya lembut tanpa tau bahwa tindakannya tadi semakin membuat Arima pusing.

"Nama gue–aku Jevan."

Arima menggeleng "Kamu bukan Jevan."cicitnya pelan.

Jevan mendongak, menatap Ayumi penuh kemenangan. Bukti konkrit, beres!

"Mau kasih tau aku siapa namanya Jevan?" tanya Jevan, memancing.

Arima menatap Jevan dalam, lalu menggeleng. "Gak mau."

Jevan tersenyum. "Gak usah takut. Cuma foto kok. Nih." Jevan mengeluarkan Handphone miliknya dan menunjukkan foto-foto teman-temannya. Tak terlewatkan satu pun.

Sepanjang Jevan menunjukkan, Arima menggeleng. Namun, Jevan melupakan foto satu orang yang sayangnya tidak ada di galerinya.

Tut tut tut

Panggilan Masuk

Jevan baru saja hendak menggeser tombol hijau namun urung saat Arima berteriak sambil menunjuk ke layar handphonenya—lebih tepatnya pada foto yang menjadi profil pemilik nomor.

"Shittt!"umpat Jevan kasar.









Tbc

Ada yang tau siapa pelakunya?

Kalau tebakannya bener, aku double up. Kalo salah, berarti besoknya aku up.

Oke, see you😘😘


EciE
30 April 2018

Idola [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang