Cover by @karhadid
Part 43-end di PRIVATE
Follow sebelum membaca
Ayumi Mariska
Cewek tercantik di SMA Gemilang. Idola sekolah. Punya follower terbanyak satu sekolah. Namun semua orang tahu bahwa Ayumi adalah Pembully sejati. Sehingga membuatnya dita...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Diamku adalah ragu, marahku adalah petunjuk bahwa senyum yang kau pikir ada. Percuma kau harapkan"
-Ayumi Mariska-
-Idola-
"Kenapa kamu kembali lagi kesini?!"
Kalimat yang menjadi pembuka itu sukses membuat Ayumi terdiam sesaat. Selain karena pertanyaan yang sudah pasti menjelaskan bagaimana perasaan sang mama yang tidak suka, nada suara yang digunakan pun membuatnya terenyuh pelan. Sakit. Satu kata yang menjelaskan bagaimana kondisi "tertampar" kenyataan lagi seperti ini.
"Ma."lirihnya pelan. Hanya itu yang mampu dilontarkan Ayumi setelah sekian banyak kata yang dirangkainya disepanjang jalan tadi.
"Firda."
Suara bunda Sandra menginstrupsi. Ayumi menatap wajah mamanya dalam sedang yang ditatap melengos, membuang muka tidak perduli.
"Kamu gak bisa giniin Ayumi. Ngusir dia dari rumah, bagaimana pun juga Ayumi anak kamu, Fir."
"Anak yang mampu nyelakain saudara kandungnya, begitu maksud kamu?!"
Bunda Sandra mendesah pelan. "Firda, jangan menghakimi anak kamu sendiri. Kamu gak bisa nuduh Ayumi seperti ini."
Firda berdecih. Wanita itu menatap Ayumi tajam, raut wajah kebencian tersirat jelas disana. " Saya ngusir kamu dari rumah dan sekarang kamu datang kembali dengan perlindungan kesini. Apakah ucapan saya semalam hanya lelucon untuk kamu?!"
Ayumi menggeleng.
"Ma, bukan beg-."
"Apakah kamu memang ingin melukai adik kamu?!"tanya mama dengan nada meninggi.
"Oh, atau kamu mau liat mama mati karena punya anak kayak kamu! Kamu mau semua orang dirumah ini celaka, begitu!"
"Firda, tenang dulu."sela ayah Shilla.
"Saya tidak bisa tenang kalau anak ini ada disini!!"teriak mama marah.
"MAMA!!!!"
Teriakan itu sontak membuat keempat orang diruang tengah itu menoleh. Disana, disamping tangga Arima menatap kearah mereka dengan wajah memerah menahan tangis. Senyum yang biasa terpampang diwajahnya tak terlihat sama sekali, yang ada binar mata redup dengan bibir bergetar menggantikannya.
"Jangan usir kakak aku, Ma!"pekik gadis itu sedikit tinggi.
"Arima!"bentak mama.
"Jangan usir kak Ayumi."seru Arima sambil menjalankan kursi rodanya menuju keempat orang disana namun karena tidak berhati-hati, gadis itu terjatuh dari kursi rodanya saat hendak melewati lantai yang sedikit memiliki turunan didekatnya.