Cover by @karhadid
Part 43-end di PRIVATE
Follow sebelum membaca
Ayumi Mariska
Cewek tercantik di SMA Gemilang. Idola sekolah. Punya follower terbanyak satu sekolah. Namun semua orang tahu bahwa Ayumi adalah Pembully sejati. Sehingga membuatnya dita...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
5detik yang lalu aku berpikir, detik ini aku terdiam, lalu detik selanjutnya aku bimbang.Aku menimang, kali ini apa yang harus kulakukan? Kembali diam atau berpikir tentang dunia yang kejam?
-Ayumi Mariska-
===
Setiap orang pasti punya beberapa masalah dalam hidupnya, namun yang membedakan adalah bagaimana cara mereka menghadapinya. Ada yang bercerita agar merasa lega dan ada yang memilih diam tanpa tau jika semua itu bisa berubah menjadi dendam. Dan Ayumi memilih opsi kedua. Marah, benci dan dendam sudah dipupuknya sejak dulu tepat 4 tahun yang lalu.
"Ini Mochiato-nya"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ayumi mendongak saat suara waiters tersebut membuyarkan lamunannya. Cewek itu mengangguk pelan saat waiters itu meletakkan minuman yang dipesannya tadi dan berlalu meninggalkan mejanya menuju meja seberang. Ayumi melemparkan kembali pandangannya ke luar jendela.
"Kalau bisa, sekalian kamu pergi dari rumah ini!"
Ayumi tersenyum hambar saat mengingat kembali ucapan mamanya tadi. Ucapan yang membuatnya terdampar disini.
Ayumi keluar rumah. Bukan menuruti permintaan sang mama tapi menenangkan hatinya yang mendadak nyeri.
"Loh den kenapa kita jadi minum kopi? Katanya laper."
Suara itu masuk begitu saja di pendengaran Ayumi. Cewek itu membelalakan mata saat seseorang menarik kursi didepannya lalu seseorang yang Ayumi yakini berusia hampir setengah abad menarik kursi disebelahnya dan duduk dengan wajah tersenyum ramah.
"Ngapain lo duduk disini?!"tanya Ayumi dengan nada tidak suka pada cowok yang ada dihadapannya, Jevan.
"Emang ada larangan gak boleh duduk disini?" Jevan melambaikan tangan memanggil seorang waiters yang tengah mencatat pesanan di meja lainnya.