Bab 36

2.2K 133 4
                                    

Happy reading

Vote dan koment ya

💠💠💠




Jam pelajaran baru saja selesai. Satu-persatu murid membersihkan peralatan mereka dan pergi meninggalkan kelas. Namun, ada yang berbeda dari Ayumi. Gadis itu mengigit bibir bawahnya sambil sesekali menatap keluar jendela. Was-was jika Jevan mengintip dari sana.

Ayumi masih marah akan "insiden" tadi. Gadis itu langsung pergi meninggalkan Jevan dengan perasaan yang tidak bisa Ayumi ungkapkan.

Ayumi menoleh, menatap Shilla yang tampak terburu-buru membereskan bukunya.

"Lo mau kemana, buru-buru banget?" cegah Ayumi saat melihat Shilla hendak meninggalkan meja mereka.

Sebenarnya dari tadi Ayumi heran dengan Shilla. Temannya itu tiba-tiba meninggalkannya di kantin dan sepanjang pelajaran tadi Shilla juga terlihat cemas. Membuat Ayumi bertanya-tanya dalam hati.

"G..gue ada janji." ucap Shilla.

"Janji?"

"Iya. Janji nemenin bang Saga beli gitar baru."

Ayumi mengangguk pelan.

"Hati-hati." ucap Ayumi yang sepertinya tidak sempat terdengar oleh Shilla, sebab Shilla sudah lebih dulu meninggalkan kelas, tanpa menoleh sedikitpun dengan langkah kaki yang tergesa-gesa.

Perhatian Ayumi tentang Shilla buyar saat mendengar suara ketukan dari jendela disampingnya. Ayumi melotot kaget saat melihat sebuah kertas yang menutupi wajah seseorang— yang Ayumi yakini si Jevan, karena gelang yang dipakainya.

Masih marah?

Tulisan bertinta hitam itu membuat Ayumu menoleh sempurna, gadis itu menghadapkan tubuhnya kearah Jendela, berhadapan dengan Jevan yang hanya dibatasi oleh dinding dan Jendela tembus pandang didepan mereka.

Kalau iya,

Sorry

Mendadak perasaan bersalah menyeruak, memenuhi hati gadis itu. Sebenarnya "ciuman" tadi murni kecelakaan. Jevan bahkan terlihat kaget saat dirinya jatuh menimpa cowok itu. Hanya saja, Ayumi butuh pelampiasan kemarahannya— yang sebenarnya berbanding terbalik, gadis itu hanya menutupi rasa gugupnya saat itu. Sebab Ayumi, sudah mengaku kalah dengan Jevan. Kalah untuk tidak jatuh cinta, pada laki-laki yang selalu membuatnya marah.

Ayumi menatap Jevan yang kini sudah menurunkan kertas itu dari wajahnya. Seharusnya gue yang bilang sorry

Tapi nyatanya, ucapan dalam hati itu tak terdengar sama sekali di telinga Jevan. Ayumi terlalu kaku untuk sekedar minta maaf.

"Mau pulang bareng?"

Hening. Ayumi menarik napas, lalu mengangguk pelan.

Setidaknya itu bisa mewakili kalo aku udah maafin dia kan?


💠💠💠


Dering ponsel cowok itu berbunyi untuk kesekian kalinya, namun sang pemilik ponsel sepertinya sama sekali tidak tertarik untuk sekedar melihat ponsel yang menjerit-jerit minta diangkat.

Ayumi yang melihat wajah santai Jevan dibalik kemudi menatap penasaran ponsel yang tergeletak begitu saja, gadis itu  menunduk dan menemukan nama sang penelpon yang membuat dadanya panas seketika.

Cewek itu!

Ayumi memalingkan wajahnya, berusaha agar terlihat santai. Cewek itu membetulkan posisi duduknya tanpa berniat menoleh untuk melihat wajah Jevan.

"Aku gak akan jawab teleponnya."

Ayumi menoleh.

Jevan memandang lurus kedepan. "Aku gak akan buat kamu cemburu."

"Gak ada yang cemburu disini!" cetus Ayumi.

Jevan menoleh. "Tapi dari nada bicara kamu, itu udah nunjukin semua."

Ayumi terdiam.

"Ayumi."

"..."

Jevan tersenyum tipis, tangannya refleks terangkat dan menggenggam tangan Ayumi yang bebas. Gadis itu menatap Jevan kaget. Jevan kembali fokus dengan menyetirnya dengan sebelah tangan menggenggam tangan Ayumi erat. Dan Ayumi, sibuk mengatur detak jantungnya yang tengah menggila disana.

Ayumi mengigit bibirnya dan mengalihkan wajahnya keluar pintu kaca mobil yang baru dibukanya. Iris mata gadis itu menangkap pemandangan seorang Saga, tengah berjalan bersama gerombolan laki-laki seumuran dengannya— temennya, mungkin.

Ayumi segera meraih ponselnya di saku bajunya dan menelpon seseorang disana, dengan Jevan yang memandang gadis itu kepo.

"Halo, Shill."

Mendengar nama yang baru saja diucapan Ayumi, Jevan mendesah lega. Rupanya, bukan hanya Ayumi yang pencemburu. Jevan juga dan cowok itu mengakuinya.

"..."

"Lo sekarang ada dimana?"

"..."

"Oh, masih sama bang Saga ya?"

"..."

"Ya udah. See you."

Ayumi menatap gerombolan laki-laki itu dalam, namun gadis itu terkesiap saat pintu kaca mobil itu langsung menutup, membuat Ayumi segera menoleh dan menatap Jevan kesal.

"Aku gak suka, liat kamu ngeliat mereka sampai segitunya."

Bibir Ayumi segera bungkam. Pikirannya segera mencerna ucapan Jevan barusan. Senyum jahil gadis itu tercipta di wajah cantiknya.

"Ciee, ada yang cemburu?"

"Iya, aku cemburu." jawab Jevan sambil menoleh, menatap tepat manik mata gadis yang tengah mengerling jahil padanya.

Senyum di wajah Ayumi hilang, berganti kan raut wajah merah. Gadis itu segera memalingkan wajah lagi, berharap Jevan tidak melihat rona dipipinya yang bisa dipastikan sudah semerah tomat.

"Malu ya? Kok pipinya merah gitu. Jadi pengen peluk."

Ayumi mendelik cepat dan memukul bahu Jevan kuat, membuat cowok itu meringis.

"Nih peluk." ucap Ayumi sambil mengepalkan tangannya didepan wajah Jevan.

Dan kali ini, suara tawa Jevan menguar didalam mobil itu, bersamaan dengan rasa penasaran Ayumi terhadap Shilla. Shilla sudah berbohong padanya tentang Saga dan janji itu.

Tapi karena apa, Shilla bohongin gue?





TBC

Ada apa dengan Shilla?

Jangan lupa, vote dan koment ya😊😊


H-3 menjelang lebaran
12 Juni 2018

Idola [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang