Bab 26

2.3K 137 1
                                    


Kalian terlalu bodoh, Untuk menganggap bahwa selalu ada, akan selalu baik tanpa pernah berpikir bahwa terkadang, itu hanya topeng untuk permainan bernamakan kehancuran dan dendam.

Karena lo, gue jadi paham bahwa didunia ini. Menjadi baik adalah dessert terbaik untuk sebuah hidangan bernama pengkhianatan.

–Jevan Mahendra–





Kalau saja pelakunya adalah mobil, Jevan tak segan menghancurkannya meski harganya mencapai miliaran bahkan triliunan rupiah. Tapi nyatanya, pelakunya adalah Angin. Angin yang membuatnya sesak hingga ke ulu hati. Cowok itu membanting stir menuju tempat dimana sang pelaku berada.

Tidak butuh waktu lama. Jevan memarkirkan mobilnya didepan rumah berlantai dua tanpa berniat memasukkan mobilnya kedalam bagasi—tempatnya sering memarkirkan mobil saat bermain disini.

Cowok itu berjalan masuk, menyapa pembantu rumah tangga yang kebetulan tengah menyapu, lalu menaiki tangga. Dengan satu sentakan Jevan membuka pintu kamar.

"Jev, kenapa lo?"

Jevan mengacuhkan pertanyaan yang baru saja terlontar dari Imam. Cowok itu berjalan menghampiri "temannya" dan menghajarnya, meninjunya sebanyak 2 kali sebelum  seseorang menariknya menjauh.

"Bangsat lo!!!"maki Jevan.

"Lo kenapa sih, Van?!"bentak Ferdi, memegang tangan Jevan, menahan temannya itu.

"Tanya sama temen brengsek lo itu! Apa yang udah dilakuinnya ke Arima!! Gak gentle banget lo!" teriak Jevan emosi. Jevan menatap nyalang seseorang yang kini tengah ditahan oleh Imam.

"Lang?" ucap Imam, tak paham.

Gilang terkekeh. Tangannya mengusap sudut bibirnya yang berdarah, karena terkena tinjuan dari Jevan barusan.

Melihat Gilang terkekeh seperti itu, membuat emosi Jevan semakin memuncak. Jevan menepis tangan Ferdi yang menahannya dan meringsek maju, mencengkram erat kerah seragam Gilang dan memukul rahang temannya itu lagi hingga tersungkur.

Kali ini, Gilang balik menatap Jevan marah dan meninju Jevan hingga tersungkur.

"Bangun pengecut!" teriak Gilang sambil menendang tubuh Jevan, membuat Jevan meringis saat bagian perutnya terkena tendangan itu.

"Lang, lo apaan sih!" ucap Ferdi sambil mendorong tubuh Gilang agar menjauh dari Jevan.

"Van." Imam menghampiri Jevan, membantu temannya itu berdiri.

Gilang berdecih melihat Ferdi dan Imam lebih memilih berpihak pada  Jevan. "Lo semua, pengecut tau gak! Lo semua bego!!! "teriaknya lantang.

"Sarap lo, Gilang!" ujar Imam ikut emosi.

Jevan menggeram marah. "Brengsek lo!" Jevan meringsek maju, yang segera ditahan oleh Ferdi.

Gilang tertawa. "Brengsek?" tawa itu semakin membahana. Membuat ketiga manusia waras didalam sana mendidih, emosi.

"Lo yang brengsek! Gara-gara lo, adek gue hampir mati! Cuma buat cowok pengecut, pecundang kayak elo!!"tambahnya.

Idola [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang