Bab 14

2.9K 169 2
                                    

Penasaran itu adalah awal sebuah rasa yang sering disebut cinta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penasaran itu adalah awal sebuah rasa yang sering disebut cinta.
Percaya?

—Idola—

"Jadi jagoan boleh den, tapi jangan sampe babak belur gini. Kalo bapak sama ibu tau kan berabe."

Jevan meringis saat kapas dengan obat merah itu menempel di bawah matanya yang membiru. Cowok itu sesekali mengaduh, membuat bi Tiem segera meniup-niup wajah anak majikannya itu pelan.

"Mereka gak bakal tau kalo bibik gak kasih tau."ucap Jevan sambil mengambil kaca yang terletak dimeja. Cowok itu mendesis pelan saat menyadari wajah tampannya sudah tidak berbentuk, lebam sana-sini.

"Loh kok gitu? Kenapa ibu sama bapak gak boleh tau den?"tanya bi Tiem sembari memasang handsaplast untuk menutupi luka disekitar lebam.

"Entar mereka marah."jawab Jevan seadanya.

Bi Tiem mengangguk pelan. "Oh, begitu toh. Tapi den, bibik mau tanya."

"Apa?"

"Aden berantem karena pacarnya ya?"

Jevan yang tengah meminum jus buatan bibik tadi langsung terbatuk-batuk, terkejut. Bibik yang melihat anak majikannya itu langsung menepuk-nepuk punggung Jevan.

"Aduh aden, ya mbok minum tuh pelan-pelan."ucap Bi Tiem panik.

Jevan berdeham sambil memukul dadanya pelan. "Bibik tuh kalo nanya jangan yang aneh-aneh lah."

"Aneh gimana den?"tanya bi Tiem tak mengerti.

"Emang bibik pernah liat aku bawa cewek? Atau bawa cewek kehadapan bibi?"

Bi Tiem menggeleng. Jevan yang melihat tingkah pembantunya itu hanya mengigit bibir bawahnya, gemas. Cowok itu merasa bahwa pembantunya makin lama makin lelet.

"Ya artinya aku jomblo bik. Jomblo!!"

Jevan bersyukur dirumahnya hanya ada dirinya dan bi Tiem, pembantunya yang selalu mendengarkan ceritanya. Kedua orang tuanya bekerja hingga terlihat jarang dirumah bahkan Jevan hanya bisa bertemu saat mereka sarapan bersama. Khas anak yang punya orang tua kaya atau kalian sebut tidak pedulian pada anaknya  sendiri.

"Oalah.. Ternyata aden gak laku toh."ucap bi Tiem manggut-manggut.

Jevan menghela napas kasar. "Bukan gak laku bik, belum ada yang pas."

"Sama aja itu den, sama-sama gak ada pacar."ujar bi Tiem tertawa.

Jevan mendengus sebal, ini pembantunya kenapa jadi menghinanya kayak gini?

Idola [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang