Bab 23

2.3K 150 1
                                    

Waduhh, sorry baru bisa update sekarang🙏😢

Biasalah, tugas lagi banyak-banyaknya sekarang. Apalagi UAS sudah didepan mata😭😭

Kok jadi curhat😭😅

Ya sudahlah...




Selamat membaca😘

Heran, itu yang sedang dirasakan Ayumi saat melihat Arima kini terduduk ditanah dengan rambut terurainya yang menutupi wajahnya.

Ayumi segera berjongkok dan memegang bahu adiknya itu. "Arima, kamu ngapain duduk dibawah."

Raut wajah cemas itu berganti dengan raut wajah marah yang sangat ketara, saat Ayumi melihat mata Arima yang sudah basah dengan air mata yang masih mengalir disudut matanya.

"Kamu, kenapa?!" tanya Ayumi emosi.

Bungkam. Gadis itu hanya menatap wajah kakaknya dalam, tidak berniat berbicara satu katapun.

"Arima, jawab kakak! Siapa yang ngelakuin ini, sama kamu?!"

Arima menutup wajahnya saat merasakan matanya kembali memanas.

"Kamu, kenapa?!"teriak Ayumi kesal sambil membuka telapak tangan Arima yang menutupi wajah dengan kasar.

Jika ditanya, apa yang paling dibenci oleh Ayumi dari dulu? Melihat Arima menangis adalah jawabannya.

"Jawab kakak, Arima?!"

Arima menggeleng. Gadis itu hanya memeluk tubuh Ayumi erat hingga  membuat Ayumi semakin berang melihatnya. Cewek itu mengutuk dirinya sendiri karena meninggalkan Arima sendirian ditaman tadi.

"Loh, Ayumi?"

Ayumi yang masih berjongkok, menoleh kebelakang dan mendapati Saga—abangnya Shilla— tengah memandangnya heran.

"Bang Saga."

"Kalian ngapain duduk disitu?" Saga menyampirkan tas gitar miliknya kebelakang dan ikut berjongkok. "Arima, kenapa?"

Yang ditanya malah semakin membenamkan wajahnya dilekuk leher sang kakak, Ayumi.

Arima tidak menjawab. Cewek itu hanya mengelus rambut panjang Arima yang masih tersedu didekapannya.

"Arima." panggil Saga lembut. Cowok itu mengelus lengan Arima pelan. "Liat abang."

Arima menoleh kearah Saga gemetar. Saga mendesah pelan saat melihat keadaan Arima yang sedikit kacau—rambut agak acakan dan mata memerah.

"Sini, biar abang bantuin."

Saga mengambil alih Ayumi yang hendak membantu Arima duduk. Dengan sigap cowok itu menggendong Arima.

"Kamu bawa mobil gak?"tanya Saga.

Ayumi menggeleng. "Tadi jalan kaki kesini."

"Ya udah, biar abang anter kalian."

Ayumi mengangguk. Cewek itu mendorong kursi roda milik Arima sembari mengikuti langkah besar Saga yang berjalan mendahuluinya menuju tempat parkir dengan Arima digendongannya.

Ayumi berjanji akan mencari tahu siapa dalang yang membuat adiknya seperti tadi. Siapapun orangnya, liat aja nanti!



📷📷📷



Seharusnya Ayumi sadar siapa yang menganggu Arima di taman kemarin tanpa perlu bertanya dengan Arima yang hingga kini masih bungkam jika ditanya, meski yang nanya mama sekalipun. Cewek itu menggeram marah, tangannya dengan cepat melepaskan kertas yang kini terpajang di mading sekolah.

Kertas berukuran A4 dengan foto Arima disana dengan tulisan bertinta hitam yang membuat emosinya semakin memuncak.

"Eh, seriusan itu adiknya Ayumi cacat?"

"Iyalah, lo gak liat tuh berita. Idih, gue pasti udah malu banget kalo sampe punya adik cacat dan gak bisa ngapa-ngapain gitu. Nyusahin"

Suara bisik-bisik —dengan volume lumayan besar, dibelakangnya membuat Ayumi segera menoleh cepat, menatap tajam dua orang cewek yang seketika gelagapan.

"Kalian?!" Ayumi maju selangkah, kertas yang kini digenggamannya hancur, tak berbentuk. "Selain nyinyirin orang, apa yang bisa lo lakuin, hah?!"

Kedua cewek itu saling berpandangan, takut.

"Punya mulut, disekolahin gak?! Kalo ditanya, jawab!"bentak Ayumi.

Ayumi sudah tidak perduli lagi jika disekelilingnya murid-murid lain menontonnya —dengan jarak yang lumayan jauh, takut jika ikut-ikutan disembur.

"Ayumi."

Bersyukurlah, kedua cewek itu saat seorang malaikat penolong datang disaat yang tepat. Shilla dengan tergopoh-gopoh menghampiri Ayumi yang masih belum melepaskan tatapan tajamnya dari kedua cewek yang tengah menahan napas —tegang.

"Ngapain kalian disini! Huss."delik Shilla tak suka. Tangannya refleknya mengusir kedua cewek itu yang dengan semangat mengiyakan, meninggalkan tempat itu.

"Yum." Shilla menoleh menatap Ayumi dengan cemas. "Bang Saga bilang, kemaren—"

Kertas bekas remasan Ayumi tadi kini sudah berpindah tangan ke Shilla. Kening Shilla mengkerut saat melihat Ayumi berjalan melewatinya setelah memberinya kertas remasan yang sudah tentu membuat cewek itu penasaran apa isinya.

Hanya butuh semenit untuk melihat perubahan raut wajah Shilla, cewek itu menggeram marah sambil meremas kembali kertas itu dan membuangnya ke kotak sampah yang kebetulan berada didekatnya lalu pergi menyusul Ayumi yang dia tahu kemana perginya.


Tbc

Idola [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang