Bab 29

2.3K 152 5
                                    


Jangankan hari ini.
Esok, lusa dan seterusnya,
aku tak pernah lupa,
bahwa aku dan kamu tak pernah menjadi "kita".

***

Mood Jevan sudah hancur pagi ini, hancur sehancur-hancurnya. Sikap Ayumi tadi, Gilang dan semua yang terjadi membuat moodnya hilang. Raut wajah menyebalkan khas seorang Jevan bahkan sama sekali tak terlihat, membuat heran teman sekelas terutama kedua sahabatnya, Ferdi dan Imam.

"Jevan kenapa?" bisik Imam pada Ferdi yang kebetulan tengah duduk di meja milik Ferdi.

Ferdi menggeleng. "Gue gak tau." jawabnya singkat.

Namun Ferdi tetaplah Ferdi, cowok itu lebih pintar dari Imam yang notabenenya emang yang terbego diantara mereka berempat.Karena tanpa perlu bertanya, cowok itu tau jika Jevan sedang dalam mode gak mau di ganggu karena permasalahan kemarin.

"Huss liat, tuh orang dateng." ucap Imam setengah berbisik, namun mampu ditangkap oleh telinga Jevan yang kini ikut menoleh kearah pintu.

Jevan menatap sekilas Gilang yang baru saja masuk ke dalam kelas. Kondisi Gilang tak jauh berbeda dengan Jevan, memar pemberian dari Jevan masih terlihat jelas di bagian pelipis Gilang.

Suasana di kelas itu mendadak sunyi. Anak-anak di kelas itu memilih diam. Begitupun Imam dan Ferdi.

Ngomong-ngomong masalah kemarin. Sepertinya kata berempat diatas harus digaris bawahi, karena nyatanya sekarang Gilang atau makhluk brengsek-sebutan dari Jevan, kini memilih pindah tempat duduk ke pojok kiri sebangku dengan Doni, si bongsor kelas.

Baik, Ferdi maupun Imam sama-sama memilih diam melihat "kepindahan" Gilang. Tidak berniat mencegah sama sekali. Lagipula mereka juga merasa kecewa dengan sikap Gilang yang keterlaluan, dengan memakai nama Jevan untuk menyakiti gadis cacat yang merupakan adik seorang Ayumi.

"Gue cabut." setela mengatakan itu Jevan kemudian berdiri dari bangkunya lalu meninggalkan kelas, tak lupa menyampirkan tas miliknya dibahu. Tanpa berniat menoleh sekalipun.

Entah sampai kapan permusuhan antara Jevan dan Gilang berakhir. Hanya mereka berdua lah yang tau.

***

Gadis itu melonggokkan kepalanya di antara pintu yang nyaris tertutup itu. Ayumi memegang gagang pintu dan mendorongnya kedalam saat melihat tidak ada orang satu orang pun disana.

Ayumi melangkahkan kakinya masuk kedalam tempat yang lumayan jarang dia kunjungi . Padahal tempat ini adalah tempat yang paling cocok untuk pelarian dari sulitnya pelajaran dan ganasnya guru dikelas bagi sebagian murid.

Maklum, Ayumi memang disebut bad girl namun itu hanya panggilan jika dia sudah berurusan dengan cewek yang suka menindas murid lain. Ayumi terlalu rajin untuk ukuran bad girl dalam bidang Akademik. Nilainya sama sekali tidak mengecewakan. Tapi untuk kali ini, izinkan ia mengistirahatkan otaknya dulu di ruangan yang dikelilingi tirai putih itu. Sebentar saja.

Ayumi merapatkan selimut garis-garis itu ke tubuhnya. Tirai putih yang berada disekelilingnya, disibaknya supaya tertutup sempurna agar tidak ada yang menganggu nya.

Selang beberapa menit, saat mata Ayumi baru saja terlelap suara derit pintu membuat gadis itu menoleh. Hingga tak berapa lama, suara langkah seseorang menuju kearah... Ranjang sebelahnya. Ayumi menghela napas lega.

Namun tiba-tiba suara ringisan kecil terdengar ditelinga Ayumi yang baru saja hendak "kembali" terlelap, membuatnya langsung menoleh menatap tirai putih disampingnya.

"Siapa sih." gumamnya kesal.

Ayumi menyibakkan tirai putih itu dengan satu sentakan. Matanya melotot saat melihat Jevan tengah duduk disisi ranjang sembari memegang pelipisnya yang lebam.

"Lo?"

Jevan yang memang sudah tau adanya Ayumi disitu, memasang ekspresi pura-pura kaget.

"Oh, hai." sapa Jevan.

Ayumi segera memperbaiki posisinya, duduk disisi ranjang sambil menatap wajah Jevan. Seketika gadis itu meringis melihat memar biru di sudut mata Jevan.

"Gue memang terlihat menyedihkan." ucap Jevan tiba-tiba.

Ayumi yang ketahuan menatap wajah Jevan, membuang muka.

"Emang. Lo tuh menyedihkan banget tau gak! Lagian muka bonyok gitu, ngapain ke sekolah? Mau cari perhatian sama satu sekolah, hah?!" sinis Ayumi.

 Lo tuh menyedihkan banget tau gak! Lagian muka bonyok gitu, ngapain ke sekolah? Mau cari perhatian sama satu sekolah, hah?!" sinis Ayumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jevan tersenyum kecil. "Perhatian banget sih."

Ayumi menyerngitkan dahi. "Siapa juga yang perhatian? Dasar gila."

"Denger suara lo aja gue udah sembuh."

"Sakit ya, lo." Ayumi menggeleng tak percaya. Kayaknya, muka babak belur gak akan bisa melepaskan mahkota kepedean punya tuh cowok!

Jevan terkekeh. Tadi, jika saja Jevan tidak melihat Ayumi berjalan sendirian menuju Uks dan mengikutinya mungkin sekarang Jevan sudah pergi bolos entah kemana. Yang penting bukan kerumah, karena untuknya Rumah bukanlah solusi untuk melarikan diri sejenak terlebih lagi saat ini di rumahnya ada Brita, gadis yang masih berada dirumahnya.

"Lo mau bolos?"

Jevan mendongak menatap lurus kearah Ayumi yang juga kini tengah menatapnya. Jevan menatap tas miliknya yang tadinya hendak dijadikannya bantal. "Tadinya iya, tapi sekarang enggak."

Alis Ayumi terangkat. "Kenapa?" tanyanya spontan.

"Karena ada orang yang bikin gue harus tetap disini."

Entah kenapa wajah Ayumi mendadak memerah persis kepiting rebus saat mendengar ucapan Jevan barusan.

Melihat reaksi Ayumi sontak membuat Jevan tersenyum. Tiba-tiba saja sebuah ide terlintas di pikiran nya.

"Mau bolos bareng gue gak?"






Kalo kalian jadi Ayumi, kalian jawab apa?
Iya atau enggak?
Vote dan koment jangan lupa..
See you😘😘


EciE
25Mei2018
Selamat berpuasa..

Idola [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang