Bab 49

1.7K 102 0
                                    

Kamu tau, apa hal terhebat yang pernah kulakukan?
Berpura-pura membenci padahal hati bersikukuh untuk mencintai.

***

Kamu ngomong apa sih, Je? Rencana apa yang kamu maksud?

Jevan melangkah maju, gerah dengan ucapan Brita barusan. “Jangan berakting lagi, Bri. Lo tau? gue muak liat sikap kepura-puraan lo ini.” desisnya.

Brita membisu.

“Gue sama sekali gak perduli sama rencana lo itu. Tapi.. gue gak akan tinggal diam kalo ini tentang Ayumi.” ucap Jevan menatap tajam Brita.

Brita mengalihkan pandangannya ke atas dan mengangguk pelan.

“Kamu mungkin... bakal nyesel bilang itu.” Brita merogoh sakunya, mengambil handphone miliknya yang terletak disana. “Ini bukan cuma tentang Ayumi.”

Jevan menaikkan alisnya, tak paham.

“Ini juga tentang kematian Jevin.. dan adiknya Ayumi.” Brita mendongak, menatap Jevan setelah menggetikkan sesuatu di handphonenya. “Karena kamu gak perduli, aku gak harus bilang kan?”

“Apa maksud lo?” tanya Jevan setelah berdiam diri, bergulat dengan pikirannya sendiri.

Rahang Jevan mengeras. “Kenapa lo bawa-bawa nama Jevin? Dan sejak kapan, lo kenal adiknya Ayumi?!”

“Bukannya kamu bilang, gak perduli?”

“Brita!!”bentak Jevan, tak sabar.

Brita tersenyum samar.  “Oke, aku bakal kasih tau. Tapi, kamu harus kabulin permintaan aku.”

***

“Tuh orang kemana sih?”

Ayumi menunduk, mengatur napas saat kakinya baru saja mencapai tangga teratas menuju lantai atas bangunan sekolahnya. Wajahnya yang sedikit pucat berpadu dengan rona merah diwajahnya, kepanasan.

Gadis itu sudah berkeliling hampir keseluruh penjuru sekolah. Namun, seseorang yang dicarinya tak kunjung ditemukan dan lantai gedung yang baru saja dipijaknya ini adalah tempat terakhir yang kemungkinan besar Jevan berada sekarang.

Ayumi memperhatikan sekelilingnya, mencari sosok Jevan yang mungkin ada disana hingga akhirnya, matanya menatap seseorang dikejauhan, berjalan dengan raut wajah yang sulit dipahami hingga membuat Ayumi bertanya-tanya dalam hati, ada apa dengan cowok itu.

Eh, beneran gak sih berita barusan?

Kayaknya beneran deh.

Masa sih? Kalo emang iya, gila. Kok bisa sih dia dibiarin gitu aja.. kan dia ngebunuh orang.

Ayumi mendadak menghentikan langkahnya dan menoleh cepat kearah dua orang cewek yang tampak gelagapan melihatnya, seakan baru saja ketauan mencuri.

Ayumi memicingkan mata. “Kenapa gue ngerasa kalian ngeliatin gue?”

Salah satu dari mereka menggeleng cepat. “Kita gak liat lo kok.”

Ayumi mendengus. Gadis itu yakin seratus persen bahwa kedua cewek itu memandanginya sedari tadi.

“Gue gak bego yah.” tekannya. Ekor mata Ayumi melirik sosok Jevan yang masih berjalan pelan menuju kearahnya dengan tatapan kosong. Membuat Ayumi segera menatap kedua cewek yang masih menatapnya takut-takut.

“Gue gak ada waktu buat ngurusin kalian.”

Setelah mengatakan itu, Ayumi segera berjalan menghampiri Jevan yang sepertinya belum menyadari kehadirannya disana.

“Jevan.”

Ayumi menahan napas saat matanya bertemu tepat dengan iris Jevan yang juga menatapnya.

“Udah sehat?” Jevan memulai percakapan setelah sekian lama mereka hanya berdiam diri disana.

“Iya.” Ayumi mengangguk canggung. Ayumi mengalihkan pandangannya, menghindari tatapan matanya dengan Jevan. Tujuan awalnya untuk berterima kasih menguar begitu saja saat berhadapan langsung dengan cowok itu. Entah kenapa dan sejak kapan, Ayumi merasa tak berdaya jika bersama Jevan.

“Oh. Gue pergi.”

“....” Ayumi membulatkan matanya, terlalu terkejut dengan reaksi yang didapatkannya barusan. Gadis itu memandang punggung Jevan yang berlalu meninggalkannya, bersamaan dengan berbagai macam pertanyaan dilubuk hatinya.

Jevan kenapa?

Ayumi tersentak kaget dari lamunannya saat getaran handphonenya mengalihkan perhatiannya.

“Hallo?”

“Lo dimana?”

Ayumi menyerngitkan kening saat mendengar nada suara Shilla. “Di lantai 3. Lo kenapa, Shill?”

“Gu..gue gak papa. lo sendirian kan disana?”

Ayumi menatap sekelilingnya, beberapa murid sesekali memandangnya yang semakin membuat Ayumi merasa heran.

“Iya.”

“Tetap disana. gue kesana sekarang.”

Ayumi menatap layar handphonenya yang menggelap dengan bingung.

“Shilla kenapa sih?” tanyanya pada diri sendiri.

“Gue tau.”

Ayumi membalikkan badannya dan memasang wajah datarnya saat melihat cewek yang akhir-akhir ini membuatnya emosi. Ayumi kembali memutar tubuhnya, hendak meninggalkan Brita disana. Namun, langkah kakinya mendadak berhenti saat Brita mengatakan hal yang sudah dinantinya sejak lama.

“Pelaku adik lo. Gue tau dia siapa.”

TBC

Halo semuaaa

apa kabar?

Thanks udah setia nunggu lama buat cerita ini😘😘

Just info, mulai sekarang aku akan kembali melanjutkan cerita ini (kalo gak ada halangan) sebagai rasa terima kasih aku untuk kalian yang udah nunggu hampir dua bulan ini😭😭

selamat membaca😘😄

Idola [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang