Bab 39

2.3K 136 2
                                    

Memaafkan itu mudah. Yang susah itu hati dan niat itu sendiri. Belajarlah memaafkan, meski luka masih kita dapatkan dari kenangan.

— Ferdi —

💠💠💠


Penolakan mungkin sudah biasa didapatkan Brita dari Jevan. Cowok itu mati-matian menghindari tempat yang kemungkinan besar ada gadis itu meski persentase untuk tidak bertemu nyaris mustahil. Karena saat ini, Brita tinggal dirumahnya dan terlihat enggan pergi dari sini.

Jevan sudah berulang kali mengusir, mengumpat bahkan bernegosiasi agar gadis itu segera pergi. Katakanlah Jevan orang jahat, karena nyatanya Jevan memang tidak sebaik yang gadis itu pikirkan. Batas toleransi Jevan sudah habis untuk Brita. Maka mengusir adalah satu-satunya jalan agar keinginannya untuk lebih membenci Brita tidak terjadi. Namun, yang dipilih gadis itu ternyata bencana. Bencana yang membuat Jevan ingin menyeret kembali gadis itu ke bandara. Pergi sejauh mungkin, seperti dulu.

"Jeje, kita jalan yuk."

Hari ini hari minggu. Hari dimana Jevan ingin menikmati istirahatnya dirumah tapi sepertinya, Brita tidak mementingkan hal itu. Brita terus mengikutinya hingga Jevan menyerah dan memilih duduk di ruang keluarga, menonton tv disana.

"..."

"Ayo, Je. Gue bosen dirumah."

"Pergi aja sendiri!" sahut Jevan acuh tak acuh.

"Gak mau, maunya sama lo." ucap Brita sembari bergelayut manja di lengan Jevan.

Cowok itu segera mendorong tubuh Brita menjauh darinya. Jevan menatap kesal Brita.

"Lo!" tunjuk Jevan, gemas. "Harus berapa kali gue bilang, jangan deket-deket sama gue!"

"Ya, Gue cuma mau lo nemenin gue shopping, Je."

"Lo budeg? Gue udah bilang gak! Pergi aja sendiri, jangan ajak-ajak gue!" sembur Jevan, marah.

Dada Jevan naik turun karena emosi. Cowok itu menatap tajam Brita yang kini tengah menatapnya tak bersalah. Jevan menggeram marah sebelum akhirnya beranjak kedalam kamarnya, meninggalkan Brita yang tengah berteriak kesal.

Selang berapa lama, Jevan keluar dengan kunci mobil ditangannya. Brita yang melihat itu, sontak berlari kecil mengikuti Jevan yang melintasinya.

"Gue tau, lo pasti mau nemenin gue." seru Brita dengan senyum terukir jelas diwajahnya.

Jevan mendengkus, tidak memperdulikan gadis itu. Sampai mereka di garasi, Jevan segera masuk kedalam mobilnya dan mengunci pintu mobil disegala sisi.

Suara ketukan keras dari kaca mobil disampingnya. Jevan menurunkan kaca tersebut dan mendapati Brita menatapnya heran.

"Je, kenapa dikunci? gue belum masuk."

"Siapa yang mau lo masuk." ucap Jevan sambil menoleh.

Brita terkejut. "Maksud lo?"

Jevan menarik selt belt disamping kursi dan memasang ditubuhnya. Cowok itu menoleh kembali menatap Brita.

"Gue gak mau nganterin lo."

"Tapi—."

"Stop!"

Brita mengatupkan bibirnya.

"Gue gak mau, waktu libur gue dihabisin sama cewek licik kayak lo." sinis Jevan sebelum akhirnya cowok itu tancap gas, meninggalkan Brita yang menatap kepergiannya kesal.

"Gue harus nyari cara, biar lo gak bisa ngerendahin gue lagi, Jevan!"

💠💠💠

Idola [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang