Bab 47

1.9K 105 2
                                    

Mulai saat ini, aku mengerti.
Saat jantungku berdetak lebih dari biasanya, itu ada sebabnya.
Ya, karena kamu ada disekitarku.
Jantungku adalah radar untuk keberadaanmu.

💠💠💠

Jevan melonggarkan dasi miliknya sebelum akhirnya menutup pintu mobilnya. Cowok itu mengacak rambutnya sebentar lalu kemudian berlari menuju pagar belakang sekolah yang tertutup rapat disana.

Jevan menepuk-nepuk tangannya— membersihkan pasir yang kemungkinan menempel disana, setelah berhasil melompat dari sana. Baru saja cowok itu hendak meninggalkan tempat itu, sebuah suara keburu menginstrupsinya.

"Kamu kenapa disana?"

Mampus!

Ucapan Imam memang benar. Jevan bukan cuma nyari hukuman dengan kembali kesekolah tapi nyari mati juga. Terlebih lagi, yang memergokinya pak Indra, wakil kesiswaan yang terkenal disiplinnya.

"Kamu masuk dari situ, hah?!"

Jevan menoleh, cengegesan. "Eh, bapak. Kenapa disini pak?"

"Kamu malah balik tanya! Kamu kenapa masuk lewat situ? Pakai acara manjat segala, mau jadi anak nakal kamu?!"

"Ya, kalau saya masuk dari depan, nanti saya malah gak boleh masuk pak. Kalau boleh pun, pasti dihukum."

"Terus kalau kamu masuk lewat sini, gak akan dihukum begitu? Sekarang, kamu ikut saya!" titah pak Indra, marah.

"Kemana pak?"

Dan pertanyaan Jevan barusan dijawab dengan jeweran ditelinga kirinya yang sukses membuat Jevan mengaduh.

"Aduh..duh, pak." aduh cowok itu.

"Dijewer begini saja sakit. Sok-sokan manjat pagar kamu!"

Apes banget hidup gue!


💠💠💠

"Itu bukannya si Jevan ya, Yum?"

Ayumi menghentikan langkahnya dan menoleh, menatap kearah yang dimaksud oleh Shilla. Gadis itu menaikkan alisnya, heran.

Jevan disana. Dilapangan dengan tangan terangkat, hormat pada bendera.

"Ngapain cowok lo?"

Dibandingkan menjawab pertanyaan Shilla barusan, Ayumi malah memilih bergulat dengan pemikirannya sendiri.

Bukannya Jevan bilang kalo dia nggak masuk hari ini? Dan kenapa, cowok itu malah dihukum dilapangan sekarang?

Aneh!

"Ayumi!" teriak Shilla yang sontak membuat Ayumi terkejut. Gadis itu mendelik kesal pada Shilla.

"Kenapa sih lo? Gak usah ngagetin gitu, bisa?"

Shilla memutar mata. "Lo sendiri kenapa? Dipanggil, gak nyaut-nyaut."

"Tau ah, bodo'."

"Gak nyamperin?"

Ayumi menggeleng. "Buat apa?"

"Astaga, Ayumi. Jevan kan cowok lo! Masa masih nanya, buat apa." ucap Shilla tak habis pikir.

"Ya, terus?"

Shilla menggeleng pelan, terlalu takjub dengan sifat sahabatnya itu.

"Terserah, lo deh. Gue mau masuk kelas aja."sahut Shilla sambil berjalan meninggalkan Ayumi disana.

Idola [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang