Kesalahan yang paling buruk adalah bersembunyi, lalu muncul dengan senyum palsu yang menghiasi.
💠💠💠
"Mama.."Shilla mendadak bisu. Gadis itu menatap Arima yang tampak terkejut melihat sosok dari balik tubuhnya yang memang membelakangi pintu kamar.
"Jadi, kamu yang bikin anak saya seperti ini?!"
Tidak ada keramahan atau kelembutan yang terdengar dari pemilik suara. Seperti biasanya, bahkan mungkin jauh lebih parah.
Belum cukup Shilla mematung disana, tarikan kuat membuat tubuhnya berputar, menghadap Firda yang memandangnya marah.
"Apa salah anak saya sama kamu! Kenapa kamu tega bikin anak saya seperti ini?!"
Shilla tidak tau harus berbuat apa saat ini. Rasa bersalah yang memupuk didalam hatinya, keluar bergantikan air mata. Klise memang. Firda mungkin menganggapnya tidak tahu malu mulai sekarang.
"Jangan nangis kamu!" Firda mencengkram lengan gadis itu erat, membuat Shilla menahan sakit ditengah tangisnya.
"Mama, udah." bujuk Arima khawatir, takut jika mama akan berbuat hal yang akan disesali nantinya. Sebab saat ini Arima yakin, mamanya sedang dalam kondisi memungkinkan untuk membuat Shilla terbaring koma di rumah sakit, jika perlu.
"Udah!" Firda mengalihkan pandangannya ke putri bungsunya. "Kamu pengen mama ngelepasin dia, setelah bikin putri mama kayak gini? Nggak akan!"
"Maaf.." Shilla segera berlutut. "Maafin Shilla tante.. Shilla gak sengaja. Shilla gak pernah berniat buat nyelakain Arima."
Firda membuang muka, menahan amarahnya. Lalu kembali menatap bengis Shilla. "Kamu sudah membohongi saya dan keluarga saya. Gara-gara kamu, saya menuduh putri saya dan harus memperlakukannya seperti itu. Saya gak akan memaafkan kamu. Kamu harus dihukum! Berdiri, kamu!"
Teriakan Firda itu semakin membuat Shilla menangis keras. Bayangan wajah Ayumi melintas diotaknya, Ayumi sudah menderita karena kesalahannya. Tangisan itu, barangkali berubah memilukan bagi orang yang mendengarkannya, termasuk Arima. Arima tentu saja shock. Kenyataan bahwa yang mendorongnya jatuh itu adalah sahabat kakaknya, yang sudah Arima anggap sebagai saudara sekaligus sahabatnya juga, terlalu tidak masuk akal untuk dipikirkan.
"Maaf.. maaf.. maaf."
Shilla tidak tau apa yang terjadi selanjutnya, karena tiba-tiba Firda memaksanya berdiri lalu menyeretnya keluar dari ruangan itu dengan diiringi teriakan Arima yang mencegah mamanya dan memanggil-manggil namanya.
"Saya gak akan membiarkan kamu lepas. Saya pastikan, kamu masuk penjara hari ini!"
***
"Bik Tuniii..."
Bik Tuni yang tengah mengoreng tahu di dapur segera mematikan kompor, lalu melonggokan kepalanya dari balik dapur.
"Iy–" Bik Tuni menatap kaget majikannya yang menarik Shilla keluar dari kamar anak majikannya itu.
"Kamu harus ikut saya ke penjara!!"
Bik Tuni menghampiri majikannya dengan tergesa-gesa.
"Nyonya, ada apa? ini non Shilla, kenapa ditarik-tarik?" tanya bik Tuni yang langsung mendapat bentakan dari sang majikan.
"Kamu jaga Arima, jangan sampai dia keluar kamar atau kamu saya pecat detik ini juga!"
Bik Tuni mengangguk cepat. "Siap, nya~"
Bik Tuni segera berlari menuju kamar putri bungsu majikannya setelah sang majikan meninggalkan rumah dengan wajah marah tanpa melepaskan cengkramannya pada tangan Shilla.
"Ya allah non Arimaa..."
Arima yang tadi sempat terjatuh karena berusaha menghentikan sang mama, mendongak. "Bibik..."
"Aduh, non kenapa jatuh gini?" Bik Tuni perlahan membantu anak majikannya duduk kembali kekursi rodanya.
"Mama mana bik? Aku harus hentiin mama."
Arima yang hendak melajukan kursi rodanya harus terhenti karena bik Tuni yang menahan pegangan kursi roda miliknya.
"Bik–"
Bik Tuni menggeleng. "Non nggak boleh keluar sama nyonya."
Arima mengusap wajah kasar. "Bik, mama lagi nggak tenang sekarang. Aku harus hentiin mama, kak Shilla gak boleh masuk penjara."
"Penjara?"
"Aku harus nyusul mama. Dan please, bibik jangan nahan aku."
"Tapi non..."
Ayumi mengenggam tangan bik Tuni erat. "Bibik harus ke sekolah kak Ayumi. Kak Ayumi pasti bakal hentiin mama. Kak Shilla orang baik, kan bik?"
Bik Tuni terdiam, menimang ucapan gadis kecil didepannya. Shilla memang baik, bahkan gadis itu pernah membelikannya makanan, atau baju bagus. Karena katanya, baju miliknya sudah terlihat kusam akibat bercampur asap kompor.
"Tapi non Arima, harus tetap dikamar ya?"
Arima mengangguk cepat. "Oke, aku tetep disini."
***
"Loh, bibik?"
Ayumi mempercepat langkahnya, lalu mengangguk pelan pada guru piket yang berdiri tak jauh dari pembantu keluarganya itu.
"Bibik ngapain kesini? Semua baik-baik aja kan?"
Percayalah, gadis itu hanya berpura-pura bodoh saat ini. Kedatangan tiba-tiba bik Tuni ke sekolah adalah hal kesekian yang tidak Ayumi inginkan mengingat dulu saat sang papa harus meninggalkan dunia ini, si bibik lah yang menjemputnya di sekolah dengan celemek yang masih menempel ditubuhnya.
"Anu.. non. Nyonya..." bik Tuni memegang dadanya, seakan berita yang akan disampaikannya mampu membuat jantungnya melemah.
Ayumi meraih tangan tua pembantunya, menenangkannya. "Mama kenapa bik?!" tanya gadis itu cemas.
"Non Shilla tadi kerumah–"
Ayumi sontak mundur kebelakang, terkejut. "Mama tau semuanya? Arima?"
Bik Tuni yang tidak sepenuhnya paham, mengangguk pelan.
"Mama dimana sekarang, bik?"
Bik Tuni menggeleng cepat. "Bibik nggak tau. Tapi sebelum nyonya bawa non Shilla pergi, bibik denger nyonya ngomong penjara sama–"
–non Ayumi!! Ya allah, hati-hati larinya." teriak bik Tuni cemas saat melihat putri majikannya berlari meninggalkannya diruang guru, dengan diiringi tatapan heran dari orang-orang disana.
Ayumi berlari cepat, seolah tidak perduli jika saat ini dirinya menjadi pusat perhatian satu sekolah saat ini, kaki jenjangnya menyusuri gedung sekolah sambil berdoa bahwa mamanya tidak benar-benar membawa Shilla ke penjara.
Ayumi memang membenci Shilla. Namun membayangkan Shilla ada disana, Ayumi tidak akan sanggup. Sebab Ayumi tidak pernah berpikir bahwa Shilla akan hidup didalam ruangan mengerikan itu.
***
"Good, akhirnya kita ketemu lagi."
Arima yang berbohong akan tetap dikamar, menoleh cepat saat merasakan ada yang menahan laju kursi rodanya dari belakang saat dirinya tengah menunggu taksi dipinggir jalan.
"Kalo gue dorong lo ketengah jalan itu, lo bakal mati gak?"
Tak ada ketakutan yang terpancar diwajah Arima, bahkan gadis itu menatap datar sosok yang baru saja melontarkan pertanyaan menyangkut nyawanya itu.
"Aku rasa, kamu tau aku gak akan mati semudah itu."
TBC
GREGET SENDIRI ASTAGA😂

KAMU SEDANG MEMBACA
Idola [Completed]
JugendliteraturCover by @karhadid Part 43-end di PRIVATE Follow sebelum membaca Ayumi Mariska Cewek tercantik di SMA Gemilang. Idola sekolah. Punya follower terbanyak satu sekolah. Namun semua orang tahu bahwa Ayumi adalah Pembully sejati. Sehingga membuatnya dita...