Bab 52

1.8K 97 2
                                    

iKON – Apology🎶🎶


Maaf.

💠💠💠

Arima menatap kotak musik dihadapannya dalam. Namun, niatnya untuk mendengarkan kotak musiknya terpaksa sirna, saat Arima tidak mendengarkan apa-apa dari kotak itu.

“Gimana cara benerinnya?”

Arima meraih kotak musik itu dan membaliknya, berharap menemukan cara agar kotak itu kembali berbunyi.

“Atau baterainya yang habis?” tanya Arima pada dirinya sendiri, lagi.

Arima membuka penutup baterainya dan melepaskan baterai yang ada disana. Namun, aktivitasnya berhenti saat melihat sesuatu yang membuatnya tertegun sejenak.

“I..ini.”

***

Napas ngos-ngosan itu terdengar keras diseluruh penjuru ruangan monokrom itu selaras dengan suara pukulan yang membuat samsak digantung bergerak tak beraturan.

Wajah gadis yang terus meninju itu sudah memerah namun tidak ada tanda-tanda jika gadis itu akan berhenti. Bahkan sesekali gadis itu meringis, kesakitan.

“Sayang.. udah ya.” Sandra menatap putrinya khawatir. “Bunda mohon sama kamu.”

Lagi. Seperti dua jam yang lalu, Shilla diam. Tidak menjawab ucapan Sandra meski tau bahwa bundanya itu terlihat khawatir. Malah, gadis itu memperkuat tinjunya.

“Kamu kenapa sih nak? Ada masalah? Cerita sama bunda.”

Sandra mendekat. Meraih tangan Shilla dengan cepat, menghentikan putrinya itu sebelum anak gadisnya itu semakin melukai tangannya.

“Kamu kenapa? Cerita sama bunda. Jangan bikin bunda khawatir sayang.” ucap Sandra khawatir. Sejak pulang dari sekolah tadi, tingkah laku Shilla membuatnya bingung. Putrinya yang heboh itu mendadak pendiam, berdiam diri didalam kamar dan kini berakhir diruang tinju keluarganya karena Suaminya dan kedua anaknya memiliki hobi yang sama, tinju.

“...”

“Atau ada yang ganggu kamu? Bilang ke bunda, siapa orangnya? Biar bunda sama ayah ngurusnya.” sambungnya.

“Aku mau sendiri.”

Sandra terdiam.

“Tinggalin aku sendiri, bun.”

“Sayang–”

“Bun, please.” lirih Shilla. Saat ini, dirinya sedang tidak dalam kondisi untuk ditanya-tanya. Shilla butuh melampiaskan kekesalannya, kekesalan pada dirinya sendiri.

“Oke. Tapi bunda mau kamu berhenti nyakitin tangan kamu ini. Bunda gak mau, tangan kamu kram nantinya.”

Shilla hanya diam. Tidak berminat menuruti ucapan bundanya yang terlihat khawatir itu. Shilla berbalik menghadap samsak yang seakan siap untuk ditinjunya lagi saat bunda sudah berlalu, keluar dari ruangan itu.

“Ah.”

Shilla meringis sakit. Shilla mengigit bibir bawahnya, berharap sakitnya segera hilang. Wajahnya yang memerah makin memerah karena tangisnya.

Tangis yang sudah ditahannya sejak pulang sekolah tadi. Tangis yang kini mendominasi ruangan tinju keluarganya.

Shilla memukul tangannya sendiri dengan kesal. Yang hanya membuat tangisnya semakin menjadi-jadi.

“Shilla.” Deru kaki menghampirinya, tak membuat Shilla segera berhenti menangis. Apalagi saat sosok itu langsung memeluknya, menyembunyikan wajahnya dibalik dada bidang itu.

“Kamu kenapa?” Saga mengusap rambut adiknya itu.

Saga heran. Hari ini, ia melihat Ayumi menangis dan kini adiknya juga menangis. Membuat Saga penasaran tentang apa yang telah terjadi pada kedua gadis itu.

Shilla membenamkan wajahnya di dada Saga. Tak memperdulikan tangannya yang semakin sakit. Karena saat ini, Shilla butuh menangis. Sambil berharap rasa sakit dan penyesalannnya sedikit pudar.

***

Ayumi menatap keluar jendela kamarnya. Setelah diantar pulang oleh Saga, Ayumi segera mengunci kamarnya. Enggan bertemu siapa-siapa. Entah itu bik tiem, Arima apalagi mama.

“Kenapa?”

Ayumi tersenyum miris.

Seperti inikah rasanya dibohongi oleh orang yang disayangi?

Semua hal yang Ayumi kira nyata. Persahabatan, kasih sayang, perhatian dari sosok Shilla ternyata hanyalah bentuk penyesalan. Ya, hanya sebatas itu.

Ayumi memejamkan matanya, berusaha menepis kenyataan kejam itu sejenak.

“Jauhin Jevan atau Shilla masuk penjara!”

Dan kenyataan lain membuatnya sadar. Bahwa ia harus memutuskan semuanya.

***

Datang kesekolah sepagi ini, membuat Ayumi bersyukur setengah mati. Selain karena menghindari pertanyaan Arima yang mungkin menanyakan keberadaan Shilla kemarin–karena Shilla sudah berjanji akan datang, Ayumi juga belum siap berhadapan dengan mama. Meski Ayumi sangat ingin memberitahu semuanya termasuk Shilla yang selama ini membohongi mereka.

Sebenarnya ada alasan lain yang membuatnya terdampar di sini. Ia butuh bertemu Jevan.

Dan saat ini, di koridor kelas Jevan. Mereka bertatapan.

“Kita putus.”

Pada akhirnya, dua kata itu terucap dari bibir Ayumi. Pihak yang pertama kali tidak pernah menganggap hubungan itu ada.

TBC

Idola [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang