Happy reading😆😆
_____________________Suara merdu itu menerpa telinga Erwin, membuat lelaki tersebut langsung mengangkat kepalanya dan menatap tajam ke arah pelaku itu.
"Apa kau sengaja untuk melakukan hal itu, hah! Astaga, bagaimana caranya aku akan pergi ke perusahaanku," pekik Erwin dan memberengut kesal.
"Maaf, Tuan," ucap perempuan itu sekali lagi. "Aku akan menggantikanmu dengan jas yang baru."
Gadis itu semakin menunduk dalam, merasa bersalah apa yang baru saja ia lakukan.
Erwin mencebik angkuh. Ia menatap perempuan itu dari atas kepala hingga ke bawah kaki, lalu beralih menatap ke arah jas hitamnya yang terlihat menyedihkan.
"Kau bisa menggantikan jas mahal ini?" tanya Erwin dengan nada yang terselip angkuh.
"Bisa," sahut perempuan itu pendek dan sedikit ragu.
Erwin kembali mengangkat kepalanya, lalu meneliti penampilan perempuan itu.
Rambut hitam kecoklatan yang diikat menjadi satu ke belakang, lalu baju seragam ciri-ciri pelayan kafe dengan jahitan tag 'Ashley' di dada kirinya. Kepala perempuan itu masih menunduk dalam.
Apa ia merupakan seorang pelayan di kafe ini?
Erwin mengerutkan dahinya, lalu menatap ke sekeliling. Ah, ternyata gadis itu memang salah satu pelayan di kafe ini setelah ia melihat pakaian pelayan yang lain.
"Ashley, ada apa?" tanya sebuah suara dari arah belakang.
Erwin dan perempuan yang dipanggil Ashley itu menoleh ke arah suara, tak terkecuali dengan Robert yang ikut kepo untuk melihatnya.
Tampak seorang lelaki yang tengah memegangi nampan dan juga berciri-ciri sebagai seorang pelayan itu tiba-tiba memekik kaget.
"Oh my god, Ashley. Apa yang terjadi barusan?"
Dari apa yang baru ia lihat tadi, lelaki itu dapat menyimpulkan jika Ashley baru saja melakukan hal yang sangat ceroboh.
Di tangan gadis itu terlihat sedang memegangi sebuah cangkir kopi yang hanya tersisa setengah cairan pahit, lalu yang sisanya lagi telah bertebaran di tangan dan jas hitam milik pengusaha itu.
"Maafkan kami, Tuan," ujar pria itu, seakan-akan dia langsung menyadari apa yang telah terjadi.
Erwin mendesah kesal, lalu menepuk pelan bahu Robert. "Ashley dan Robert, dua orang manusia yang membawa sial di dalam hidupku," ujarnya sinis.
Perempuan itu dan Robert sontak secara bersamaan menoleh ke arah Erwin.
"Apa yang kau bilang barusan, boy?"
"Apa yang kau bilang barusan, Tuan?"
Dua orang itu kembali bertanya secara bersamaan.
Erwin yang tadinya telah memutar tubuhnya dan hendak melangkah pergi meninggalkan kafe itu menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke arah Robert dan Ashley.
"Apa kalian tidak memiliki teli--"
Erwin menghentikan ucapannya, lalu tanpa sadar memicing tajam ke arah Ashley. Ia baru saja melihat wajah perempuan itu setelah sekian lamanya ia menundukkan wajah cantiknya. "Eline?" tanyanya tanpa sadar.
"Eline?" Robert malah menyahuti ucapan Erwin. "Siapa dia?"
"Kau, Eline bukan?" tanya pria itu dan menunjuk ke arah Ashley.
"Tidak, Tuan. Namanya Ashley," sahut pelayan pria yang sedang berdiri di samping gadis itu.
Erwin menggaruk kepalanya, lalu merubah wajahnya menjadi masam. "Ah, tidak. Hanya saja, ia terlihat sangat mirip dengan seseorang."
Mendengar itu, Robert malah membulatkan matanya. "Kau memiliki seorang teman perempuan? Wah, kupikir kau memang sudah seperti dinding yang datar dan dingin, tapi ternyata, kau bisa juga bermain-main di belakangku!" pekik pria itu dengan histeris.
"Bermain-main di belakangmu? Apa yang kau maksud, idiot," ujar Erwin saat mendengar perkataan tidak masuk akal dari Robert.
"Aku baru tahu jika Erwin, sang pengusaha sukses yang terkenal dingin dan datar ternyata memiliki seorang teman perempuan. Amazing!"
"Dia bukan temanku!" pekik Erwin dan memukul kepala Robert agar pria itu tersadar dengan apa yang baru saja ia ucapkan.
Robert meringis sejenak, sebelum matanya semakin melotot horror. "Jika dia bukan teman perempuanmu, jadi siapa? APA DIA PACARMU? Oh, aku tidak terima ini. Dimana perempuanmu, aku yang akan menendangnya karena telah berani-beraninya menyentuh benda milikku!"
Ashley dan seorang pria yang sedang berdiri di sampingnya sedikit terlonjak kaget.
Mereka ternyata gay?
Erwin mendengus keras, lalu melirik ke arah Ashley. "Jadi, Ashley, bagaimana caranya kau akan mengganti rugi jas mahalku ini? Harus kukatakan padamu jika jas ini bukan berasal dari toko-toko di pinggiran jalan sana. Terus juga, aku tidak mau jasku dicuci segala, karena aku tidak ingin baunya menjadi berbeda."
Ashley menatap dalam mata Erwin, sebelum menggeram kesal karena perkataan pria itu terdengar sangat merendahkannya. Ada dua kesan yang tertanam di hati Ashley tentang pria pengusaha ini.
Angkuh, dan merepotkan.
"Aku yakin aku bisa mengganti rugi, Tuan! Anda tinggal katakan apa merek jas tersebut." ujarnya dengan sedikit menekan nada ucapannya.
Erwin mengangkat salah satu alisnya, sedikit tertarik dengan ucapan gadis itu barusan. "Dormeuil Vanquish II," jawabnya tenang.
"Baiklah, aku akan mengantarkannya pada tuan nanti malam. Sebutkan dimana Anda tinggal dan dengan senang hati aku yang akan mengantarkan jas Dor--Dormul V--Vanguis II tersebut," sahut Ashley dan mengucapkan sedikit kesalahan kata pada bagian akhir kalimatnya.
Erwin terkekeh pelan. "Bahkan mereknya saja kau tidak tahu. Bagaimana kau bisa yakin sekali untuk membelinya? Aku bertaruh jika kau pasti tidak tahu-menahu tentang harganya itu."
"A--aku bisa bertanya tentang jas itu kepada temanku nanti, Tuan. Jangan menganggapku remeh seperti itu!"
"Baiklah, kupercayakan jas mahalku kepadamu," ujar Erwin, lalu membuka jasnya dan melempar ke arah Ashley. "Aku ingin model yang sama dengan jas milikku."
"Okay," sahut Ashley yakin dan menerima jas hitam itu.
"Boy, aku masih ingin kopi," ujar Robert yang berada di sebelah Erwin. Mata pria itu terlihat berbinar-binar penuh harapan dan menatap ke arah Erwin, membuatnya hanya menghela napas kesal.
"Diamlah. Belilah kopimu sendiri. Jangan merengek-rengek tidak jelas seperti seorang anak kecil. Dan, Ashley, ingat untuk membeli jasku segera."
To be continue...
Don't forget to vote and comment. THANKS.
18 May 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect EVIL Boy
Romance15 tahun yang lalu. Eline Hill atau dipanggil 'flower' oleh teman kecilnya, adalah seorang anak perempuan yang baik dan ceria. Selain cantik, Ia juga sangat disukai oleh banyak orang. Erwin Collins, adalah teman dari perempuan itu yang sekaligus men...