Part 54 - Eline is Gone

1.4K 57 4
                                    

Happy reading😋😋
______________________

Jujur saja, Erwin tidak bisa menahan dirinya untuk tidak kaget ketika dirinya melihat orang tua Ashley yang tengah berjalan masuk ke dalam kamar VIP -- kamar inap milik Ashley.

Sejak dua jam yang lalu, operasi kecil yang dijalankan oleh Ashley telah berhasil. Well, memang sejak awal dokter yang menangani Ashley sudah mengatakan jika operasi ini pasti akan berhasil 100%, namun Erwin masih tidak bisa mempercayainya.

Menurutnya, segala sesuatu yang berkaitan dengan operasi itu adalah hal yang mempertaruhkan nyawa. Bagaimana tidak? Kulit milik manusia seperti dirinya akan dibelah secara paksa, lalu dijahit kembali setelah segala sesuatu yang diperlukan telah selesai.

 Dan, begitu dokter keluar dari ruangan operasi itu tadi dan mengabarkan jika Ashley akan baik-baik saja dan hanya memperlukan istirahat yang cukup, Erwin langsung mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada sang dokter. Ia bahkan meraih telapak tangan dokter yang masih dibaluti oleh sarung tangan itu dan menciuminya berkali-kali.

And, yah, disinilah Ashley sekarang, menikmati tempat tidur yang megah karena si Erwin ataupun Jason menginginkan Ashley berada di tempat yang nyaman.

Di detik selanjutnya, Erwin terperangah tanpa sadar, memandangi seorang wanita paruh baya yang masih cantik pada usianya yang sudah tergolong tidak muda. Rambutnya berwarna pirang, sementara mata dan hidungnya sangat mirip dengan wajah Ashley sekarang.

Tidak mungkin...

Erwin yakin jika dirinya tidak salah mengenal orang. Ya, wanita itu adalah orang tua dari Eline dulu. Wajah wanita paruh baya yang sudah lama tidak ia lihat itu, kembali muncul di depannya, namun di situasi yang berbeda. 

Sebenarnya, Erwin bisa saja menyalahkan kedua matanya, karena mungkin dirinya sedang berhalusinasi saat ini. Tapi, ucapan yang keluar dari sang dokter kepada wanita tersebut benar-benar mengagetkan dirinya.

"Ms. Hillary, putri Anda akan baik-baik saja. Tidak usah terlalu khawatir karena pelurunya tidak terlalu menembus kulitnya. Sebentar lagi putrimu juga akan bangun."

Masa sih...

Bukan cuma muka Ashley yang mirip dengan Eline, bahkan ibunya juga mirip dengan ibunya Ashley. Tunggu... Dari sini Erwin langsung bisa menyimpulkan sesuatu.

Ya!

Ibu Ashley bersaudara dengan ibunya Eline, dan mungkin saja mereka kembaran, sehingga anak yang dihasilkan pun mirip. Yah, Erwin pernah membaca berita soal orang tuanya yang kembaran menikah sehingga anaknya turut memiliki wajah yang sama.

"Siapa lelaki itu, Jason?"

Wanita paruh baya itu bertanya kepada Jason sedetik setelah dokter yang mengecek Ashley tadi pergi meninggalkan mereka. Ia tampak beralih menatap ke arah Jason yang tengah berdiri di sebelahnya, lalu mengerutkan dahinya.

Belum sempat Jason mengatakan apapun, Erwin terlebih dahulu menyerobos perkataan Jason. Ia beranjak dari tempatnya setelah sedari tadi duduk di atas sofa.

"Perkenalkan, namaku Erwin Collins."

Erwin bersumpah jika penglihatannya tidak salah. Tampak di detik selanjutnya, wanita paruh baya tersebut menganga lebar, seakan-akan tidak percaya dengan ucapan Erwin barusan.

Loh, kenapa?

"Erwin? Erwin Collins?"

Wanita itu mengulangi nama Erwin, sementara kerutan di sekitar dahinya mulai tercetak samar, namun hal tersebut masih tidak mengurangi aura kecantikan darinya.

"Iya, Mom. Erwin yang dulu."

Mendengar perkataan Jason, Erwin mengernyit samar, lalu menoleh ke arah Jason dengan tatapan yang bingung. Erwin yang dulu? Maksudnya?

"Astaga, Nak. Kau sudah tumbuh setampan ini!" ucap wanita tersebut dan berjalan cepat ke arah Erwin yang masih tampak kebingungan. 

Erwin hanya menggaruk kepalanya tidak mengerti, sebelum tiba-tiba saja tubuhnya membeku total ketika wanita itu berdiri tepat di depannya dan menunjukkan senyuman tipisnya.

Erwin ingat dengan senyuman ini. Itu adalah senyuman dimana ketika ibunya Eline menyambutnya saat dirinya bertamu ke rumah Eline, dulu.

Ta--tapi... Erwin benar-benar tidak bisa mempercayai pandangannya sendiri. Kalaupun jika ibu Eline dan ibunya Ashley adalah saudara kembaran, sangat aneh jika mereka memiliki wajah yang mirip sekali. Tidak, bukan cuma mirip, namun sama persis hingga tidak ada satu hal pun yang bisa membedakannya.

"Kau sering bertamu ke rumahku dulu, Erwin. Satu-satunya orang yang dipercayai oleh anakku dulu."

"Umm..."

Erwin tidak tahu harus berkata apa. Ia hanya gelagapan di tempatnya, lalu meneguk salivanya dengan susah. Bertamu? Setahunya, ia bahkan baru mengenal Ashley saat dirinya tiba di Washington.

"Apa maksud Anda, ya?" Erwin bertanya dengan polosnya, namun tidak bisa dipungkiri jika jantungnya kian memompa dengan cepat. Entah kenapa, Erwin merasa gugup.

"Aku ibunya Eline. Apa kau sudah lupa?"

Pertanyaan itu langsung menohok diri Erwin, sementara kedua matanya terbelalak tanpa sadar. Satu pernyataan yang sungguh mengagetkan. Tapi, kenapa malah ibunya Eline yang datang, bukannya ibunya Ashley? Apa yang terjadi di dalam sini?

Erwin memutar otaknya, berusaha untuk membuat semua ini terasa masuk akal. 

"Ms. Hillary, putri Anda akan baik-baik saja. Tidak usah terlalu khawatir karena pelurunya tidak terlalu menembus kulitnya. Sebentar lagi putrimu juga akan bangun."

Ibunya Eline datang kesini, dan si dokter tadi juga berkata kepada wanita itu jika Ashley yang sedang terbaring itu adalah putrinya. Erwin memaksakan otaknya untuk bekerja dengan keras. 

Wajah Eline terlihat sama dengan Ashley, dan dari sini Erwin langsung kembali menyimpulkan sesuatu. ibunya Ashley dan Eline bukanlah saudara kembar, melainkan Ashley dan Eline-lah yang bersaudara.

Pantas saja marga Ashley dan Eline nyaris mirip. Marga Eline adalah Hill, sementara marga Ashley adalah Hillary. Mungkin saja marga Eline disingkat sehingga hanya dipanggil Hill.

"Oh. Ngomong-ngomong, Ms. Hillary, dimana Eline Hill?"

Erwin sebenarnya tidak ingin menanyakan hal tersebut, namun entah kenapa mulutnya terasa gatal untuk melontarkan pemikirannya. Ia semakin gugup di tempat, bahkan dirinya yakin jika keringat dinginnya mulai bercucuran.

Ya, bagaimana tidak? Dulu Erwin menghilang tanpa jejak saat Eline sedang berada di rumah sakit dulu, dan tiba-tiba saja Erwin kembali muncul dan menanyai kabarnya, tapi di situasi yang berbeda.

"Eline sudah tidak ada, Erwin. Dari dulu," ujar wanita tersebut seraya tersenyum menenangkan. "Jangan pernah ungkit soal Eline lagi."

Senyuman wanita itu entah kenapa membuat Erwin merasakan rasa perih di benaknya. Rasa sakit itu menggelayut manja, diiringi dengan senyuman menenangkan  yang diberikan oleh wanita di depannya. Hal itu malah membuatnya semakin merasa bersalah, sebelum dirinya mengumpat kasar ke arah dirinya sendiri.

Sialan! Bajingan kau Erwin, umpatnya di dalam hati.

Kalau saja ia tidak mengikuti momnya untuk pergi ke New York waktu itu, mungkin saja Erwin bisa melihat Eline untuk yang terakhir kalinya. Sungguh, Erwin sangat menyesal sekarang. Rasanya, ia telah gagal untuk menjadi pria hebat yang bisa menjaga wanitanya.

Erwin merasa kecewa terhadap dirinya sendiri.

"Maafkan aku karena telah bertanya dengan lancang, Ms. Hillary."

Wanita itu menepuk bahu Erwin sebentar. "Tidak apa-apa, Erwin."

To Be continue...

Don't forget to vote and comment, yaaaa!!! XD

31 May 2020

The Perfect EVIL BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang