Part 50 - A Letter

1.4K 55 2
                                    

Happy reading🤡🤡
_____________________

Telepon Erwin berdering di saat lelaki itu sedang memakai celananya. Ia baru saja keluar dari kamar mandi setelah selesai membersihkan tubuhnya. Erwin berdecak, sebelum dengan cepat memakai celana panjangnya yang berwarna hitam. Tanpa sempat mengenakan pakaian atas, ia langsung meluncur ke tempat teleponnya.

Tangannya terjulur, meraih telepon itu dan tanpa melihat melihat nama penelepon, Erwin langsung mengangkatnya begitu saja. Ditempelkannya telepon itu di telinga kanannya.

"Halo? Siapa?" tanya Erwin. Ia kemudian berjalan ke arah lemari, memilih-milih pakaian, sebelum matanya terjatuh pada kaos santainya. Ia langsung meraihnya.

"Erwin, ke apartemen Ashley sekarang, darurat!"

Sontak, dahi Erwin mengernyit samar. Siapa ini?

Ia menghentikan kegiatannya yang sedang memakai pakaian, lalu menjauhkan teleponnya dari telinga, melihat nama penelepon.

Nomor tidak dikenal.

Tapi, kalau didengar dari nada orang itu, sepertinya dia sedang panik. Dan juga, suara ini sangat mirip dengan suara Jason. Apa memang Jason?

Kalau memang ini adalah suara Jason, darimana pria itu mendapatkan nomor teleponnya? Erwin kembali menempelkan teleponnya ke telinga.

Jujur saja, Erwin sebenarnya masih merasa kesal dengan Jason. Jika ia dipertemukan lagi dengannya, Erwin bersumpah akan memutilasi badan Jason secara perlahan-lahan.

"Kau si babun itu?" tanya Erwin memastikan.

"Apanya yang babun?! Aku Jason, dan sekarang Ashley sudah sekarat. Cepat kesini sebelum terlambat!!"

Nah, kan!

Sudut bibir Erwin berkedut samar, tidak mengerti dengan perkataan Jason. Suara pria itu terdengar seakan-akan Ashley akan segera menghilang di muka bumi ini.

"Apa yang kau maksudkan? Benar-benar babun ya, kau?"

"Dasar bodoh, sebaiknya kau cepat kemari sekarang, titik! Aku tidak mau mendengar penolakan darimu sama sekali."

Di detik selanjutnya, suara telepon yang terputus terdengar. Erwin seketika menggeram, berani-beraninya pria itu memutuskan teleponnya secara sepihak. Dan yang lebih parahnya lagi, Jason baru saja mengaturnya.

Okay...okay... Rileks.

Erwin segera memakai pakaiannya, lalu keluar dari kamar. Tidak lupa juga ia mengambil teleponnya dan disimpannya ke dalam saku celana.

Sebenarnya, kalau saja hal ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Ashley, Erwin tidak mungkin akan berniat untuk pergi ke sana. Namun, ini Ashley, gadis yang selalu membuat jantungnya berdebar dengan cepat setiap kali mereka bertemu.

Apa hal itu yang dinamakan dengan cinta? Seperti yang dibicarakan oleh orang-orang?

***

Erwin membuka pintu apartemen Ashley yang entah kenapa tidak terkunci, lalu segera melangkah masuk ke dalam. Ia mengedarkan pandangannya, sebelum tatapannya terjatuh pada rak sepatu.

Untuk sejenak, Erwin sempat kepikiran untuk melepaskan sandalnya terlebih dahulu sebagai tanda sopan santun. Namun tiba-tiba saja, segera ditepisnya pemikiran itu dan lantas melangkah masuk ke dalam.

"Jason?" Erwin mengeluarkan suaranya.

Apartemen ini hening, sangat hening. Tidak tampak seperti biasanya. Erwin melangkah ke arah ruang tamu, tapi ia tidak menemukan siapapun di sana.

The Perfect EVIL BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang