Happy reading🙆♀️🙆♂️
_____________________Ashley duduk lemas di atas bangku yang tersedia di dalam laundry itu. Ia celingak-celinguk, lalu mendesah pelan karena ada sesuatu yang terus menganggu pikirannya, dan itu sudah pasti...
Bagaiman kalau pria itu mengetahui bahwa ini adalah jas yang sama dengan jas lamanya? Bagaimana jika pria itu marah? Dan kalau itu terjadi, bagaimana caranya Ashley akan menjelaskan semua itu padanya nanti? Apa ia harus mengatakan bahwa ini adalah ide dari temannya? Tapi, tadi John baru saja memperingatinya untuk jangan membawa-bawa namanya.
Aih...
Dasar setan gay tampan tapi sungguh dingin itu.
Untuk yang pertama kalinya, jas hitam berbenda mati itu membawa kesialan pada kehidupannya. Jas hitam dengan nama merek yang bisa membuat lidah Ashley berbelit-belit saat mengucapkannya.
Bahkan mungkin saja pria itu membeli jas hitam dengan merek yang palsu. Itu bisa saja terjadi, bukan?
"Madam, jas hitam Anda sudah dicuci dengan bersih," ucap sebuah suara dan membuat Ashley terbangun dari lamunannya.
"Oh, ya?" sahut Ashley dan tangannya langsung meraih sebuah jas hitam yang sudah dilipat dan dimasukkan dengan rapi ke dalam sebuah bungkusan plastik.
Setelahnya, ia mengambil dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang untuk membayarnya.
Ashley tersenyum singkat, lalu berjalan keluar dari pintu kaca laundry dan kembali menghela napas.
Okay, ia baru saja menghabiskan sebagian uangnya hanya untuk membayar laundry sialan itu. Jika saja waktunya tidak semakin menipis, ia pasti tidak akan mengambil paket flash. Tapi, kalau saja Ashley nekat untuk mengambil paket biasa, ia tidak mungkin akan mengambil baju itu pada esok harinya, kan?
Mengingat ia hanya memiliki 30 menit waktu yang tersisa, Ashley terpaksa harus mengambil paket cepat agar bisa menyelesaikan cucian tersebut dalam waktu 15 menit. Well, dan sebagai gantinya, sebagian uangnya yang disimpan di dalam dompet telah menghilang.
Ashley melangkah ke tepi jalan, lalu menyetop taksi yang kebetulan sedang lewat di depannya.
"Ke Hillary Cafe," ucap Ashley dan langsung memberitahukan alamatnya setelah masuk ke dalam kursi penumpang.
Ia menyandarkan kepalanya ke punggung kursi sembari menatap ke arah plastik yang sedang di pegangnya. Ashley kemudian memejamkan matanya.
Berharap saja pria itu tidak mengetahui apapun tentang apa yang baru saja dilakukan olehnya terhadap jas mahal ini.
***
Ashley berjalan masuk ke dalam kafenya melalui pintu kaca dengan sebuah papan yang tergantung dan bertuliskan 'close' pada bagian depannya. Bunyi lonceng terdengar saat gadis itu mendorong pintu kaca tersebut, sebelum kembali menutupnya dan bergerak duduk di atas kursi.
Ia mengedarkan pandangannya ke lingkungan kafe bagian luar, lalu menghela napas lega saat orang yang sedang dicarinya masih belum muncul juga.
"Kau sudah makan?" tanya sebuah suara bariton dari arah belakang, membuat Ashley langsung terlonjak kaget dan menolehkan kepalanya.
What the hell...
Lalu, ia mengernyitkan dahinya, ketika mendapati pria itu masih saja belum keluar dari kafenya.
"John, bukankah kau ada janji? Kenapa kau masih berada di sini?" tanya Ashley dengan dahi yang berkerut semakin dalam. Namun, ia langsung menghela napas ketika menyadari sesuatu.
"Kau kembali membohongiku!" pekik Ashley dan melemparkan tatapan kesalnya.
God! Pria itu kembali membohonginya untuk yang kesekian kalinya. Oh, jangan heran dengan kelakuannya, karena sikap John memang sudah seperti itu sejak pertama kali ia bertemu dengannya.
Pria itu hanya mengangkat bahu tidak peduli, lalu berjalan menuju ke hadapan Ashley dan duduk di atas kursi. "Well, yes," sahutnya dan mencengir tidak bersalah.
Ashley berdecak kesal, namun tidak lama kemudian, ia langsung tersenyum miring saat melihat John sedang memegang cemilan dan memakan makanan ringan itu.
"Berikan makanan itu padaku. Aku sudah sangat lapar dan aku tidak bisa membeli apapun, mengingat aku sudah menghabiskan sebagian uang hanya untuk membayar uang transportasi dan uang laundry itu."
"Ah, ya." John menengakkan tubuhnya seakan teringat sesuatu sembari menyerahkan bungkusan cemilannya ke arah Ashley. "Mengenai pemilik jas itu, sepertinya dia sudah datang sejak tadi."
Ashley yang sedang memakan cemilan itu dengan santai langsung tersedak sesaat. "APA?" pekiknya dan bangkit dari tempat duduk.
Namun sialnya, karena ia bergerak secara tiba-tiba, bungkusan makanan ringan itu terjatuh ke lantai dan membuat isinya berhamburan keluar.
"Apa yang kau lakukan!" pekik John histeris dan spontan bangkit dari tempat duduknya. "Tidak, makanan kesayanganku. Kau telah menjatuhkannya!"
Ashley panik. Ia mengeluarkan jas hitam itu, lalu membuang bungkusan plastiknya ke tong sampah. Setelah itu, ia menaruh jas itu di atas meja dan kembali menoleh ke arah John.
Pria itu terlihat sedang jongkok dan mengumpulkan kembali makanan ringan yang sudah berhamburan di lantai, membuat Ashley semakin kesal di buatnya.
"Dimana pria itu?" tanya Ashley dan turut jongkok di sebelah sisi John.
Pria itu menoleh jengkel, lalu menunjuk ke arah luar kafe dengan menggunakan dagunya. "Dia berada di dalam mobil hitam itu."
Ashley mengikuti arah telunjuk John, lalu matanya membulat lebar ketika melihat sosok yang dikenalnya. Pengusaha itu tampak tengah berdiri menyandarkan punggungnya ke badan mobil sembari tersenyum tipis.
"Tidak, kau harus membeli lagi makanan ringanku ini!" geram John kesal dan menoleh ke arah Ashley yang hanya diam mematung.
To be continue...
Don't forget to vote and comment💣💣. THANKS.
22 May 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect EVIL Boy
Romance15 tahun yang lalu. Eline Hill atau dipanggil 'flower' oleh teman kecilnya, adalah seorang anak perempuan yang baik dan ceria. Selain cantik, Ia juga sangat disukai oleh banyak orang. Erwin Collins, adalah teman dari perempuan itu yang sekaligus men...