Happy reading😆😉
____________________"Tapi, parfummu sangat wangi. Aku menyukainya. Bisakah kau membagiku sedikit? Dan, aku juga menyukai perut sixpackmu itu. Aku masih ingin memeganginya."
"ROBERT!"
Mendengar jeritan histeris dari Erwin hanya membuat Robert terbahak geli, hingga ia yang tadinya sedang meminum bir langsung tersedak, bersamaan dengan cairan yang tanpa sengaja ia semburkan ke arah Erwin.
Pria itu spontan memekik jijik saat merasakan seluruh tubuhnya yang menjadi basah akibat kelakuan pria sialan di depannya. Jas hitam dan kemeja putihnya langsung terkena cairan itu, tak lupa juga dengan wajahnya. Itu membuat Erwin kembali menjerit keras.
"ROBERT! KAU PIKIR APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN!"
Ia melihat ke arah pakaiannya sendiri, sebelum mendesah jijik saat melihat ke arah kemeja putihnya yang menjadi tembus pandang dan tidak segan-segan untuk menampilkan perut ototnya.
Robert menyapukan bibirnya dan sedikit terbatuk, sebelum ia melebarkan matanya dengan kagum. "Kau keren sekali, Erwin. Hua! Ototmu," decaknya dan menatap ke arah Erwin dengan mata yang berbinar-binar. Ia menjilati bibir bawahnya yang tiba-tiba menjadi kering, seakan-akan pria itu sudah sangat jatuh cinta dengan otot Erwin.
Ia kemudian bergerak ke arah pria itu dan mendudukkan bokongnya di samping sofa Erwin. Robert tidak peduli dengan semua kekacauan yang baru saja ia buat, karena apa yang ia peduli saat ini hanyalah otot bosnya.
"ROBERT! Jangan coba-coba!" pekik Erwin dengan histeris. Ia spontan menendang perut temannya dan alhasil, Robert langsung terjengkang ke belakang sofa hingga terjatuh ke lantai.
Bruk!!
"Fuck!" umpatnya dan meringis sakit. "KAU PIKIR APA YANG KAU LAKUKAN!"
Erwin melotot tajam. Ia kemudian mendengus, sebelum ia bergerak bangkit dari sofa dan berjalan menuju ke kamar tidurnya, melupakan Robert yang hanya tergeletak secara menyedihkan di atas lantai.
Kurang ajar! Siapa Robert hingga pria itu dengan beraninya meniru ucapannya tadi!
"ERWIN!" pekik Robert dengan keras, namun ternyata teriakannya hanya disahuti oleh angin.
Erwin hanya menoleh, kemudian kembali menatap tajam ke arah Robert seraya menunjukkan jari tengahnya ke arah pria itu. "Fuck you!" umpatnya, dan sepersekian detik setelahnya, terdengar suara pintu yang berdebum dengan sangat keras.
Robert hanya meringis, lalu ia menatap tajam ke arah pintu kamar milik Erwin. "Fuck you!" umpatnya juga, walau ia tahu jika pria itu tidak dapat mendengar umpatannya lagi, mengingat bahwa bos berototnya sudah menutup pintu kamarnya yang kedap suara.
Robert mencibir sejenak, lalu sebelah tangannya meraih sebotol bir yang berada di atas meja. Langsung diteguknya minuman itu hingga kandas seraya bangkit dari atas lantai.
Tapi, bahkan sebelum ia sempat duduk di atas sofa, suara pintu yang terbuka membuat Robert langsung menoleh ke asal suara.
"Jangan lupa untuk membersihkan apartemenku. SEKARANG! TITIK!" Lalu, setelahnya, suara pintu yang berdebum kembali terdengar, membuat Robert hanya melongo di tempatnya.
Ia tidak mengerjapkan matanya sama sekali, kemudian mengumpat kesal. "SIALAN KAU, ERWIN!"
***
07:00 AMBeban di tubuhnya dan jilatan di wajahnya lantas membuat Ashley mengerjap matanya dengan malas. Mulutnya menguap lebar, lalu ia sontak menyipitkan matanya untuk melihat siapa pelaku itu. Sebenarnya, ia hendak menyumpahi orang yang kurang ajar itu ketika tiba-tiba saja ia tersenyum geli ketika mendapati bahwa ada seekor hewan nakal yang sedang menjilatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect EVIL Boy
Romansa15 tahun yang lalu. Eline Hill atau dipanggil 'flower' oleh teman kecilnya, adalah seorang anak perempuan yang baik dan ceria. Selain cantik, Ia juga sangat disukai oleh banyak orang. Erwin Collins, adalah teman dari perempuan itu yang sekaligus men...