Happy reading😙😙
_____________________Erwin mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.
Sedari tadi apa yang ia kerjakan hanyalah berbaring di atas tempat tidur, lalu mengumpat kasar ke udara, kemudian menabrak kepalanya ke dinding putih, mengutuk dirinya sendiri dan meloncat-loncat di atas kasur.
Kekanak-kanakan sekali! Sisi lain dari Erwin berteriak nyaring, namun Erwin tetap saja menabrak kepalanya ke dinding. Ia terus mengumpat kasar sambil sesekali mengeluh saat kepalanya sedikit berdenyut sakit akibat perbuatannya sendiri.
Bodoh!
Beberapa menit kemudian, pria itu akhirnya melipat kakinya karena telah merasa sedikit lelah, lalu menenggelamkan wajahnya di dalam lutut. Ia kemudian meraung tersedu-sedu.
Huaa...
Kenapa nasibnya berubah menjadi sial begini?
Ia benar-benar capek. Pekerjaan yang menumpuk di kantornya sudah ditinggali oleh Erwin selama beberapa jam tadi. Rapat dan berkasnya yang sama penting itu juga sama sekali tidak disentuh olehnya semenjak jam makan siang.
Dan, dirinya yakin sekali jika Robert sudah panik setengah mati dalam beberapa jam ini. Apalagi mengingat bahwa Erwin telah mengabaikan beberapa telepon Robert yang terus masuk ke dalam ponselnya ini.
Biarlah dia!
Setelah tadi Erwin selesai membeli sekotak pembalut di dalam minimarket, dirinya baru saja tersadar jika mobil hitamnya telah dideret pergi. Ia menepuk jidat. Oh, tentu saja mobilnya dibawa pergi mengingat ia telah memarkirkannya begitu saja di tengah-tengah jalan raya.
Bagaimana bisa Erwin melupakan hal segenting ini?
Lama berpikir, Erwin akhirnya memutuskan untuk berjalan kaki untuk menuju ke apartemennya terlebih dahulu karena tempat tinggalnya terletak tak jauh dari sini.
Erwin tidak mungkin berniat untuk membawa kotak ini kembali ke kantornya, karena hal itu pasti akan membuat karyawan mulai bergosip hal yang aneh tentang dirinya. Apalagi Robert adalah seorang teman yang sekaligus merangkap sebagai sekretaris yang kepo.
Geez...
Tapi, ada satu hal yang lebih buruk dan itu menimpanya lagi.
Selama perjalanan menuju ke apartemennya saat itu, Erwin menjadi pusat perhatian karena kotak yang sedang dibawanya itu. Entah kenapa, orang-orang yang berada di jalanan terus memperhatikannya, bahkan ada yang berani untuk memotretnya secara diam-diam.
Hal itu sukses membuat pria tersebut kesal setengah mati.
Oh god, memangnya jika orang tampan yang sedang membawa kotak pembalut itu adalah hal yang paling menganehkan di bumi, ya?
Erwin mengangkat wajah, kemudian melirik pada jam di atas nakas yang sudah menunjukkan pukul 7 malam, lalu menumbruk kepalanya ke kepala ranjang, kemudian melanjutkan tangisannya yang memilukan.
Sebenarnya, Erwin sempat berniat untuk kembali ke kantornya setelah memberikan kotak besar itu kepada Ashley. Namun, niatnya langsung dibatalkan begitu Ashley mengatakan hal yang paling memalukan di dunia.
Kyaa...
Mengapa Ashley begitu jahat untuk mengatakannya?
Robert yang berada di ambang pintu hanya menyandarkan punggungnya ke dinding, sementara mata birunya tertuju pada Erwin yang terlihat mengenaskan. Ia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi pada bosnya ini.
Setelah membuat Robert kewalahan dari jam makan siang sampai jam 7 ini karena Erwin meninggalkan kantornya dan seluruh rapatnya, Robert yang berjabat sebagai sekretaris malah mengurusi semuanya sendirian.
Benar-benar biadab!
Sekitar enam jam itu Erwin menghilang layaknya di telan bumi, sampai-sampai membuat Robert mulai panik dan akan menyuruh polisi untuk mencarinya kalau saja ia tidak menemukan Erwin sedang berada di dalam apartemennya sendiri.
Apa yang dilakukannya? Apa pria ini sedang ingin memecahkan isi kepalanya ke dinding?
Bodoh!
"Hei, kau gila?" ujar Robert datar, namun dengan nada yang kecil, membuat Erwin menengadahkan kepalanya dan menatap tajam ke arahnya.
"Sedih." Di detik selanjutnya, Erwin kembali menelungkupkan wajahnya di dalam lutut dan menangis tersedu-sedu.
Pria sinting!
Robert memutar bola matanya, lalu melipat kedua tangannya di depan dada. Jengkel, ia sangat jengkel dengan Erwin sekarang.
"Kau di mana saja tadi? Semua rapatmu ditinggalkan begitu saja. Apalagi aku baru menyadari bahwa kau telah menghilang dari jam makan siang," ujar Robert geram.
Tapi, Erwin menggubrisnya. Ia masih tenggelam di dalam dunianya yang lain.
Mendesah panjang, Robert mencibir pelan. "Rapatmu dengan orang Jepang yang bertubuh pendek itu sudah kubatalkan."
Erwin hanya mengangguk pelan. "Ya, batalkan saja semuanya," balasnya tidak mau tahu.
Robert menggeram kesal. Perkataan Erwin benar-benar terdengar putus asa. Ada apa, sih?
"Kau sedang mengajak bercanda denganku?" desis Robert. Emosinya naik hingga ke ubun-ubun karena sikap Erwin sekarang.
Tapi, Erwin tidak menyahutnya. Pria itu hanya melempar bantal empuk yang berada di dekatnya ke arah wajah Robert. Tepat sasaran.
Robert mendelik jengkel, menatap ke arah Erwin dan bantal yang sudah terjatuh ke lantai itu secara bergiliran. "Yang benar saja? Ada apa denganmu?" Sebelah tangannya tetangkat untuk mengusap wajahnya yang terhempas oleh bantal itu.
Untuk pertama kalinya, baru kali ini Robert melihat sisi lain dari Erwin, yaitu sikap kekanak-kanakannya.
Untuk yang pertama kalinya, Robert baru pernah melihat Erwin merajuk seperti ini. Dia merajuk!
Dan untuk yang pertama kalinya juga, Erwin meninggalkan semua rapat yang sebenarnya dianggap penting tadi. Oh my god, setelah cabang perusahaan Erwin terkena masalah, CEO-nya sendiri malah semakin memperburuk keadaannya.
Apa-apaan?!
"Aku tidak akan bangkrut hanya karena cabang perusahaanku di Washington terkena masalah," ujar Erwin, seakan-akan pria itu dapat mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh Robert.
Robert hanya mendengus. Ck, sombong.
"Biar kutebak, Ashley pasti putus denganmu," ujar Robert, membuat Erwin langsung menghembuskan napasnya dengan kesal.
"Apa?!" serunya dengan tatapan yang mendelik dingin.
Robert sontak berdecak dan mengangkat dagu. Berarti tebakannya tadi melenceng.
"Jadi, apa yang terjadi padamu? Tidak biasanya kau seperti ini."
Erwin mengibas-ibaskan sebelah tangannya dan menggelengkan kepala penuh putus asa. Ia tidak mungkin akan menceritakannya pada Robert tentang hal memalukan tadi.
"Pergi dan bereskan semua sampah birmu, atau aku sendiri yang akan menendangmu dari apartemenku. Hush..." tandas Erwin dengan cepat, membuat Robert semakin mengernyit kesal.
Robert sangat tahu bahwa ancaman Erwin tidak main-main, dan karena itulah, pria itu langsung keluar sebelum Erwin akan melontarkan tatapan tajam yang mematikan ke arahnya.
Benar-benar bos gila!
Apa Erwin tidak tahu jika dirinya sudah lelah karena telah mengurusi jadwalnya yang berantakan dan tidak beraturan itu semenjak tadi siang? Oh, my god's sake.
_____________________
To be continue...
Don't forget to vote and comment. THANKS.
BANYAKIN VOTE DAN KOMENTARNYA AGAR AUTHOR BISA UPDATE CEPAT. THANK YOUU!!💜🖤
9 July 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect EVIL Boy
Romance15 tahun yang lalu. Eline Hill atau dipanggil 'flower' oleh teman kecilnya, adalah seorang anak perempuan yang baik dan ceria. Selain cantik, Ia juga sangat disukai oleh banyak orang. Erwin Collins, adalah teman dari perempuan itu yang sekaligus men...