Happy reading💛💙
_____________________Erwin kemudian menghela napas kasar, sebelum ia bergerak duduk di atas sofa yang tersedia. Melihat itu, Ashley hanya meneguk salivanya dengan susah.
"Jadi, ini apartemenmu?" tanya Erwin. Ia melipat kakinya dengan gerakan bossy, membuat Ashley semakin mencengkram erat tali anjingnya dengan ragu.
"Y--ya," balas Ashley terbata-bata. Binar matanya tampak menunjukkan binar kegelisahan yang amat dalam, apalagi ia dapat melihat Erwin tengah menatapnya dengan tatapan tajam.
Oh, no!
"Bisakah kau katakan apa alasannya?" tanya Erwin dan beralih menatap ke arah sofa yang sedang ia duduki. Pria itu mengelus pelan bantal sofa yang terletak di sana, sebelum meletakkan benda itu ke belakang kepala dan menyandarkannya dengan nyaman.
"U--um, ya?"
Billy yang tadinya mengamuk besar langsung memperlihatkan wajah bingungnya. Anjing itu kembali duduk di atas lantai, menatap ke arah majikannya dan wajah miring milik pria tersebut. Di detik selanjutnya, Billy kemudian memperlihatkan gigi tajamnya, pertanda jika majikannya dalam berbahaya akibat pria itu, ia akan bisa menyerang Erwin kapan saja.
"Kenapa kau berbohong?" tanya Erwin dan memperjelas pertanyaannya tadi.
"Dan, kenapa kau terus berdiri di sana seperti orang bodoh? Apa kau tidak ingin duduk atau semacamnya? Kau hanya membuat suasana di sini bertambah tegang." tambah Erwin lagi, membuat Ashley hanya mengerjap sesaat.
Geez... apa perempuan ini bodoh atau tolol?
"A--aku--"
"Duduklah di sebelahku," sela Erwin seraya menepuk samping sofanya beberapa kali.
Mendengar itu, bibir merah milik Ashley terbuka. "Tidak, aku tidak membutuhkan duduk ataupun--"
"Itu perintahku," potong Erwin dan menatap ke arah Ashley dengan santai. Mengangkat satu alisnya, ia kembali menujuk ke tempat di sampingnya dengan menggunakan dagu, membuat perempuan tersebut hanya mendesah pasrah seraya melepaskan tali anjing yang diggenggamnya tadi.
Ashley menyeret kakinya dengan lambat dan menuju ke sofa yang diduduki oleh Erwin, sebelum membelalakan matanya ketika melihat sepatu sport milik pria itu telah mengotori karpetnya.
Sial! Kenapa pria ini tidak melepaskan sepatunya terlebih dahulu?
Sementara itu, Billy terus membuntuti Ashley, hingga akhirnya mereka sampai di depan Erwin. Ashley dengan ragu duduk di sebelah pria tersebut, sementara Billy bergerak duduk di hadapan mereka berdua.
"Kenapa kau duduk begitu jauh dari tempatku? Aku tadi menyuruhmu untuk duduk di sini, kan?" tanya Erwin dan menyipitkan matanya dengan heran ketika melihat Ashley yang sudah duduk di atas sofa, namun dengan jarak yang tercipta cukup jauh darinya.
Gadis itu mengumpat kesal dalam hati, lalu dengan enggan, ia akhirnya mendekati Erwin.
"Jadi, jelaskan padaku," titah Erwin setelah melihat Ashley yang sudah berhenti bergerak mendekatinya, tapi tetap saja perempuan itu menciptakan sedikit jarak di tengah-tengah mereka.
"Maaf."
"Aku bukan ingin mendengar kata sialan yang keluar dari mulutmu itu. Yang kutanya adalah, apa alasanmu untuk membohongiku lagi?" erang Erwin kesal. Capek, deh.
Ashley terlihat memainkan jarinya dengan gugup. "Well, aku hanya ingin berjaga-jaga."
"Dari?" Salah satu alis milik Erwin terangkat.
"U--umm, dari kau," sahut Ashley dengan polosnya.
Aih... Ashley kemudian sedikit menggelengkan kepalanya. Sial, padahal kemarin ia sudah berusaha mencegah Erwin agar pria itu tidak dapat mengetahui alamat tempat tinggalnya, tapi takdir seakan-akan melarangnya untuk melakukan hal tersebut.
Bahkan pia asing ini sudah berhasil mendobrak masuk ke dalam apartemennya dan dia tengah mengintimidasinya sekarang.
Ugh, ini benar-benar akan menjadi hal yang terburuk baginya.
Oh my god! Ia benar-benar tidak tahu jika semuanya akan berubah menjadi seperti ini.
"Kau pikir aku adalah seorang penjahat?" Erwin bertanya dan ternyata itu langsung tepat sasaran. Ia tersenyum miring ketika melihat Ashley yang hanya semakin tergagap di tempatnya.
"Oh, gosh. Padahal kau sudah tahu betul jika aku adalah seorang pengusaha sukses, tapi kenapa kau malah berpikir hal yang tidak-tidak seperti itu?" tanya Erwin dan bersedekap penuh intimidasi.
Ashley mengerang panjang. "Itu adalah hal yang biasa dan lagipula, bukan hanya aku, tapi semua gadis sepertiku juga akan takut," ucap Ashley dengan tatapan tidak terima.
Namun, Erwin tidak membantah ataupun berujar. Ia hanya menatap mata biru milik Ashley dan tetap tersenyum miring. Yash, ternyata hal itu terus berlaku hingga membuat Ashley menjadi sedikit gugup di tempat duduknya. Sebenarnya pria ini mendengar ucapannya atau tidak, sih?
Beberapa menit kemudian, Erwin akhirnya bergerak mendekati Ashley yang terlihat sangat tidak nyaman di tempat duduknya, lalu tersenyum jenaka. "Apa kau sedang berpikiran macam-macam sekarang?" tanyanya.
"A--apa? Macam-macam seperti apa?"
Ashley bergerak menjauh, tapi Erwin malah semakin mendekatkan dirinya ke arah gadis itu meski ia tahu bahwa Ashley sudah sangat tidak nyaman di sebelahnya.
"Kau tidak berpikiran seperti itu?" tanya Erwin lagi. Ia semakin mendekatkan dirinya ke arah Ashley, hingga tubuh mereka akhirnya saling mengapit satu sama lain.
Sebenarnya, Ashley masih ingin bergerak menjauh, tapi tepi sofanya malah menahan niatnya dan membuat ia tidak bisa bergerak bebas. Apalagi tubuh Erwin yang sengaja dicondongkan ke arahnya dengan hidung mereka yang sudah saling bersentuhan.
"Apa yang kau lakukan, Erwin?" tanya Ashley dan memundurkan wajahnya ke belakang, namun sepertinya niatnya tertahan, mengingat ia sudah bersandar di belakang sofanya.
Gadis itu spontan menahan dada bidang milik Erwin, mencegah gerakan pria tersebut yang tampaknya masih tidak ingin berhenti.
Erwin terkekeh geli. "Kau memegangiku?"
Ashley sontak menjauhkan tangannya, tapi seperti itu salah karena Erwin bergerak ke atas tubuhnya dan langsung saja menempelkan dada mereka. Ia mengunci kaki Ashley dengan menggunakan kedua kakinya, lalu menatap tepat ke arah mata biru milik Ashley.
Ia dapat melihat perempuan itu yang bergerak dengan gusar, apalagi anak-anak rambut tipis milik Ashley yang terus menyapu di pipi mulusnya.
Oh, astaga, kenapa wajah gadis di depannya sangat cantik?
Baru saja Erwin hendak berbicara, suara gonggongan anjing dari arah belakang membuat pria itu tersentak kaget. Apalagi gigitan di celananya membuat ia hanya mendesah kesal dan menoleh ke arah belakang.
Anjing sialan! Aku akan membunuhmu!
___________________
To be continue...
Don't forget to vote and comment. THANKS.💚💜
19 Juny 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect EVIL Boy
Romance15 tahun yang lalu. Eline Hill atau dipanggil 'flower' oleh teman kecilnya, adalah seorang anak perempuan yang baik dan ceria. Selain cantik, Ia juga sangat disukai oleh banyak orang. Erwin Collins, adalah teman dari perempuan itu yang sekaligus men...