Happy reading😗😗
_____________________"Hutangmu... ditambah lagi."
Ashley terkesiap sesaat. Gadis itu meneguk salivanya dengan susah payah ketika memikirkan hutangnya yang sudah menumpuk hingga segunung hanya dalam dua hari ini. Apa? Oh, come on!
Ashley bukannya membeli barang-barang untuk kebutuhan hidupnya, tetapi ia malah merusak pakaian orang lain, yang sialnya orang itu adalah seorang pengusaha.
Kalau saja Ashley bisa meminta tolong pada keluarganya ataupun kakaknya sekarang juga, ia pasti sudah keluar dari lingkaran gelap Erwin. Tapi, tidak. Ia sudah cukup banyak menghabisi uang keluarganya dan mulai sekarang Ashley harus hidup mandiri apapun yang terjadi. Ya, apapun yang terjadi.
Namun, hutang sebanyak ini? Oh, somebody help me, please!
"Berapa harga celanamu itu?" Ashley akhirnya bertanya walaupun secuil hatinya masih tidak ingin mendengar harga apapun saat ini.
"Aku sudah lupa dengan harganya, namun mereknya adalah Levi's Capitol E," ujar Erwin. "Kau bisa mencari nama mereknya di sana kalau kau tidak percaya," tambahnya lagi seraya menunjuk ke arah seonggok kain yang tergeletak di atas lantai. Kain dari celananya yang terobek tadi.
Ashley mengatup mulutnya rapat-rapat. Oh, merek itu... Sialan, merek itu terkenal dengan kemahalannya.
Untuk merek yang satu ini Ashley memang mengetahuinya. Biasanya, keluarganya yang saat ini sedang berada di Chicago lebih suka memakai celana dari Levi's Capitol E daripada merek yang lain, walau Ashley sendiri sama sekali tidak mengetahui apa alasan mereka. Ralat, bukan seluruh keluarganya yang memakai merek itu, tapi hanya untuk para lelaki yang berada di dalam keluarganya.
Yah, mengingat celana Levi's Capitol E ini hanya dikhususkan untuk para lelaki.
Dan, sudah pasti celana Erwin memiliki harga yang sangat mahal.
Apa sebaiknya ia pulang ke Chicago dan mencuri beberapa celana dari kakaknya, lalu Ashley kembali ke sini tanpa hutangnya yang ditambah lagi? Well, bisa saja ada salah satu dari sekian banyaknya celana di dalam lemari kakaknya yang memiliki bentuk sama persis dengan celana Erwin, sehingga memungkinkan dirinya untuk melakukan aksi pencurian dan memberikannya kepada Erwin nanti.
Ashley menghembuskan napas.
"Sekarang, ambilkan aku celana yang baru di dalam apartemenku," perintah Erwin tiba-tiba, membuat Ashley langsung ternganga lebar.
"Apa? Tapi, aku tidak mengetahui dimana letak aparte--"
"Hanya berada di samping kiri apartemenmu, girl," sela Erwin dengan cepat.
Apartemen sebelah? Jadi, tetangga barunya adalah pria ini? Oh my goddess...
"Kata sandinya adalah 1608. Lemariku terletak di dalam kamar tidurku yang berada di lantai dua. Lalu, bukalah lemari itu dan tolong ambilkan celana pendek apa saja," jelas pria itu dengan panjang lebar dan nyaris membuat Ashley menjatuhkan Billy dari gendongannya begitu saja. Ia terkaget.
Hey, bagaimana bisa pria ini menyebutkan kata sandinya begitu saja? Apa itu tidak penting? Bagaimana kalau ada pencuri yang masuk ke dalam apartemennya nanti?
"Apa kau yakin dengan dirimu sendiri untuk memberitahuku tentang nomor sandimu itu?"
Erwin mengaggukkan kepalanya singkat. "Yes. Any problem?"
"Tidak," sahut Ashley, sebelum gadis itu kembali meneguk salivanya dengan sudah payah. "Bagaimana kau bisa begitu tenang ketika memberitahuku tentang passwordmu? Dan, bagaimana kalau ada pencuri yang masuk dan barang berhargamu semuanya menghilang hanya dalam sekejap?"
"Because..." Erwin menghentikan ucapannya, lalu menyimpulkan senyuman tipisnya dan bergerak mendekati wajahnya ke arah wajah Ashley. Jarak mereka hanya tersisa sejengkal dan mampu membuat Ashley merasakan detak jantungnya yang berdegup cepat. "... I trust you. Dan jika ada pencuri atau apapun itu, kaulah orang yang pertama kali akan kutangkap, Ashley. Karena kau adalah satu-satunya orang kedua yang kuberitahu kata sandiku ini selain Robert. Remember that."
Mendengar itu, Ashley terkesiap sesaat. Ia mengerjap beberapa kali, terlalu terkejut dengan perkataan Erwin. Pria ini sangat pandai membuatnya terkena serangan jantung dalam sesaat saja.
"Jadi, sekarang ambilkan aku celana pendek."
***
Setelah menutup pintu apartemennya, Ashley menghela napas lega. Meninggalkan Erwin sendirian di dalam apartemennya memang tampaknya sangat berbahaya, tapi Billy mungkin bisa menjaga keamanan di dalam tempat tinggalnya.
Namun, kelegaannya tidak bertahan lama begitu ia menangkap ada seorang pria yang sedang bersandar di dinding seraya menatapnya dari samping pintu. Sepertinya orang itu sudah menunggunya dari tadi.
"Apa yang kalian berdua lakukan di dalam?" tanya pria itu dengan nada yang dingin. Ia melipat kedua tangannya di depan dada dan mengangkat wajahnya dengan angkuh. Mata biru itu terlihat berkilat tajam menatap ke arah Ashley.
"Tidak melakukan apa-apa," balas Ashley dan mencengir tidak bersalah. Gadis itu tampak menunjukkan gigi putihnya yang berbaris rapi. "Dan, apa kau sudah lama berdiri di sini, Robert?"
"Tidak lama. Hanya semenjak lima belas menit yang lalu sebelum Erwin meninggalkanku di sini," serunya dengan tatapan yang semakin tajam, membuat Ashley sedikit merasa bersalah.
"Maaf," ujar Ashley dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Dimana Erwin?" Menghiraukan ucapan maaf dari Ashley, Robert kembali bertanya. "Kenapa pria itu tidak keluar?"
Glek.
Tanpa sadar, Ashley langsung menelan ludah. Ia menatap ragu ke arah Robert, sebelum kembali mencengir.
Oh, damn it! Bagaimana ini? Tidak mungkin jika ia mengatakan bahwa celana pendek milik Erwin terkoyak karenanya. Robert pasti akan berpikiran macam-macam tentang ini.
"Dia, well, dia--" Ashley menghentikan ucapannya ketika menyadari Robert sudah menyipitkan matanya curiga. "Dia lagi buang air besar."
"Buang air besar?" Sebelah alis Erwin terangkat, semakin curiga dengan Ashley.
Gadis itu menggigit bibir. Haiz, ia harus segera pergi dari sini secepatnya. "Ya. Jadi, permisi dulu. Aku mau pergi," ujar Ashley dan berusaha untuk tidak menunjukkan ekspresi bohongnya.
Robert spontan menegakkan tubuhnya. Sementara itu, tatapan tajamnya tadi langsung berubah menjadi tatapan yang berbinar-binar. "Aku mau ikut," rengeknya.
Ashley sontak menggeleng kepalanya dengan keras. "Eh? Kau tidak perlu mengikutiku--"
"Kau mau kemana?" sela Robert cepat.
"Ti--tidak usah--"
"Ashley. Aku mau ikut, jangan membantahku," sentak Robert langsung, membuat Ashley terdiam sejenak.
Wait, wait, wait. Sejak kapan Robert menjadi memiliki sikap bossy seperti ini?
"Aku memiliki umur yang lebih tua darimu, jadi ikuti saja kemauanku!" tambah Robert lagi.
___________________
To be continue...
Don't forget to vote and comment. THANKS.
KALAU MAU AUTHOR CEPAT UPDATE, BANYAKIN VOTE DAN KOMENNYA, YA. WKWK😂
23 Juny 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect EVIL Boy
Romance15 tahun yang lalu. Eline Hill atau dipanggil 'flower' oleh teman kecilnya, adalah seorang anak perempuan yang baik dan ceria. Selain cantik, Ia juga sangat disukai oleh banyak orang. Erwin Collins, adalah teman dari perempuan itu yang sekaligus men...