Happy reading😉😉
_____________________Erwin hanya tersenyum, lalu kembali bertanya. "Dimana tempat tinggalmu? Aku akan mengantarkanmu pulang." Ashley bodoh.
Ashley spontan membulatkan matanya lebar. "Ti--tidak, itu sangat tidak perlu--"
"Kau hanya perlu mematuhi perintahku, Ashley," sela Erwin memeringati, sebelum menatap tajam ke arah perempuan tersebut.
"Ta--tapi, kau pasti sangat sibuk dan--"
"Tidak usah membuat banyak alasan, Ashley," sela Erwin, lagi. Ia semakin memicingkan matanya, membuat perempuan tersebut hanya mendesah panjang.
"Tu--tunggu, tapi kafe ini masih belum ditutup dan aku masih bekerja--"
"Apa kau akan terus mencari alasan? Berniat untuk membuatku jengah?" tanya Erwin tiba-tiba, membuat Ashley langsung mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Gadis itu menggigit bibir bawahnya dengan gugup.
"Umm-- maksudku--"
"Di depan menu itu telah mengatakan jika kafe ini hanya terbuka dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore, Ashley. Apalagi di depan pintu kaca sana telah dingantungkan dengan papan bertulisan 'close'," sela Erwin dengan cepat, membuat Ashley menahan napasnya tanpa mengerjapkan matanya sama sekali. Ia memilin rok kerjanya.
Great, dirinya telah lupa dengan hal itu, padahal kafe ini adalah kafe miliknya.
"Ta--tapi--"
"Kau benar-benar seorang perempuan yang tidak memiliki bakat untuk membohongi orang, girl," geram Erwin yang mulai kesal dengan seluruh tingkah lakunya. Ia mendesah panjang. "Kalau begitu, aku akan menambah bunga hutangmu dan membuatmu tidak bisa membayarnya selama sisa hidu--"
"A--aku, rumahku berada di dekat sini," sela Ashley dengan cepat. Ia menggigit bibir bawahnya gugup sembari menatap ke mata biru milik Erwin.
"Di mana?" Pria itu tampak memicingkan matanya dan menatap ke arah Ashley.
Sempat saja perempuan ini kembali berbohong kepadanya lagi, dia akan menghukumnya dengan hukuman yang sangat-sangat berat!
"Aku akan memberitahukan arah jalannya nanti," ujar perempuan itu yang masih enggan untuk memberitahukan di mana letak tempat tinggalnya, membuat Erwin hanya mendengus sesaat.
Baiklah, tidak apa-apa. Lagipula dirinya akan mengetahui jalan menuju ke tempat tinggal Ashley nanti. That's is good enough.
Sementara itu, Ashley beralih menatap ke arah rok kerjanya, sebelum mengerang panjang dalam hati. Ia memejamkan matanya sejenak dan berusaha untuk menjernihkan pikirannya.
Geez... sepertinya ia sudah tidak mempunyai pilihan yang lain lagi. Memberitahu alamatnya sendiri kepada orang asing merupakan hal yang sangat bodoh.
***
"Erwin, di sini saja. Aku akan turun di sini," ujar Ashley begitu mereka sampai di tempat jalan yang lumayan sepi dan gelap, membuat Erwin langsung mengerutkan dahinya tidak mengerti.
Okay, saat ini, Ashley sedang berada di dalam mobil mahal milik Erwin. Well, harus diakui dengan jujur karena ketika ia pertama kali menaiki kendaraan ini, Ashley merasa sedikit takjub. Mobil keluaran terbaru yang diketahui oleh Ashley hanya diproduksi sebanyak lima buah di dunia, namun mampu dimiliki oleh pria kaya di sebelahnya.
Ini adalah kendaraan yang sangat disukai oleh John dan juga diidam-idamkan oleh pria itu.
Oh, yah... ia juga sedang duduk di kursi penumpang bagian depan dengan sedikit terpaksa. Sebenarnya, saat Ashley ingin sekali masuk ke dalam kursi penumpang bagian belakang, Erwin-lah yang melarangnya dan menyuruhnya untuk duduk di sampingnya.
Ashley tidak mengerti apa maksud dari pria itu, namun ia tetap menuruti perintahnya.
Well...
Untuk beberapa waktu yang lalu, sebenarnya gadis itu ingin sekali menolak ajakan Erwin yang menjemputnya pulang. Ia sadar bahwa ia adalah seorang gadis, sehingga dirinya tidak mungkin ingin diajak pulang oleh seorang pria yang bahkan masih belum dikenalnya dengan baik.
Ashley pikir jika ia menyetujui kesempatan tadi, ia mungkin hanya perlu menjalankan perintah Erwin, seperti membantu pekerjaannya atau membantu pria itu dalam hal yang lain.
Namun, ternyata otaknya sungguh dangkal, karena ia tidak terpikir jika pria itu malah mencari alamatnya seperti ini. Bahkan, Ashley tidak terpikir jika mulai detik itu juga, ia harus menuruti semua perintah Erwin dalam hal apapun.
Terdengar sangat menyedihkan? Well, it is. Ashley terlalu bodoh untuk memikirkan semua itu, sial!
Semoga saja ia tidak menyesal di kemudian hari nanti.
"Kau yakin tempat tinggalmu berada di sini? Kau tidak sedang salah melihat, kan?" tanya Erwin dan melirik ke arah Ashley penuh tanda tanya.
"Tidak, aku yakin sekali ini adalah jalan tempat tinggalku," sahut Ashley penuh keyakinan. Ia melepaskan seatbelt yang dipakainya, lalu beralih menatap ke arah Erwin.
"Aku keluar dulu," ucap Ashley, sebelum menyunggingkan senyuman penuh terima kasihnya.
"Well, okay. Hati-hati di jalan," jawab Erwin yang sebenarnya masih tidak sepenuhnya percaya dengan perkataan Ashley. "Apa kau ingin aku menemanimu berjalan hingga ke tempat tinggalmu? Hari sudah gelap dan itu sudah pasti sangat berbahaya untuk gadis cantik seperti dirimu."
Ashley yang tadinya sudah membuka pintu mobil dengan hati-hati, kembali menolehkan kepalanya ke arah Erwin. "Tidak, terima kasih," sahutnya, sebelum tubuhnya bergerak keluar dari dalam mobil.
Gadis cantik, kata itu terngiang di kepala Ashley untuk sesaat. Oh, pujian..
Perempuan itu kemudian menutup pintu tersebut dengan perlahan, takut jika dirinya tanpa sengaja merusak pintu mahal itu, hingga memungkinkan dirinya untuk berakhir dimarahi oleh Erwin secara habis-habisan dan hanya menambah angka hutangnya saja.
Lalu, Ashley menyunggingkan senyuman tipisnya sekali lagi ke arah Erwin melalui kaca mobil, sebelum mobil mahal itu mulai berjalan dan meninggalkan dirinya sendirian di jalan. Ia sedikit mendesah lega.
Gadis itu kemudian berjalan santai menuju ke tempat tinggalnya. Well, harus diakui jika apartemennya masih jauh dari sini, namun tidak apa-apa, asal pria itu jangan mengetahui letak tempat tinggalnya.
Jalan ini adalah jalan satu-satunya yang sudah ia pilih untuk turun dari mobil Erwin. Ashley harus berjalan memutar terlebih dahulu karena jalan ini berada di belakang gedung apartemennya. But, no problem.
To be continue...
Don't forget to vote and comment. THANKS.
6 Juny 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect EVIL Boy
Romantik15 tahun yang lalu. Eline Hill atau dipanggil 'flower' oleh teman kecilnya, adalah seorang anak perempuan yang baik dan ceria. Selain cantik, Ia juga sangat disukai oleh banyak orang. Erwin Collins, adalah teman dari perempuan itu yang sekaligus men...