Part 24 - Trouble Maker (3)

5.1K 272 4
                                    

Happy reading🤔🤔
_____________________

Ashley terus memasak. Tapi, sesekali mata birunya melirik ke arah Erwin yang sedang berada di ruang tamu dan tampak sangat risih dengan kehadiran Billy. Anjingnya terus menatap Erwin dengan tatapan polos, sementara kedua kaki depannya di letakkan di atas kaki pria itu. Bokong Billy didaratkan di atas sofa.

Ya, Ashley sudah menyuruh Billy untuk jangan mengganggu Erwin lagi. Tapi, ia menyuruh anjingnya untuk tetap menjaga pria itu agar tidak pergi ke mana-mana selagi ia memasak. Ashley tidak mau kejadian memegang branya itu kembali terulang. Perempuan itu sangat tahu jika Erwin berbohong tadi pagi.

Jadi, begitulah keadaannya. Billy terus mengamati gerak-gerik Erwin. Sesekali raut wajah Billy berubah menjadi menarik saat Erwin beralih bermain game atau melihat grafik-grafik saham perusahaan di dalam ponselnya. Hewan itu mengamati layar terang tersebut dengan serius, membuat Erwin mulai merasa jengah.

Ashley terkekeh geli. Mata birunya kembali beralih ke masakan yang berada di depannya yang sebentar lagi siap dan akan dihidangkan. Well, ia hanya memasak nasi goreng.

Sebenarnya, Ashley sedikit merasa heran dengan pria itu. Dirinya benar-benar tidak bisa menebak alur jalan pikiran Erwin. Dan, setelah menimang-nimang tentang kejadian kemarin, Ashley rasa ia juga harus turut membuat peraturan tentang hutang-hutang itu nanti.

Gadis itu kemudian mematikan kompornya dan memindahkan nasi goreng itu ke dua piring yang sudah ia letakkan di atas meja. Ashley kembali berpikir.

Mungkin saja ia bisa membuat beberapa peraturan dan menyerahkannya kepada Erwin. 

Geez, ia benar-benar tidak bisa hidup tenang kalau pria itu terus memintanya mengerjakan ini dan itu, seperti sekarang. Erwin meminta makanan kepadanya di saat ia sedang tidur pulas? Yang benar saja!

Oh, dan jangan lupakan tentang kejadian tadi pagi. Mengingatnya hanya membuat Ashley ingin segera mencekik leher Erwin.

Ashley berjalan ke lemari dapur dan membukanya, lalu mengambil dua buah sendok dan kembali menutupnya. Ia kemudian menghela napas. Ashley merasa seperti seorang pembantu sekarang.

Diambilnya dua piring nasi goreng hasil karyanya ke ruang tamu, lalu menaruhnya di hadapan Erwin seraya tersenyum paksa. Ia ikut duduk di sofa yang berseberangan dengan pria itu.

Dan, seperti yang telah ia duga, pria itu menurunkan ponselnya seraya menatap nasi goreng di depannya dengan sedikit takjub.

"Terima kasih," ucap Erwin dan mengulas sebuah senyuman tipis, yang hanya dibalas oleh Ashley dengan anggukkan kepalanya.

Lalu, gadis itu menepuk kedua lututnya beberapa kali, menatap ke arah Billy. "Billy! Sini, kau harus makan."

Namun, anjing itu tetap diam di tempat seraya menatap ke arah ponsel berpetak milik Erwin dengan lekat. Dia tidak peduli dengan desahan panjang dari Ashley.

Erwin menatap Ashley dengan ragu. "Ada apa dengan anjingmu?"

Sebelah tangan pria itu terangkat dan mencengkram ponselnya sendiri dengan erat, sementara mata Billy bergerak mengikuti gerakan Erwin. Anjing itu seakan-akan sudah terhipnotis dengan benda tipis bercahayanya.

Ashley mengangkat bahu. "Tidak tahu. Billy! Sini!" panggilnya, dan kali ini, Billy langsung menoleh ke arahnya. Dia turun dari sofa Erwin dan beralih menuju ke sofa Ashley. Ekor hewan itu bergerak tidak karuan.

Seolah-olah mengerti dengan perkataan majikannya, Billy pergi menjauh dari ruang tamu, lalu kembali lagi dengan tempat makan anjing di mulutnya. Hewan itu berlari dengan senang dan menempatkan wadahnya di depan Ashley.

Sementara itu, Erwin yang melihatnya hanya merasa takjub seraya menyendokkan nasi gorengnya ke dalam mulut. Matanya tidak berkedip saat melihat Ashley membuka bungkusan makanan anjing dan menaruhnya ke wadah tempat makan itu.

"Not bad," simpul Erwin saat sesendok makanan nasi goreng itu telah selesai dikunyahnya.

Erwin mengangguk singkat dan mengacungkan jempolnya. Ia kemudian tersenyum manis, membuat Ashley hanya membalas dengan senyumannya juga. Gadis itu tidak tahu harus mengatakan apa. Yah, setidaknya makanan itu masih bisa dimakan dan dicerna oleh manusia.

Kemudian, hening sesaat.

Erwin hanya mengamati gadis itu yang sedang mengelus-elus bulu Billy dengan tangan kanan, sementara sebelah tangannya lagi digunakan untuk menyuapi nasi goreng ke dalam mulutnya. Ashley sama sekali tidak melihat ke arahnya ataupun mengajaknya untuk berbicara. Gadis itu hanya menatap Billy yang sedang makan dengan lahapnya.

Tiba-tiba saja, dahi pria itu mengernyit tidak suka.

"Suapin," sela Erwin di tengah-tengah kesibukan Ashley, membuat kepala gadis itu menoleh ke arahnya dengan tatapan sebal.

"Kau mempunyai kedua tangan yang masih berfungsi. Jadi, sebaiknya kau gunakan alat pergerakkanmu baik-baik saat kedua tanganmu masih ada."

Mata Erwin terbelalak tanpa sadar. Tangannya yang bergerak memasukkan sesendok makanan itu langsung terhenti di udara begitu saja. "Kau baru saja menyumpahiku?" serunya pelan. Ia menaruh kembali sendok itu ke atas piring.

Ashley menggelengkan kepalanya dengan semakin kesal. Tangannya yang mengusap bulu Billy berhenti. "Astaga! Aku tidak sejahat itu!"

"Tapi kau berbicara seakan-akan kau sedang menyumpahiku."

"Itu hanya perasaanmu."

"Tidak. Itu memang terdengar--"

GUK!

Suara gonggongan anjing yang marah terdengar, membuat Ashley maupun Erwin langsung menghentikan ucapan mereka.

Kepala mereka kemudian memutar menatap Billy, memandangi sosok anjing yang terlihat sedang marah itu, sebelum hewan tersebut kembali menghabiskan makanan yang berada di depannya.

Mungkin dia merasa acara makannya terganggu karena suara berisik yang berasal dari mereka berdua.

"S.U.A.P.I.N!" rengek Erwin lagi dan memberikan beberapa penekanan nada pada setiap katanya. Ia menatap tajam ke arah Ashley, lalu memberengut sedih.

Ashley menggeleng tegas. "Tidak mau!"

Erwin akhirnya melengos, lalu beranjak dari sofanya dengan malas. Sepiring nasi goreng di depan mejanya dibiarkan begitu saja. Ia sudah tidak memiliki nafsu makan lagi karena mendengar penolakan Ashley. "Aku pergi."

Ashley mencibir kesal. "Tapi, kau belum selesai memakan makananmu!"

"Nafsu makanku sudah hilang," balas Erwin sekenanya, tidak menyadari bahwa raut wajah Ashley sudah berubah menjadi keruh.

Apa dia bilang?! Nafsu makan hilang? Apa Erwin tidak tahu kalau ia sudah bersusah payah untuk memasak semua ini? Dan, dia dengan seenak jidatnya tidak mau memakannya sampai habis!?

"Habiskan dulu makananmu!" seru Ashley dengan kesal, sukses menghentikan langkah Erwin yang sudah bersiap-siap untuk memegang gagang pintu keluar.

"Buang saja ke tempat sampah," ujar Erwin dengan sinis. Dan dibalik nada pria itu, Ashley amat tahu bahwa Erwin sedang mengharapkan sesuatu darinya.

Dada Ashley langsung bergemuruh hebat, merasakan rasa kesal yang amat tinggi. Emosinya naik ke ubun-ubun dengan cepat, dan Ashley yakin jika dirinya pasti akan meninju rahang Erwin kalau saja ia tidak bisa menahan emosinya lebih lama lagi.

"Apa maumu!?" bentak Ashley dengan kesal. Seluruh rasa kesalnya keluar dari dirinya, nyaris membuat Billy yang sedang makan dengan tenang tersedak akibat teriakan majikannya.

"Suapin," seru Erwin tertahan.

"Baik! Baik! Aku akan menyuapimu!"

___________________

To be continue...

Don't forget to vote and comment. THANKS.

BANYAKIN VOTE DAN KOMENTARNYA YA, GUYS.

2 July 2018

The Perfect EVIL BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang