Part 51 - Doctor

1.6K 59 15
                                    

Happy reading😍
___________________

Erwin membuka mobilnya, lalu memasukan tubuh Ashley yang terkulai lemah itu di belakang kursi. Setelahnya, ia menutup pintu, kemudian berjalan memutar untuk masuk ke dalam balik kemudi.

"Bajingan, Jason," tukas Erwin seraya mengumpat kasar. Ia melirik sekilas ke arah Ashley melalui kaca, lalu langsung saja menancap gas. Erwin meningkatkan kecepatan mobilnya dengan pikiran yang terasa buntu.

Ia tidak bisa memikirkan apapun lagi. Kepalanya bercabang. Yang ia pikirkan sekarang adalah Ashley dan rumah sakit yang akan ia tuju.

Erwin tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam apartemen Ashley, namun entah kenapa Erwin merasa ini semua ada hubungannya dengan Jason.

Geez.. Jason.

Mengingat pria itu hanya membuat Erwin kembali menggertakkan giginya dengan geram. Ashley merupakan adik kandung Jason, tapi kenapa pria itu mencelakakan Ashley hingga begitu parahnya? Apa sih yang dipikirkan oleh pria tersebut?

Yang lebih parahnya lagi, kenapa si Jason itu malah menelepon Erwin dan bukan orang lain? Pria itu tolol atau apa sih? Seharusnya si Jason menelepon ambulans agar Ashley lebih cepat ditolong.

Argh...

Bahkan sekarang, jiwa Erwin mulai terasa panas. Mengetahui Ashley yang jelas-jelas barusan ditembak itu membuat hati terdalamnya terasa berdenyut sakit, seolah-olah ada sebuah tangan besar yang menghancurkan jantungnya dengan satu genggaman.

Jujur saja, Erwin tidak pernah merasakan perasaan seperti ini setelah kejadian Eline dulu. Mengingat teman kecilnya yang tewas akibat kecelakaan itu sudah membuatnya cukup merasakan rasa kehilangan yang menyakitkan. Ia waktu itu menderita selama bertahun-tahun, dan bahkan, Erwin sempat menyalahkan dirinya sendiri.

Karena itulah, Erwin bersumpah untuk kali ini, ia akan menjaga Ashley dengan baik-baik. Ia tidak mau kehilangan orang yang ia cintai lagi.

Cinta? Hah, nama itu sungguh dapat membuat jantung Erwin berdegup dengan cepat setiap kali berada di dekat orang yang disayanginya. Rasa akan tidak ingin kehilangan selalu tumbuh setiap waktunya tanpa bisa Erwin hindari.

Sebenarnya, sudah berapa lama sih semenjak Ashley tertembak? batinnya dengan tanda tanya yang cukup besar tercipta di kepalanya. Erwin benar-benar tidak habis pikir.

Erwin kemudiam membelokkan mobilnya dengan tajam ke arah kiri, membuat para pengemudi yang berlalu-lalang membunyikan klakson mereka akibat kebrutalan dari Erwin. Ia tidak peduli lagi. Yang ia pentingkan sekarang hanyalah nyawa Ashley.

Peduli setan dengan nyawa pengemudi lain.

Bangunan besar berwarna putih yang biasa disebut rumah sakit itu mulai tampak di depan, sebelum tiba-tiba saja suara dering telepon yang menandakan telepon masuk itu terdengar. 

Dengan sebelah tangan yang memegang kemudi, Erwin merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya. Ia melirik sekilas nomor telepon tersebut dari ujung matanya, dan samar-samar Erwin mengenali nomor penelepon itu.

Jason.

Kenapa lagi pria ini?

Erwin akhirnya memutuskan untuk mengangkatnya, mengabaikan jiwa panas yang mulai menggerogoti dirinya. Walau ia sudah tahu jika Jason adalah saudara kandung dari Ashley, namun entah kenapa ia masih saja merasa cemburu dengan pria tersebut.

"Apa?" tanya Erwin dengan nada yang dingin.

"Dimana Ashley!" 

Suara yang terdengar seperti teriakan itu terdengar dari ujung telepon, membuat Erwin tanpa sadar menjauhkan ponselnya dari telinga.

The Perfect EVIL BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang