Happy reading ^^
__________________Makanan yang dipesan oleh Erwin sudah datang sedari tadi, namun apa yang dilakukan oleh laki-laki itu sangatlah membuang-buang waktu yang begitu berharga. Meratapi makanan didepannya, kemudian sesekali melirik sekilas ke arah Ashley yang sedang melahap makanannya dengan cepat.
Ia menopang dagunya dengan sebelah tangan, menatap lurus ke arah perempuan di depannya yang entah kenapa jauh lebih menarik jika dibandingkan dengan makanan yang menggunggah selera di atas meja.
Seakan-akan menyadari tatapan Erwin yang sekarang terhunus ke arahnya tanpa sopan santun sedikit pun, Ashley akhirnya mendongak dan refleks berhenti mengunyah. Dahi perempuan itu sedikit mengerut, membuat Erwin dapat melihat lipatan-lipatan lucu yang terbentuk itu.
Mereka masih dalam keadaan yang saling bertatap-tatapan, sebelum akhirnya Ashley sendiri yang menghancurkan keheningan yang cukup terasa canggung itu.
"Kenapa melotot ke arahku seperti itu?" cetus Ashley yang tidak nyaman.
Erwin mengulas sebuah senyuman manis. Tak bisa dipungkiri jika pria itu sedang berada di dalam suasana yang bahagia karena telah menjadi pacar Ashley dalam beberapa hari ini.
"Kau cantik." Kalimat itu langsung dilontarkan dari mulut Erwin tanpa diperintah ataupun sempat dicegah. "Kenapa kau bisa begitu cantik?"
"Huh?" Kedua pipi Ashley mulai merona, menjalari warna merah muda ke seluruh bagian wajahnya.
Erwin langsung saja mengulum tawa. "Maksudku, untuk hari ini saja kau terlihat cantik."
Wajah Ashley sontak berubah merah padam. Rasa bahagia di benaknya berganti cepat menjadi rasa malu yang menyusup. "Apa?!" desisnya tidak terima, nyaris membuat Erwin ingin sekali terbahak kencang karena wajah lucunya.
"Memang itulah faktanya."
"Kurang ajar!"
Erwin mengangkat alisnya dan memberikan tatapan penuh mengejek ke arah Ashley. "Jadi, apa aku harus berbohong tentang faktanya agar bisa membuatmu senang?"
Ashley mengangguk dengan cepat, terlalu cepat hingga tidak sempat menyadari ucapan Erwin barusan. Bahkan pria itu harus menahan tawanya agar tidak meledak lebih keras lagi. "Itu pun boleh. Boleh-boleh saja."
Erwin menyimpulkan senyum yang sedikit tertarik. "Okay. Jadi, Ashley, kau adalah wanita tercantik yang pernah kulihat di dunia ini. Kau sangat baik hati, ceria, dan memiliki hati yang tulus."
Erwin menarik napas sejenak, memberi sedikit jeda pada kalimatnya tanpa menyadari wajah Ashley yang semakin padam saja. Pria itu langsung saja melanjutkan perkataannya,
"Kau juga memiliki lekuk tubuh yang bagus, bahkan sampai mengalahkan perempuan bar-bar yang berada di dalam club sana. Entahlah, lehermu juga sangat menggoda kaum lelaki seperti kami. Bokongmu yang padat itu selalu bergoyang setiap kali kau berjalan--"
"APA YANG SEBENARNYA KAU KATAKAN?" Ashley berteriak histeris. Ia meremas garpu yang sedang digenggamnya dengan geram, seakan-akan perempuan itu ingin menghunuskan garpu tersebut ke mata Erwin sekarang juga.
Bukannya berhenti, pria itu malah mencengir dan kembali melanjutkan perkataannya, mengabaikan wajah merah padam kepiting rebus milik Ashley.
"Kau memiliki dada yang tidak terlalu kecil, tapi cukup menggoda, lalu--" Erwin berhenti sejenak sambil meneguk salivanya susah payah. Ia mengelus-elus pahanya sendiri untuk menenangkan dirinya yang mulai bernapas secara tidak beraturan, kemudian berpikir sejenak.
"Kalau tidak salah, ukurannya 34."
"ERWIN!" Ashley nyaris saja bangkit dari tempat duduknya untuk membanting tubuh Erwin ke lantai, ketika tiba-tiba saja suara yang cukup familiar menerpa kedua telinga orang itu. Ashley menggertakkan giginya menahan kesal, terkejut dengan kehadiran pria lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect EVIL Boy
Romance15 tahun yang lalu. Eline Hill atau dipanggil 'flower' oleh teman kecilnya, adalah seorang anak perempuan yang baik dan ceria. Selain cantik, Ia juga sangat disukai oleh banyak orang. Erwin Collins, adalah teman dari perempuan itu yang sekaligus men...