Happy reading🙂🙂
_____________________Perempuan itu terkaget, lalu menolehkan kepalanya ke arah belakang. Keringat dinginnya mulai bercucuran saat menemukan plastik laundry yang dibuangnya tadi tengah terpampang jelas di dalam tong sampah.
"A--ah, i--itu--" Ashley kembali melirik ke arah Erwin. Ia terlihat kesusahan untuk menjelaskan hal tersebut, membuat pria itu terbahak geli melihatnya.
Sebenarnya, dari awal, Erwin tidak masalah jika perempuan itu ingin mencuci jasnya atau apapun itu. Tapi entahlah, ia hanya ingin mengerjai perempuan itu, dengan mengatakan bahwa dia sendiri tidak ingin bau khasnya hilang. Dalam arti, Ashley terpaksa harus membelikan jas yang baru untuknya. Erwin ingin melihat keteguhan dan tekad perempuan itu sejauh ini.
"Aku melihatmu tadi di depan laundry dan sedang memanggil taksi. Aku tidak tahu apa penglihatanku yang memang salah atau tidak, tapi aku yakin itu adalah dirimu. Apa yang kau lakukan di dalam sana? Mencuci jas hitamku?" tanya Erwin dengan tatapan menyelidik, seolah-olah dia sedang marah.
Ashley hanya melebarkan matanya. Lidahnya tiba-tiba terasa kelu untuk menyahuti perkataan pria itu. Ia mengerjap-ngerjap, membuat mata birunya semakin terlihat lucu.
Tanpa sadar, Erwin menatap lurus ke arah mata biru milik Ashley. Ia menatap mata biru yang cantik itu, sebelum menurunkan pandangannya ke bawah dan menatap ke arah bibir merah merekah tersebut.
Sial, kenapa ia terlihat sangat sama dengan Eline?
"Tolong berhenti melakukan itu," ucap Erwin pelan, membuat Ashley semakin mengerjap heran.
"Apanya?" tanya suara merdu tersebut. Mata birunya menatap dalam ke arah mata biru milik Erwin.
Mendengar itu, pria tersebut hanya menghela napas pendek. Ia kemudian menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak."
Ashley mengernyit samar seraya memainkan jari kukunya. Dirinya tidak mengerti dengan semua kelakuan Erwin. Apa pria itu akan marah jika ia berbohong padanya?
"Ini jas yang sama dengan jas lamaku, kan?" tanya Erwin, membuat Ashley menggigit bibir bawahnya dengan gugup.
"E--eh, i--i--itu--"
"Kau hanya mencucinya, kan? Bukan membelinya dari toko?" tanya Erwin lagi.
Mendengar itu, Ashley sontak mengatupkan bibirnya dengan rapat. Sudut bibirnya berkedut samar, terlalu gugup untuk berhadapan dengan pria ini.
Sementara itu, Erwin hanya mendengus jengkel. Kilatan matanya berubah menjadi kesal yang sebenarnya hanya dibuat-buat. "Kau seorang pembohong, Ashley!"
"A--apa?" sahut perempuan itu tergagap. "Tidak. A--aku tidak bermaksud untuk begitu. Aku hanya--"
"Hanya tidak bisa membeli jasku?" sela Erwin langsung, membuat Ashley membeku di tempat. Gadis itu meneguk salivanya dengan susah payah.
Shit.
Melihat kelakuan Ashley yang tampaknya sudah tertangkap basah, Erwin tersenyum miring. Ia kemudian menyisir rambutnya ke arah belakang dengan menggunakan kelima jarinya, membuat Ashley sedikit terpana dengan ketampanannya.
Hell, yeah!
"Kau benar-benar seorang perempuan pembohong, Ashley. Dan aku sama sekali tidak menyukai hal-hal seperti itu. Asal kau tahu, aku bisa melakukan apapun untuk menjatuhkan pekerjaanmu dalam sekejap," jawab Erwin dengan nada yang mulai galak, seakan-akan ia memang marah dengan perempuan itu.
"Ma--maaf," ujar Ashley dan menundukkan kepalanya. Sementara itu, kedua tangannya mencengkram erat rok kerjanya, terlalu gugup dengan tatapan mengintimidasi dari Erwin.
"Jika kau tidak bisa membelinya, seharusnya kau katakan hal itu padaku. Jangan bertindak seenaknya saja di belakangku," sentak Erwin dengan nada yang semakin meninggi. Ia melempar jas mahalnya ke arah Ashley, seakan-akan benda itu hanya sebuah rongsokan sampah yang tidak diperlukan lagi.
Akting yang sangat bagus, Erwin.
Ashley memejamkan matanya dengan erat. "Maaf," ucapnya kembali.
"Jangan katakan kata 'maaf' lagi. Seharusnya kau berkata jujur saat aku menyuruhmu untuk mengganti rugi jas ini!" seru pria itu, seolah tidak cukup dengan kemarahannya barusan.
Erwin beranjak dari kursi dan memberikan tatapan kesalnya ke arah Ashley. "Aku sangat tidak menyukai perempuan dengan ciri-ciri yang sama seperti dirimu. Apa kau ingin kehilangan pekerjaanmu? Kehilangan tempat yang sedang kau bekerja saat ini?"
"Ti--tidak," ujar Ashley dan menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"Jadi, apa yang kau inginkan! Membodohiku dan membohongiku tentang faktanya, hah!" bentak Erwin, lalu menggebrak meja yang berada di depannya. Ia menatap sinis ke arah perempuan itu.
Cih...
"Maaf," ucap Ashley lagi. Nadanya mulai terselip isakan yang tertahan, tapi Erwin masih tidak mampu untuk menangkap hal tersebut.
"Apa yang kau inginkan sebenarnya?" tanya Erwin, lalu bergerak menopang tubuhnya dengan kedua tangan di atas meja.
"Maaf," lirih Ashley, lagi. Mata birunya mulai berkaca-kaca dan tidak perlu waktu yang lama, setetes cairan bening berhasil mengalir dari matanya. Ia terisak pelan. "Aku tidak bermaksud untuk melakukan hal itu."
"Kau benar-benar perempuan yang--"
Ucapan Erwin terpotong kala dirinya melihat tetesan air mata pada perempuan itu. Tiba-tiba, ia terkesiap, lalu mendekat ke arah Ashley dengan cemas.
"Hei, hei. Kau kenapa?" tanya Erwin yang tiba-tiba menjadi khawatir, melupakan semua perkataan yang baru saja ia semburkan tadi.
"Aku minta maaf. Aku hanya takut, tolong jangan menutup kafe ini," lirih Ashley, lalu mengusap air matanya yang mengalir. Ia menatap ke arah Erwin dengan tatapan penuh permohonan, membuat pria tersebut hanya mendesah kesal.
Apa kelakuannya tadi memang sudah sangat kelewatan batas? Kurasa tidak...
Tapi, hanya dengan melihat air mata itu, hati Erwin menjadi sedikit melunak. Ia tersenyum penuh bersalah, walau Erwin tahu bahwa bukan dia yang bersalah dalam hal ini.
"Aku hanya bercanda," tutur Erwin dan memegang puncak rambut Ashley, sebelum bergerak mengelusnya dengan lembut. Gadis itu hanya menatapnya dengan mata cantiknya yang sedikit bulat.
Kenapa mata Ashley terlihat sangat sama dengan mata milik Eline? Dan, kenapa air mata yang mengalir itu seakan-akan membuatnya sedang melihat Eline yang tengah menangis saat ini? Aduh, mata itu membuat sekujur tubuhnya menjadi lemah seketika.
Shit...
To be continue...
Don't forget to vote and comment. THANKS.
30 May 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect EVIL Boy
Romance15 tahun yang lalu. Eline Hill atau dipanggil 'flower' oleh teman kecilnya, adalah seorang anak perempuan yang baik dan ceria. Selain cantik, Ia juga sangat disukai oleh banyak orang. Erwin Collins, adalah teman dari perempuan itu yang sekaligus men...