Happy reading😶😚
____________________Ashely menghentikan langkahnya, menatap Erwin dan sebuah kotak yang sedang dipeluk oleh lelaki itu secara bergiliran. Dahinya kemudian berkerut saat pria itu hanya tersenyum manis.
"Apa yang kau lakukan?" Ashley akhirnya membuka suaranya. Ia membatalkan niatnya untuk masuk ke dalam apartemen karena Erwin sudah terlebih dahulu berdiri di depan pintu apartemennya.
"Menunggumu pulang," sahut Erwin dengan sorot mata yang sedikit berbinar-binar.
Ada yang aneh dengan Erwin hari ini.
Ashley kembali melirik kotak yang dipeluk oleh pria itu, lalu mengerjap terkejut. Bulu kuduknya langsung merinding tidak karuan, sementara tangannya tanpa sadar mencengkram erat tas selempangnya yang tersampir.
Ashley memicingkan matanya ke arah Erwin dengan tatapan yang seolah-olah sedang berkata 'what is that?'
Erwin hanya tersenyum simpul. Lelaki itu meletakkan kotak tersebut di atas lantai dengan santai, lalu bergerak mendekati Ashley.
Sekali lagi, perempuan itu melirik sekilas ke arah kotak misterius tersebut, kemudian menatap ke arah Erwin dengan tatapan curiganya. Ia memundurkan langkahnya selangkah ke arah belakang.
Sebelah tangan Ashley terangkat, menunjuk ke arah kotak tersebut. "Apa itu?" bisiknya curiga. "Bom?"
Walau Ashley sendiri sudah dapat melihat merek yang tertera di depan kotak itu, ia masih saja tidak dapat mempercayainya. Itu kan... merek pembalut.
Erwin menghentikan langkahnya, lalu menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal dan mengerjap beberapa kali.
"Aku membeli pembalut yang punya sayap sepuluh bungkus, sementara untuk yang malam hari dua bungkus, untuk wanita hamil lima bungkus, dan yang tidak mempunyai sayap enam bungkus. Oh, aku juga membeli pembalut mini," ujarnya ambigu disertai dengan cengiran khasnya.
Satu kata untuk Erwin. Tolol.
Mulut Ashley melongo lebar, mendengar semua kalimat yang terdengar asal-asalan itu. Sorot matanya menatap tidak percaya ke arah Erwin. Siapa yang hamil?
Yang benar saja?! Lelaki ini membeli pembalut? Tapi, untuk apa? Apa Erwin sedang mensturasi?
"Hmm, aku tidak begitu mengerti tentang pembalut. Jadi aku membeli semuanya. Kuharap kau bisa memakainya, ya," lanjut Erwin lagi. Tapi, kali ini, ia tersenyum lebar layaknya pria yang bodoh.
Untuknya?
Ashley kembali mundur ke arah belakang, namun kini, ia memundurkan langkahnya secara teratur hingga dirinya terantuk tembok yang berada di belakang. Gadis itu semakin curiga dengan Erwin.
Ia melirik ke arah jam tangannya yang baru menunjukkan pukul 3, lalu tangannya tanpa sadar memeluk dirinya sendiri.
Bulu kuduknya semakin berdiri hebat sekarang. Ia sedikit ngeri dengan kelakuan Erwin. Ralat, terlalu ngeri.
Seingat Ashley, sekitar jam 12 siang tadi, dirinya sempat pergi ke minimarket untuk membeli pembalut. Kedatangan Sang Merah pada waktu yang tidak tepat membuat ia harus kewalahan seperti ini.
Aish...
Tapi, di dalam minimarket itu, Ashley sempat merasakan hawa buruk di sana, sehingga gadis itu memutuskan untuk cepat-cepat membeli barang dan segera pergi keluar. Bahkan ia hanya sempat membeli satu bungkus pembalut sebagai stok di apartemen nanti.
Ya, Ashley sudah kehabisan pembalut di dalam apartemennya.
Biasanya, setiap bulan ia akan selalu ingat untuk membelinya, namun sepertinya dua bulan mengurusi kafe miliknya membuat Ashley menjadi melupakan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect EVIL Boy
Romance15 tahun yang lalu. Eline Hill atau dipanggil 'flower' oleh teman kecilnya, adalah seorang anak perempuan yang baik dan ceria. Selain cantik, Ia juga sangat disukai oleh banyak orang. Erwin Collins, adalah teman dari perempuan itu yang sekaligus men...