Happy reading😁😁
_____________________Erwin menoleh ke sekeliling. Matanya mengerjap, berusaha memfokuskan kedua matanya yang memburam. Ia baru sadar jika ia telah tertidur di sini.
Erwin menguap, lalu meregangkan kedua tangannya yang terasa sedikit tegang. Setelahnya, ia beranjak dari kursi, kemudian menatap ke arah Ashley sekilas. Perempuan itu masih saja terbaring di atas sana tanpa bergerak sedikit pun.
Rasa rindu mulai menyeruak masuk ke dalam benak Erwin. Ia menghela napas lelah, berusaha menepiskan rindu yang menyesakkan itu.
Erwin tidak boleh menjadi seperti ini. Ia harus menjadi pria yang kuat dan tangguh. Pria yang mampu menemani dan menjaga perempuan yang ia cintai.
Mata biru milik Erwin menatap lurus ke arah wajah Ashley yang cantik. Selanjutnya, pandangannya beralih ke bibir Ashley.
Bibir yang biasa berwarna sedikit pink itu menjadi sangat pucat sekarang. Erwin menjulurkan tangannya, lalu mengelusi pipi mulus milik Ashley. Puas mengelus pipi tersebut, ia kemudian menggerakkan tangannya menuju ke bibir Ashley.
Ia mengelus area itu dengan lembut, hingga wajahnya tanpa sadar pun dicondongkan ke depan. Erwin menjilati bibir bawahnya sendiri. Matanya masih terfokus pada bibir pucat itu.
Perlahan tapi pasti, ia mendekatkan wajahnya. Erwin kemudian menempelkan bibirnya ke bibir dingin milik Ashley. Di balik bibirnya, Erwin tersenyum tipis. Ia merasa bangga karena telah menciumi Ashley.
Namun, kenikmatan tersebut tidak berlangsung lama, karena tiba-tiba di detik selanjutnya, suara pintu yang terbuka membuat Erwin langsung terjengit di tempatnya. Pria itu salah tingkah. Tanpa sadar, ia memundurkan langkahnya tanpa melihat ke arah belakang dan langsung tersandung oleh sebuah kursi.
Tubuhnya menghantam bibir lantai. Tapi, itu tidak sebanding dengan rasa malu yang menyerangnya sekarang.
Erwin berdeham, lalu kembali berdiri dengan gaya coolnya yang dibuat-buat. Ia merapikan kaosnya dengan sombong.
"Siapa?" tanya Erwin tanpa melihat ke arah pintu.
"Kau ngapain tadi?"
Suara itu...
Erwin spontan menoleh ke arah pintu. Suara itu terdengar tidak asing baginya. Itu adalah satu-satunya suara dari sekian banyaknya suara orang yang selalu bisa membuatnya kesal setiap hari.
"Robert?"
Di ujung pintu, Robert tampak mengangkat alisnya dengan heran. Pria itu kemudian menutup pintu, lalu berjalan ke arah Erwin.
"Kau baru saja berciuman dengan Ashley?" tanya Robert tepat sasaran.
Memang Robert tidak melihat apa yang dilakukan oleh Erwin tadi, tapi yang pasti, Robert bisa mengira-ngira jika Erwin baru menciumi Ashley jika dilihat dari posisinya itu.
Erwin gelagapan di tempatnya. Namun, ia menyesuaikan perasaannya dengan baik. Wajahnya yang tadinya panik sontak berubah menjadi datar.
"Dasar sok tahu! Kenapa kau ke sini? Dan juga, kenapa kau tidak mengetuk pintu saat hendak masuk ke dalam kamar ini?" tanya Erwin dengan jengkel. Ia melemparkan dirinya ke arah sofa, lalu menyandar di sana dengan nyaman.
Robert mencengir. Sudah menjadi kebiasaannya untuk tidak mengetuk pintu. Mungkin ia harus mengubah sikap tidak sopannya nanti. "Bukankah kau yang menyuruhku untuk mengatarkan dokumen-dokumen penting beserta laptopmu itu?"
Robert bertanya balik, membuat Erwin mengerjap.
Oh, iya... Erwin sepertinya sudah lupa karena sempat ketiduran tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect EVIL Boy
Romansa15 tahun yang lalu. Eline Hill atau dipanggil 'flower' oleh teman kecilnya, adalah seorang anak perempuan yang baik dan ceria. Selain cantik, Ia juga sangat disukai oleh banyak orang. Erwin Collins, adalah teman dari perempuan itu yang sekaligus men...