Part 33 - It's Weird

4K 207 7
                                    

Happy reading🙄🙄
_____________________

Ashley terus mengubah channel televisi di depannya, namun tidak ada satu tayangan pun yang dapat membuatnya tertarik.

Suntuk. Ashley tidak memiliki segelintir kegiatan yang dapat menjernihkan pikirannya. Perempuan itu melirik ke arah Billy, menatap anjing yang telah tertidur dengan nyenyaknya di atas selimut yang ia sediakan.

Ck.

Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya sejenak, lalu menutup televisi di depannya. Ashley melempar asal remotenya ke sembarang tempat sambil menyandarkan punggung dan kepalanya ke kepala sofa.

Baru saja ia hendak memejamkan kedua matanya, suara bel apartemennya tiba-tiba berbunyi, membuat Ashley mengerutkan dahinya heran.

Perempuan itu spontan menegakkan tubuhnya.

Matanya melirik jam dinding yang terletak tak jauh darinya, lalu menebak-nebak sejenak. Jarum jam nyaris menunjukkan pukul 9 malam, jadi siapa yang menekan bel apartemennya di malam-malam begini?

Mungkin Erwin?

Wait, tidak mungkin pria itu yang datang karena tadi siang Ashley sudah mempermalukan dirinya dengan mengatakan bahwa mulutnya berbau busuk.

Ashley tersenyum miring. Sebenarnya, perempuan itu hanya berbohong tentang hal tersebut. Napas Erwin benar-benar tidak ada baunya.

Jadi, jika Erwin sekarang datang ke apartemennya, berarti pria itu tidak terlalu menganggap serius tentang perkataannya tadi. Atau, dia memang tidak memiliki rasa malu.

Ashley beranjak dari sofanya, lalu bergegas menuju ke pintu apartemen.

Tepat saat Ashley memegang gagang pintunya, suara bel apartemennya kembali berbunyi, membuat gadis itu tahu jika seseorang yang berada di depan sana sudah sangat tidak sabaran.

Ashley langsung saja membuka pintunya lebar-lebar, sebelum pandangannya bertemu dengan seorang lelaki berkaos polos dan rambut yang tampak acak-acakkan. Tapi, tetap terlihat tampan.

Sudut bibir milik Ashley berkedut heran. "Robert?"

Laki-laki itu menyengir. "Boleh aku masuk?" tanyanya.

Ashley hanya mengangguk, kemudian menggeser badannya ke samping dan mempersilahkan Robert untuk masuk. Setelahnya, gadis itu menutup pintu.

Tidak seperti sikap Erwin, Robert terlebih dahulu melepaskan sandal yang digunakannya, lalu menaruhnya dengan rapi ke rak sepatu.

"Mau berenang?" Robert menghadapkan badannya untuk menatap ke arah Ashley sambil menyandarkan punggungnya ke dinding putih. Pria itu tampaknya sedang tidak ingin duduk.

Kedua alis Ashley terangkat tinggi. "Berenang?" Mata birunya melirik jam dinding di dekatnya, lalu kembali menatap Robert. "Jam 9 malam?"

Pria itu mengangguk dan mengulas sebuah senyuman tipis. "Aku ingin bercerita. Tapi, tidak apa-apa jika kau tidak mau. Aku tidak akan keberatan, kok."

"Memangnya apa yang ingin kau ceritakan padaku?"

"Rahasia. Kalau kau ikut berenang denganku, aku akan menceritakannya," sahut Robert.

Ashley melengos, menatap Robert dengan tatapan yang sulit diartikan. Gadis itu kemudian berpikir.

Memang sikap Robert selalu misterius. Dari dulu sampai sekarang, wataknya itu tetap tidak berubah.

Pria ini akan menyuruhnya untuk berenang bersamanya setiap kali dia memiliki hal yang ingin diceritakan. Tapi, Robert tidak pernah memaksanya jika ia sedang tidak ingin. Dan, kini, Ashley menjadi penasaran dengan hal apa yang akan diceritakannya.

The Perfect EVIL BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang