Part 35 - CPR

4.1K 208 2
                                    

Happy reading😙😙
_____________________

Ashley menatap ragu ke arah Robert yang tampak tetap bersikap cool setelah hal keji apa yang baru saja ia perbuat.

Tadi, Ashley bahkan tidak sempat untuk melarang perbuatan Robert yang bergerak terlalu cepat.

Gadis itu kembali menoleh menatap ke arah kolam, meluruskan pandangannya untuk mencari-cari keberadaan Erwin yang entah kenapa sampai saat ini kehadirannya belum muncul ke permukaan. Dua menit sudah berlalu dengan cepatnya.

Jujur saja, Ashley merasa sangat takut sekarang. Membayangkan Erwin yang mungkin tidak bisa berenang dan sedang tenggelam saat ini membuat seluruh bulu kuduknya merinding tidak karuan.

Tapi, berbeda dengan Ashley, Robert malah melipat kedua tangannya di depan dada dengan suntuk.

"Dia belum muncul," ujar Ashley lagi. Mengerjap sekali, ia menatap ke arah gelembung-gelembung kecil yang terlihat dari atas permukaan air.

"Sebentar lagi dia akan keluar," ujar Robert dengan santai. Walau sebenarnya pria itu sendiri sama sekali tidak tahu apa yang baru saja ia katakan tadi. Ia sendiri juga tidak yakin jika Erwin akan muncul sekarang.

Ashley hanya mengangguk tanpa keyakinan. Hatinya terus mendumel agar dirinya bisa tenang.

1 menit.

2 menit.

3 menit.

Keberadaan Erwin masih belum muncul juga. Dengan tegang, Ashley menoleh menatap ke arah Robert. "Kau yakin dia akan keluar?" tanyanya dan menggigit bibir bawahnya.

Robert menoleh, memandangi wajah Ashley yang mulai panik. "Kurasa dia tidak akan pernah keluar dan sudah tenggelam di dalam sana," jawabnya dengan lugu.

***

Pening. Kepalanya terasa seperti baru saja dihantam oleh seribu ton batu. Badannya sedikit bergerak hingga pria itu dapat merasakan jika tubuhnya sedang berada di atas sebuah kasur yang lembut.

Mata birunya mengerjap, lalu mulutnya langsung mengeluarkan suara ringisan yang pilu. Erwin mengangkat sebelah tangannya, kemudian bergerak memegang kepalanya yang tiba-tiba terasa sangat sakit.

Apa yang baru saja terjadi pada dirinya?!

Kedua kelopak itu perlahan terbuka, menampilkan kedua mata yang beriris biru kelam. Bola matanya bergerak pelan, menatap ke arah sekelilingnya dengan kepala yang terus berdentum-dentum seolah-olah sedang mengeluarkan suara.

Sekali lagi, Erwin merintih.

Setelah sekian lama ia menelisik kamar bernuasa abu-abu yang ditempatinya saat ini, Erwin baru saja menyadari jika dirinya sudah berada di dalam kamarnya sendiri. Dahinya mengernyit, membentuk beberapa lipatan-lipatan kecil.

Pria itu sedikit bingung.

Tiba-tiba saja, memori-memori tentang kejadian yang pada malam itu menelusup di dalam pikirannya, membuat emosi Erwin langsung tersulut keluar.

Pria itu ingat jika dirinya tenggelam di dalam kolam renang akibat perbuatan usil dari Robert, lalu seseorang menolongnya dari sana.

Erwin mendengus. Siapa yang memindahkannya ke sini? Apa mungkin Robert?

Erwin sendiri langsung menggeleng tidak setuju. Tidak mungkin Robert yang menolongnya, karena pria itulah yang membuatnya tenggelam di dalam kolam dan pingsan secara menyebalkan.

Jam berapa sekarang?

Mata birunya melirik sekilas ke arah cahaya yang masuk melalui celah-celah gorden di kamarnya, lalu mendesah pelan saat menyadari jika sekarang sudah pagi hari. Ia beralih menatap ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 9.

The Perfect EVIL BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang