Happy reading😉😉
______________________Tangan kekar itu meraba-raba ke sekelilingnya, lalu mengernyit ketika menyadari jika ada sesuatu yang lembut berada di bawahnya. Kedua matanya mengerjap, sebelum mata itu perlahan terbuka hingga menampilkan irisnya yang berwarna biru dan nyaris tampak seperti air laut yang indah.
Erwin mengerang pelan di atas ranjang.
Oh, God!
Dengan kepala yang terasa berputar-putar, Erwin bangkit duduk dan tersenyum linglung. Ia beranjak dari atas kasur, lalu keluar dari kamar dengan setengah mabuk.
"Oh my god! Aku diculik," ucap Erwin dan mengangkat kedua tangannya. Di detik selanjutnya, ia tersenyum lebar. Sangat lebar hingga sudut bibirnya serasa akan robek saat itu juga.
"Aku diculik... aku diculik." Erwin berjoget-joget ria di depan kamarnya sendiri, menggerakkan seluruh anggota tubuhnya dengan gerakan yang erotis. "Yeah..."
Dengan penuh semangat yang membara-bara, Erwin bernyanyi dengan suara seraknya. Tubuhnya yang bergerak tak beraturan dan gesit itu terkadang tanpa sengaja menabrak dinding di sekitarnya.
"Kau tidak boleh menyentuhku!" Erwin berbalik, memandangi dinding putih tidak bersalah itu dengan tatapan marah. "Aku masih perawan!"
Di lain sisi, Robert menyandarkan punggungnya ke daun pintu kamarnya, lalu menepuk keningnya sendiri untuk menahan diri agar tidak menjerit. Dia mencengkram rambutnya sendiri dengan frustasi.
"Erwin!" geram Robert dan melangkah menuju ke arah Erwin. Pria itu tampak sedang mendumel dengan tangan yang berkacak pinggang, memarahi dinding itu persis seperti ibu yang sedang memarahi anaknya.
Oh, Shit! rutuknya dalam hati. Kalau saja Erwin tidak semabuk ini, Robert yakin jika dirinya akan menendang bokong Erwin saat ini juga. Dia tidak bisa menahan diri lebih lama lagi!
"Aku akan menuntutmu ke pengadilan jika kau melecehkanku seperti itu lagi." Erwin tersenyum meremehkan, mengarahkan jari telunjuknya tepat ke dinding itu. Ia menggoyangkan telunjuknya, pertanda bahwa ia sudah sangat marah sekarang. "Mengerti?"
"Iya... iya...Dia sudah mengerti. Sekarang, ayo, masuk ke kamar lagi," seru Robert sedikit tergesa. Ia mendorong tubuh Erwin untuk kembali masuk ke dalam kamar, membuat pria mabuk itu menatapnya dengan tatapan protes.
Ya, menurut Robert, mungkin lebih baik jika Erwin berbaring di atas tempat tidur daripada pria itu membuat hal yang buruk karena mabuk berat.
Dan, di detik selanjutnya, seperti yang telah dipikirkan oleh Robert terlebih dahulu, tatapan Erwin langsung berubah menjadi terpana. Hingga... Oh, Sial!
"Mommy! Aku rindu padamu." Sebuah pelukan hangat dari Erwin mendarat ke tubuh Robert hingga membuat pria itu tidak sempat untuk mengelak ataupun menghindar.
"Oh, God! Aku bisa gila, bisa gila, bisa gila, bisa gila." Robert mengacak-acak rambutnya frustasi, memandangi wajah polos milik Erwin yang terbenam di dadanya. "Astaga, sejak kapan pula aku melahirkan?"
Robert berusaha keras untuk mendorong tubuh Erwin agar menjauh, namun hasilnya tetap nihil. Mempasrahkan diri, Robert akhirnya membiarkan Erwin memeluknya sesuka hati.
"Mommy!" gumam Erwin dengan nada yang riang. "Aku mau makan!"
Robert memutar kedua bola matanya menahan kesal. Mommy... mommy... Erwin sudah mengatakan hal itu berulang kali semenjak pria tersebut mabuk.
Tak bisa dipungkiri jika Robert sudah muak sekarang.
"Mommy." Erwin mengetatkan pelukannya, persis seperti anak kecil berumur 5 tahun yang haus akan belas kasih sayang. "Sepertinya aku sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect EVIL Boy
Romance15 tahun yang lalu. Eline Hill atau dipanggil 'flower' oleh teman kecilnya, adalah seorang anak perempuan yang baik dan ceria. Selain cantik, Ia juga sangat disukai oleh banyak orang. Erwin Collins, adalah teman dari perempuan itu yang sekaligus men...