Part 39 - Suspicion

3.9K 193 16
                                    

Happy reading🙄🙄
______________________

"Ya, sama-sama." Jason menegakkan tubuh, sementara matanya mulai memicing serius. "Jadi kembali lagi ke pertanyaanku yang pertama, apa benar jika perempuan itu adalah pacarmu?"

Erwin akhirnya memutuskan untuk mengangguk malas, sementara mulutnya yang masih dipenuhi dengan makanan itu menggumamkan sesuatu yang menjengkelkan tentang teman lamanya. Ia tidak bisa mendengar ocehan Jason lebih lama lagi. Cerewet!

Seperti yang telah diperkirakan oleh Erwin sebelumnya, Jason langsung membelalakkan matanya. Dahi pria itu kemudian mengernyit, tampak berpikir-pikir sejenak. Dijilatnya es krim yang dicurinya dari Erwin tadi, lalu bersedekap.

Pria itu sudah hapal dengan segala kelakuan Erwin sejak dulu. Atau lebih tepatnya, sejak ia bersekolah di New York sembilan tahun yang lalu. Erwin yang ia kenal saat itu hanyalah seorang pria gemuk berwajah lugu yang baru berusia enam belas tahun.

Usia mereka jika dihitung-hitung terpaut selama satu tahun. Erwin sebagai adik kelasnya, dan ia sebagai kakak kelasnya.

And, geez... Jason benar-benar tidak bisa percaya jika wajah Erwin yang sekarang sudah berubah total. Sangat tampan dan cocok untuk menjadi pujaan hati para wanita. Bahkan tubuhnya pun turut berbeda.

Hebat!!

"Bagaimana kau bisa menjadi pacarnya? Asal kau tahu, Ashley bukan perempuan yang bisa memacari seorang pria."

"Tidak usah--" Ucapan Erwin terhenti begitu ia menyadari sesuatu. Mulutnya berhenti mengunyah, menatap ke arah Jason dengan tatapan yang sulit dipercaya. "Bagaimana kau bisa mengenalinya?"

"Aku selalu bisa mengenali perempuan yang menurutku cantik di pandanganku," seru Jason tanpa tahu malu dan mengerlingkan sebelah matanya.

Erwin langsung menatap kesal ke arah Jason. Rasa penasaran dan rasa curiga melambung tinggi di dalam dirinya, membuat Erwin tidak berusaha untuk menutup-nutupi raut wajahnya yang terlihat kentara dan aneh itu.

"Kau..." Ia menunjuk ke arah Jason dengan tatapan tidak senang. Rasa panas akan cemburu membakar dirinya secara habis-habisan, membuat Erwin dapat merasakan betapa panasnya restoran ini meski hampir seluruh sudut ruangan dipasang oleh mesin pendingin. "...darimana kau mengenalinya?"

"Sudah kukatakan jika aku bisa mengenal seluruh perempuan yang cantik, meski itu adalah pandangan pertama. Kau tidak tahu kalau Si Tampan Jason ini memiliki indera keenam yang begitu hebat?"

Dengusan keras dari Erwin sebagai balasan perkataannya membuat Jason sontak terbahak garing. "Kau meragukan kemampuanku?"

"Apa kau salah makan hari ini? Kenapa otakmu yang kecil itu menjadi sinting?" Erwin mendesah jengkel.

"Heh... Apa memang begitu caramu berbicara pada teman lama yang sudah nyaris tidak berjumpa selama 8 tahun ini?" Jason bersahut dengan nada kesal yang dibuat-buat, membuat Erwin sendiri jijik karena tingkah lakunya yang terlalu lebay.

"Maaf, aku tidak tahu jika kau adalah teman lamaku."

Jason sontak mendelik tajam. Ia menunjuk ke arah wajahnya sendiri, lalu tersenyum menjengkelkan. "Kau melupakan wajah tampan ini? Yakin?"

"Aku hanya ingat jika wajah inilah yang selalu ingin kujadikan sebagai bahan pelampiasan emosi," ujar Erwin dengan asal. Pria itu berpikir jika Jason akan mengamuk besar karena perkataannya, namun ternyata orang tersebut hanya terbahak-bahak keras hingga kembali mengundang tatapan-tatatan orang di dalam restoran. Seakan-akan perkataannya tadi sangatlah lucu dan cocok untuk diketawai.

The Perfect EVIL BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang