22. Kenangan

1.5K 84 42
                                    

Cewek itu memang menarik. Bahkan, hati gue nggak bisa melupakan getaran yang pernah gue rasain sama dia.

~ Aries Pradipta ~





Orion mendengkus kesal menatap pesan yang dia baca, seperti biasanya pesan itu selalu berisi kata-kata yang seakan membuatnya gelisah. Ara yang berada di samping cowok itu penasaran, dia heran melihat ekspresi wajah cowok itu yang tiba-tiba terlihat kesal setelah mendapat sebuah pesan.

"Ngapain lo lihat-lihat!" kata Orion menatap tajam ke arah Ara.

Gadis itu kesal dengan sikap cowok itu yang selalu tak pernah manis kepadanya, ingin rasnya dia menjitak kepala cowok dingin yang ada di depannya. Namun dia sadar, dia hanya adik kelas cowok itu yang bila melakukan tindakan yang tak baik menunjukan dia tidak sopan kepada Kakak kelasnya.

"Ish, kenapa Kakak selalu sinis sama aku? Salah aku apa, sih?" kata Ara.

Cowok itu terdiam, dia tahu tak seharusnya dia bersikap sinis kepada gadis itu. Dia tahu, gadis itu tak tahu apa yang selalu alami.

"Sorry,"

Ara kaget dengan perkataan Orion yang baru saja dia dengar, dia tak menyangka cowok itu mengucapkan kata maaf kepadanya. Dia merasakan ada sedikit perubahan sikap cowok itu yang biasa dingin dan menyebalkan.

"Iya nggak apa-apa, Kak."

Setelah itu Orion langsung meninggalkan Ara, gadis tak menyangka bila cowok itu tidak membuatnya kesal malam ini berlarut-larut. Justru, cowok itu terlihat seperti menghindari perdebatan yang sering terjadi diantara keduanya.

Kak Orion nggak biasanya kayak gitu, tapi nggak apa-apa juga, sih. Dia menjadi manis kalau jadi baik, tapi lebih menarik lagi kalau dia mau bernyanyi lagi. Dan aku berharap dia mau melakukan hal kesukaannya lagi, batin Ara.

Tiba-tiba ada yang menepuk bahu Ara. Ya, cowok itu Aries yang baru aja kembali dari toilet. Gadis itu lega karena Aries tak melihat kedatangan Orion, entah kenapa gadis itu selalu khawatir dengan hubungan Orion dan Aries yang sekarang.

Dia tahu, sebenarnya dulu kedua cowok itu bersahabat sangat dekat. Bahkan, mungkin keduanya seperti keluarga, namun sekarang mereka seperti kucing dan anjing yang tak pernah akur jika bertemu.

Aku akan membuat kalian akur seperti dulu, aku tahu kalian hanya gengsi. Kalian selalu egois satu sama lain, tidak ada yang mau memulai meminta maaf. Batin Ara.

"Ara, lo kenapa malah ngelamun kayak gitu? Hei, lo baik-baik aja kan, Dek?" kata Aries melambai-lambaikan tangan di depan Ara.

Ara tersadar, dia tak mau larut dalam lamunannya lagi. Dia tersenyum ke arah cowok itu, dia sangat tahu bila cowok di sebelahnya itu tipe cowok yang sangat perhatian.

"Aku nggak apa-apa kok, Kak,"

"Oh ya udah, ayo kita makan dulu. Gue kan udah selesai beli sepatu, sekarang gue mau traktir lo makan, lo nggak boleh nolak, Ra," kata Aries menarik Ara ke sebuah restoran yang berada tak jauh dari posisi mereka.

Gadis itu menuruti Aries, dia bahagia bisa dekat dengan cowok yang dia yakin bisa menjadi panutannya.

"Makasih, Kak. Kenapa harus makan di restoran seperti ini? Nggak di pinggir jalan aja, Kak? Nggak sayang apa sama uangnya?" kata Ara menatap Aries.

Cowok itu hanya tersenyum, dia tahu gadis di depannya itu termasuk gadis yang tak mau menghambur-hamburkan uangnya hanya untuk makan.

"Nggak, Ra. Sekali-sekali nggak apa-apa, kan? Lagian lo udah bantuin gue sepatu, Ra. Jadi, gue nggak masalah kalau harus ajak lo makan di sini, kalaupun tiap hari makan di sini aja sama lo juga gue mau, Ra." Aries menatap Ara lekat.

ORION [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang