Hatiku telah terpanah olehmu,
Bahkan, panahmu menancap sempurna di hatiku.
~ Ara Deandra Khanza ~
Pagi hari. Orion duduk terdiam di rooftop sekolahnya yang merupakan tempat favoritnya. Dia duduk di sana sambil memandangi siswa-siswi mulai berdatangan. Cowok itu menikmati udara pagi yang masih sangat segar. Tanpa diduga, ada seseorang yang tiba-tiba duduk di sebelahnya."Sudah kuduga, pasti lo yang ada di sini. Jangan galau terus, Rion. Lo harus perjuangin apa yang seharusnya bikin lo bahagia. Gue tahu, lo udah mulai suka Ara, kan?" kata orang itu memperhatikan Orion yang kaget melihat kedatangannya.
"Kenzie?"
"Biasa aja kali, Rion. Gue cuma mau ngobrol sama lo bentar doang, ada beberapa hal yang pengen gue sampaikan ke lo," kata Kenzie.
"Oke,"
"Gue cuma mau bilang Ara patut diperjuangin sama cowok yang dia suka, bukan sama orang yang tiba-tiba jadi tunangannya." Kenzie mulai berbicara serius dengan Orion.
"Maksud lo apa, Zie?" tanya Orion menatap Kenzie.
"Kejar Ara seperti dia ngejar lo. Karena, gue lihat benar-benar serius cinta sama lo. Dan, cewek itu harusnya dikejar bukan ngejar. Lo mau 'kan dia bahagia? Kebahagiaan Ara cuma lo, Rion," kata Kenzie.
"Gue tahu, Zie. Gue bakalan perjuangin dia, walaupun gue harus saingan sama sepupu sendiri," kata Orion.
"Coba lo perhatiin Mars beneran cinta sama Ara, nggak? Tulus apa nggak sama Ara? Gue cuma nggak mau cewek sebaik Ara disakiti sama Mars, cukup sahabat gue aja yang kecewa sama dia," kata Kenzie.
"Ursa 'kan maksud lo, Zie? Gue lihat dia suka sama lo, cuma dia belum sepenuhnya aja sadar. Lo cuma butuh kesabaran ngadepin cewek model kayak Ursa, gue yakin lo bisa luluhin hati sahabat lo itu," kata Orion.
"Iya, makanya gue kasian sama dia. Dia kayak dipermainin sama Mars, padahal Ursa suka sama Mars tulus tapi Mars nggak pernah serius sama dia." Kenzie mengingat selama ini Ursa yang selalu berjuang mendekati Mars.
Orion menyunggingkan senyumnya. Dia tahu, cowok di depannya memang sangat menyayangi sahabat perempuannya itu. Bahkan, sudah terjerat dengan hubungan yang cukup rumit yaitu friendzone. Paham. Orion sangat tahu dengan situasi.
"Mulai sekarang lo bisa buat Ursa ngelirik lo selagi Mars fokus jagain Ara, Zie." Orion menepuk bahu Kenzie.
"Makasih, Rion. Lo juga pasti bisa bikin Ara lepas dari Mars, gue duluan, ya, Rion." Kenzie tersenyum. Lalu, berdiri meninggalkan Orion.
Orion menatap kepergian Kenzie. Dia berusaha memikirkan cara untuk membuatnya bisa dekat dengan Ara. Namun, sekarang otaknya belum bisa berfikir. Dia kembali memandangi suasana sekitar sekolahnya dari rooftop.
***
Jam istirahat tiba. Tanpa sengaja, Orion melihat sesuatu yang menarik perhatiannya di majalah dinding sekolah. Puisi. Ya, dia yakin itu puisi gadis yang sekarang sudah mencuri hatinya.
Kamu adalah pelangiku,
Pelangi yang mewarnai hidupku.
Aku bisa bertahan karenamu,
Kamu yang menarik perhatianku.
Mataku seakan tak bisa lepas menatapmu,
Sampai aku lupa dengan segalanya.
Hatiku telah terpanah olehmu,
Bahkan, panahmu menancap sempurna di hatiku.
Tetapi, aku harus melepasmu,
Ya, untuk sementara,
Melepasmu bukan berarti aku lepas darimu,
Hatiku tetap untukmu.
Aku ingin kamu berjuang untukku,
Aku yakin kamu pasti bisa,
Wahai, Pangeran pemanah cinta.By : ADK
Senyuman Orion mengembang setelah membaca puisi itu. Dia tahu, apa yang maksud dari kata-kata itu. Puisi itu dibuat oleh gadis yang ternyata tak sepenuhnya membencinya. Justru, Orion yakin gadis itu masih menaruh hati kepadanya.
Lo adalah orang special yang akan aku perjuangkan. Gue akan melakukan apapun demi bisa membuatmu memberi senyuman kepadaku lagi, kata Orion dalam hati.
Langkah kaki Orion sekarang menuju perpustakaan. Salah satu tempat favoritnya. Di sana dia bisa menenangkan diri sekaligus belajar. Dia selalu berusaha yang terbaik untuk hidupnya.
Setelah Cowok itu sampai di perpustakaan dia langsung duduk menyendiri di pojokan.
"Lo rajin banget, sih, Rion? Lo nggak belajar pun masih tetap jadi juara kelas, kok." Seseorang datang tiba-tiba lalu duduk di sebelah Orion.
Orion mendongak. "Aries?" Dia heran, kenapa akhir-akhir ini hubungan persahabatannya dengan Aries mulai membalik.
"Gue boleh duduk di sini, kan?" tanya Aries.
Orion mengangguk. Dia mulai memahami, tak seharusnya bermusuhan dengan Aries. Mungkin, masalahnya dulu dengan Sagitta hanya karena salah paham. Dan, sekarang semuanya bisa diperbaiki.
"Kita bisa sahabatan kayak dulu lagi 'kan, Rion? Gue minta maaf kalau dulu gue pernah suka, bahkan nembak cewek lo." Aries mulai pembicaraan yang serius dengan Orion yang sudah kembali fokus membaca buku.
"Semua udah berlalu, Ries. Lagian, sekarang gue udah lupain masalalu. Gue harus natap masa depan," kata Orion.
"Gue setuju, lo harus kejar Ara. Ara butuh lo, dia bahagia kalau sama lo. Sama halnya dengan Sagitta yang dulu lebih nyaman dan milih lo buat jadi pacarnya." Aries tersenyum mengingat gadis yang pernah dia cintai. Walaupun, dulu Sagitta menolaknya. Namun, dia tahu Sagitta sangat mencintai sosok Orion.
"Dia memang beda sama Sagitta, tapi ada sesuatu yang membuat gue tertarik sama dia. Bukan karena dia adiknya Sagitta, tapi dia kayak punya hal yang menurut gue menarik ada sama Ara."
"Gue tahu, dia emang gadis yang istimewa. Bahkan, dia bisa bikin hati lo terbuka lagi. Rion. Gue kira setelah kepergian hati lo beneran nggak bisa dibuka lagi," Senyuman terbit di bibir Aries yang memang ramah dan murah senyum.
"Iya, Nanti jangan lupa kita harus latihan basket lagi. Bulan depan final antar provinsi. Ries."
"Oke, siap!!"
***
Pulang sekolah, Orion dan Aries latihan basket. Aluna dengan setia menunggu sepupunya itu sampai latihan selesai. Mata Aluna menangkap sosok Ara yang akan pulang diantar oleh Mars.
"Ra, kamu udah mau pulang, ya? Tadi kok nggak ikut eskul musik, sih?" tanya Aluna.
"Hm.. maaf, Kak. Sekarang aku emang agak ngurangin buat ikut ekskul musik," kata Ara.
"Oh gitu, tapi aku lihat kamu aktif di ekskul jurnalistik. Sukses buat kamu, ya, Ra. Kayaknya tahun ini kamu bakalan mewakili sekolah buat ikut lomba puisi, deh." Aluna memberi senyuman kepada Ara.
"Mars, jagain Ara, ya? Anter dia sampai rumah dia dengan selamat, ya? Jangan mampir-maampir ke tempat lain." Aluna menepuk bahu Mars.
"Iya," kata Mars dengan wajah datar.
"Ya udah, Ra. Hati-hati di jalan, ya."
Ara mengangguk. Lalu, tersenyum kepada Aluna, sebelum akhirnya dia memutuskan untuk meninggalkan area parkir Galaksi.
Di tempat lain, Orion memandangi kepergian gadis yang sekarang terkesan menjauhinya. Dia cukup tahu diri! Dia memang pantas dijauhi! Namun, entah kenapa hatinya justru ingin mendekati Ara.
Saat Orion masih fokus menatap Ara. Tanpa diduga, ada bola yang mengenai kepalanya. Refleks membuat Orion merasa sakit luar biasa di kepala bagian belakangnya. Sedangkan, yang lain hanya menonton keterpurukan Orion dengan senyuman. Bahkan, banyak yang tertawa melihat kesakitan Orion.
"Sial!"
Bersambung...
Hai...aku update lagi nih... 9 part menuju ending....Udah siap berpisah sama Orion, Ara, Aluna, Mars dan Aries?
Jangan lupa baca, vote dan coment ya.. kasih kritik dan saran juga boleh.
25022019
Salam manis,
NunulChusnul
![](https://img.wattpad.com/cover/145087274-288-k169053.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ORION [COMPLETED]
किशोर उपन्यास(Up Rabu & Sabtu) Tak semudah itu melupakan orang yang kita cintai, sesakit ini kah bila kita di tinggalkan oleh orang yang sangat kita cinta. Mungkin ini sudah jalan cintaku tapi kenapa hatiku merasa sangat sakit dengan kepergiannya yang tak ku san...