48. Berharap dan Terlambat

1.2K 71 65
                                    

“Gue bakalan ngelakuin apapun demi dia, karena tanpa gue sadari ternyata memang dia sudah membuka hatiku yang terkunci.”

~ Orion Angkasa Putra ~


Orion melajukan mobilnya cukup kencang. Banyak hal yang dia pikirkan sekarang, rasa gelisahnya memenuhi otaknya. Dia menyesal mengikuti egonya yang menjauhi Ara.

          Gue harap dia nggak beneran nerima pertunangan itu, semoga gue bisa datang tepat waktu, Orion membatin memikirkan gadis yang sekarang memenuhi otak dan pikirannya.

          Cowok itu berusaha mendatangi kost Ara. Namun, di sana dia mendapatkan info bila Ara sudah tak tinggal di sana lagi. Akhirnya, dia memutuskan untuk pergi ke suatu tempat.

          Orion sampai di komplek perumahan yang sudah lama tak pernah dia datangi. Sebenarnya dia merasa tak tenang saat sampai di depan salah satu rumah di sana. Hatinya bergemuruh, dia keluar dari mobilnya.

          Keadaannya rumahnya masih sama seperti dulu di saat dia masih ada di dunia ini, tetapi sekarang dia sudah meninggalkanku untuk selamanya. Dan, sekarang aku datang bukan menemuinya. Melainkan, menemui adiknya yang tanpa sadar sudah membuat hatiku bergetar seperti apa yang dulu aku rasakan saat bersamanya, batin Orion.

          Saat turun dari mobilnya. Lagi-lagi cowok itu harus menerima hasil nihil, karena rumah itu terlihat sepi. Seperti tak berpenghuni, tapi dia terus mencari tahu kemana penghuni di sana. Setahunya, kalau Ara dijodohkan hari ini maka di sana akan terlihat ramai. Karena, di sana rumah orangtua Sagitta sekaligus orangtua Ara. Namun, sekarang tak terlihat ada acara apapun. Bahkan, rumah itu kosong.

          “Mas lagi ngapain di situ?” tanya seseorang yang tak sengaja lewat di depan rumah Sagitta.

          “Bu, penghuni rumah ini kemana, ya? Kok rumahnya sepi, ya?” kata Orion.

          “Mereka lagi pergi, Mas. Kalau nggak salah ada acara di rumah keluarganya. Tetapi, tempatnya di mana? Saya tidak tahu, Mas,” kata Ibu-ibu komplek itu.

          “Makasih infonya, Bu.”

          Tiba-tiba ada sebuah pesan masuk di aplikasi WhatsApp-nya. Dia langsung berlari meninggalkan rumah itu setelah membaca pesan itu.

***

Di tempat lain. Tepatnya, di kamar Ara yang terlihat mewah. Ara duduk sambil menatap ke ara luar jendela kamarnya. Dia sudah siap untuk melaksanakan apa yang seharusnya dilakukan. Ara sudah memakai dress selutut berwarna putih, dengan riasan sederhana di wajahnya yang menambah kecantikannya.

          Aku harus yakin. Karena, aku udah memutuskan menerima acara pertunangan ini. Selain itu, Papa sama Mama nggak akan khawatir tentang keadaan perusahaan Papa. Aku nggak mau egois, walaupun aku sebenarnya ingin menolak dan membatalkan pertunangan ini. Tetapi, aku harus membalas kebaikan mereka yang sudah bersedia merawatku. Bahkan, menjadiku anaknya dengan keadaan aku yang berbeda dengan yang lain, batin Ara.

          Saat Ara masih melamun, tiba-tiba ada yang menghampirinya. Ya, orang itu Mutiara – Mamanya yang selalu memperhatikannya.

          “Sayang, kalau kamu mau batalin acara pertunangan ini nggak apa-apa, kok. Papa pasti tahu, kalau kamu belum siap buat menjalin hubungan yang serius dengan anak rekan bisnisnya.” Mutiara mengelus kepala anaknya itu yang terlihat banyak pikiran.

          Ara tersenyum. Dia tak mau mengecewakan orangtuanya yang telah membiayai hidupnya. Hanya dengan ini, dia bisa membalas apa yang sudah mereka berikan kepadanya selama ini.

ORION [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang