Karena hati nggak bisa dibohongi, sekuat apapun kamu menyangkal. Akan tetapi, hati lebih tahu apa yang kamu rasakan.
~ Aluna Anastasya -
Ara menatap Aries yang masih dihadapannya. Cowok itu mengungkapkan perasaannya secara tiba-tiba tanpa Ara duga. Mata Ara sekarang terfokus pada sebuah benda yang ada di tangan Aries. Dia kaget melihat sesuatu yang pernah dia lihat yang membuatnya menduga-duga.
Gelang itu? Bukannya itu yang dipakai sama cowok yang pernah ngancam aku buat jauhin Kak Orion di taman waktu itu. Apa cowok itu Kak Aries? kata Ara dalam hati mengingat pertemuannya dengan cowok misterius yang membuatnya sedikit takut.
Aries masih memegang tangan Ara. Menunggu jawaban Ara. Namun, gadis itu justru terdiam. Membuat cowok itu bingung.
“Ra? Lo belum siap jawab sekarang?” kata Aries mencairkan suasana canggung itu.
“Maaf, Kak. Untuk sekarang aku belum bisa menerima Kak Aries, jujur Kakak baik, ramah dan perhatian. Tetapi, itu semua belum bisa menjadi landasan cinta,” kata Ara.
Aries terdiam sejenak. Lalu, dia berusaha tersenyum. Walaupun, dia sedikit kecewa dengan jawaban Ara. Namun, dia tak mau memaksakan kehendaknya. Dia tak mau mempertaruhkan hubungan baiknya dengan Ara, karena hubungan mereka sudah terjalin baik. Hanya saja, salahkah bila berharap lebih dari sekedar Kakak kelas dan sahabat bagi Ara?
“Nggak apa-apa, Ra. Tapi, kita masih berteman dan bersahabat seperti biasa, kan?” tanya Aries.
Ara tersenyum seraya merespon positif Aries. Dia tak mau membuat cowok itu canggung terhadapnya. “Pasti dong, Kak. Persahabatan lebih membuatku nyaman, aku nyaman sama Kak Aries. Bahkan, aku udah anggap Kakak sebagai Kakak aku,”
“Makasih. Kalau gitu lo masuk, ya. Jangan lupa istirahat biar lo lebih fresh,” kata Aries mengelus kepala Ara.
Ara tersenyum. Lalu, dia berjalan menuju kost-nya dengan melambaikan tangannya kepada Aries. Jujur, gadis itu masih penasaran dengan Aries. Kenapa bisa Aries mempunyai gelang yang sama dengan sosok misterius yang mengancamnya waktu.
***
Seseorang berada di kamarnya. Entah kenapa ada hal yang membuatnya uring-uringan malam ini. Padahal, dia sudah berusaha melupakan kejadian yang baru saja dia lihat. Namun, entah kenapa hatinya merasa tak terima melihat kejadian itu.
Gue udah gila apa, ya? Masa gue nggak tenang tadi ngelihat Aries nembak Ara. Padahal, harusnya gue senang lihat cewek itu akhirnya bakalan nggak ganggu gue lagi. Untungnya gue nggak ngelihat cewek itu nerima cinta Aries. Yang penting gue udah tanggung jawab gantiin barang yang pernah gue rusak waktu itu, kata seseorang dalam hati.
Tiba-tiba ada yang masuk ke dalam kamar seseorang itu tanpa menyapa terlebih dahulu. Membuat sang pemilik kamar mendengkus sebal melihat kelakuan saudaranya itu.
“Kamu kenapa sih, Rion? Kelihatan kayak orang patah hati, gitu?” kata Aluna.
“Ish... kenapa selalu aja muncul tiba-tiba kayak jailangkung sih, Lun. Sana keluar udah malam tidur, jangan bergadang stalking gebetan lo mulu. Lo yakin kalau Bryan itu bakalan nunggu lo?” kata Orion.
“Aku nggak mau menerka-nerka perasaan orang. Biarlah takdir yang menentukan semuanya, Rion. Kalau aku sama dia ditakdirkan bersama pasti semua akan dipermudah kok. Kenapa kamu tiba-tiba nanya gini?” kata Aluna.
“Nggak apa-apa, sih. Tapi, lo kan pernah bilang kalau gebetan lo itu lebih suka sama Alana yang lebih lembut dibanding lo. Dan, bukannya lo pernah ngelihat dia nembak Alana walaupun waktu itu Bryan nyangka Alana itu lo. Gimana perasaan waktu ngelihat dia nembak saudara lo sendiri?” kata Orion.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORION [COMPLETED]
Подростковая литература(Up Rabu & Sabtu) Tak semudah itu melupakan orang yang kita cintai, sesakit ini kah bila kita di tinggalkan oleh orang yang sangat kita cinta. Mungkin ini sudah jalan cintaku tapi kenapa hatiku merasa sangat sakit dengan kepergiannya yang tak ku san...