38. Semangat!

1.2K 73 110
                                        


Kenapa dia selalu muncul dan seakan dia menyemangatiku untuk kembali ke dunia di mana aku dan dia sering tersenyum bersama.

~ Orion Angkasa Putra ~

Setelah bel masuk, guru masuk dengan membawa murid baru pindahan dari Bandung. Mata Orion langsung melebar, dia kaget melihat murid itu. Ya, cowok itu mengenal anak baru itu. Tak hanya Orion, namun Mars, Aries dan Aluna juga mengetahui siapa murid pindahan itu.

Gemini? Ternyata dia beneran pindah ke sini, kata Orion dalam hati memperhatikan Gemini yang tersenyum manis di depan kelas.

Gemini memperkenal dirinya di depan kelas. Ya, dia sekarang sekelas dengan ; Orion, Mars, Aries dan Aluna. Gadis itu senang bisa pindah ke Galaksi, dia sengaja tak memberitahu bila dia datang hari ini kepada sahabat-sahabatnya itu.

****

Saat jam istirahat Gemini dan Mars mengajak Orion untuk ke kantin. Namun, Orion menolak dengan alasan mau ke perpustakaan. Selain itu, cowok itu juga tak menyukai ke kantin. Dia lebih menyukai tempat sepi seperti suasana di perpustakaan yang bisa membuatnya tenang. Akan tetapi, niatnya memang Orion ingin ke perpustakaan namun langkah kakinya justru menuntunnya ke sebuah ruangan yang sudah lama tidak dia masuki.

Tangannya entah kenapa langsung membuka pintu ruangan itu. Lalu, dia mengambil sebuah alat musik yang sudah lama tidak cowok dingin itu sentuh. Ya, sekarang Orion ada di ruang musik. Ruangan penuh kenangan, kenangannya bersama dengan Sagitta – kekasihnya.

Orion duduk sambil memegang gitar, entah kenapa sekarang dia mulai memetik benda itu. Berusaha memainkan gitar itu, walaupun dia tidak bernyanyi namun tetap aja dia menghasilkan sebuah bunyi musik. Orion memejamkan matanya, menikmati permainan gitarnya itu. Sampai tanpa dia sadar, ada seseorang duduk di sebelahnya.

Orang itu hanya diam. Namun, senyumannya terbit melihat kakak kelasnya memainkan alat musik yang selama ini Orion tinggalkan.

“Permainan gitar yang sangat bagus,” kata seseorang saat Orion selesai memainkan gitar itu.

Mata Orion langsung melebar saat melihat sudah ada orang di sebelahnya. Rasanya dia ingin memarahi orang itu, tetapi dia harus tenang menghadapi kelakuan gadis itu yang selalu menganggunya.

“Lo? Kenapa lo selalu muncul tanpa tiba-tiba, sih?” kata Orion.

Gadis itu tersenyum, dia sudah terbiasa dengan sikap Orion yang selalu bersikap sinis dan dingin kepadanya. Dia justru ingin membuat cowok dingin itu menghangat.

“Ara, Kak. Namaku Ara, kenapa Kakak selalu kelihatan nggak suka sama aku?” kata Ara.

“Oke, Ara Deandra. Ngapain lo di sini?” kata Orion menatap tajam gadis itu.

Akan tetapi, gadis itu selalu memberi senyuman manisnya kepada cowok yang selalu terkesan dingin kepadanya. Ara tahu, Orion lama kelamaan akan luluh dan berubah saat bersamanya.

“Kakak lupa? Ini ‘kan  ruang musik, aku ke sini mau latihan. Aku emang sering ke sini kalau jam istirahat, Kakak sendiri nggak biasanya ke sini? Kak Orion lagi kangen sama dunia musik, ya?” kata Ara.

Orion hanya diam. Dia malas meladeni tingkah Ara yang selalu membuatnya kesal.

“Kak, gimana kalau sekarang kita duet aja, gimana?” kata Ara.

“Ogah!”

“Kakak nggak boleh benci sama musik, kepergian Kak Sagitta bukan karena musik. Dan yang lebih penting bukan salah Kakak kalau Kak Sagitta meninggal, tapi itu udah takdir, Kak. Jadi, Kak Orion nggak boleh menyalahkan diri sendiri. Kak Sagitta pasti nggak akan suka kalau Kakak terpuruk seperti itu dan membenci dunia musik. Tataplah masa depan Kakak, jangan terpaku melihat masa lalu,” kata Ara.

ORION [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang