32. Mulai Perhatian

1.3K 67 57
                                    

Gue nggak peduli apapun resikonya, yang jelas gue nggak mau dia terluka karena gue. Jadi, gue akan berusaha melindunginya.

~ Orion Angkasa Putra ~

“Hm.... ini cuma SMS dari operator aja, biasalah Mah pesan pemberitahuan kalau kuota internet Orion udah mau habis,” kata Orion.

“Oh ya udah, kirain SMS dari siapa? Kalau gitu sekarang kamu istirahat, nak.” Olla menyuruh anaknya itu beristirahat.

Orion tersenyum. Lalu, dia menuruti permintaan Mamanya. Namun, di kamar dia tak bisa beristirahat, karena terus memikirkan pesan yang ia dapat dari sosok misterius yang selalu menerornya. Entah kenapa, dia jadi teringat dengan Ara lagi.

Saat cowok itu masih duduk diam di ranjangnya, tiba-tiba Mamanya masuk ke dalam kamarnya.

“Nak, besok kamu mending jemput Ara. Mama khawatir sama kesehatan dia, kelihatannya dia keadaannya lagi lemah,” kata Olla menatap anaknya yang masih terdiam.

“Iya, Mah. Mama kenapa khawatir sama dia, sih?” tanya Orion.

Olla tersenyum ke arah anaknya yang terlihat penasaran. Kemudian, perempuan paruh baya itu mengacak rambut anaknya.

“Mama senang kamu udah mulai bisa dekat sama seorang gadis lagi setelah kepergian Sagitta. Jangan sia-sia orang terdekat kamu lagi ya, Nak.”

Orion hanya bisa diam. Jujur, mendengar perkataan Mamanya itu mengingatkannya kepada gadis yang sangat dia cintai, namun sekarang sudah tidak bisa bersamanya lagi.

“Iya, Mah. Tapi Orion sama Ara nggak ada hubungan apa-apa, jadi Mama jangan terlalu berharap lebih ya,” kata Orion.

“Tapi Mama lihat dia gadis baik, Ara kelihatan suka sama kamu, Nak.”

“Baik dan kelihatan suka sama Orion, bukan berarti aku suka sama dia, Mah.” Orion menjelaskan bila memang dia tak belum mempunyai perasaan kepada Ara.

***


Di tempat lain, Ara berbaring di ranjangnya. Senyumnya mengembang mengingat perhatian yang diberikan oleh Orion. Dia tak menyangka bila cowok itu bisa baik kepadanya. Namun, dia bersyukur perlahan sikap cowok itu bisa berubah kepadanya.

Aku tak menyangka bila dia bisa semanis itu. Senyumannya saja bisa membuat hatiku bergetar sekencang ini, kata Ara dalam hati.

Sedetik kemudian senyumannya mulai hilang. Dia teringat karena harus meminum obat agar sakitnya tak semakin parah. Gadis itu mengambil botol kecil yang berisi butiran obat yang harus dia minum setiap hari.

Kalau Mama tahu aku kehujanan pasti dia bakalan khawatir banget, bahkan mungkin Mama nggak bakalan ngijinin aku tinggal sendiri, batin Ara sambil meminum satu butir obat itu.

Gadis itu beranjak mengecek handphone-nya, ia lega tak melihat ada pesan atau panggilan dari Mamanya. Karena, biasanya setiap hari Mamanya selalu menghubunginya sekedar menanyakan kabarnya.

Lalu, ia membuka sebuah diary yang selama ini selalu dia baca. Dia bersyukur bisa membaca semua isi diary itu. Namun, ia kaget saat ada beberapa bagian yang terlihat tak jelas karena terkena air. Dia mengingat bila diary itu pernah terkena air di beberapa lembar halaman terakhirnya.

“Ish, kenapa waktu itu harus kena air, sih. Padahal, ini bagian penting isi diary ini, kan aku jadi nggak tahu lanjutannya,” gerutu Ara meruntuki nasibnya yang bisa membaca tulisan yang ada di buku catatan pribadi itu.

ORION [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang